Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Polisi Masih Jaga Rumah Kontrakan Anwar Cs

Menetap Di Bojonggede Sudah Empat Bulan

Rabu, 12 September 2012, 09:07 WIB
Polisi Masih Jaga Rumah Kontrakan Anwar Cs
ilustrasi
rmol news logo Asrih tampak berbincang serius dengan beberapa orang kepolisian persis di samping police line berwarna kuning. Berkali-kali pria yang menjabat Ketua RT ini memandang rumah bercat hijau yang persis di depannya.

Rumah yang terletak di Kam­pung Warung Jambu, RT 03 RW 08, Desa Susukan, Bojonggede, Kabupaten Bogor ini menjadi sa­saran penggerebekan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri Senin pagi (10/9). Penghuni rumah ini diduga me­miliki kaitan dengan peristiwa me­ledaknya bom di Beji, Depok dua hari sebelumnya.

Saat penggerebekan, polisi yang dilengkapi senjata laras pan­jang tak menemukan satu pun orang di rumah ini. Polisi hanya me­ngamankan sejumlah benda yang dimasukkan dalam kardus bekas pembungkus mie instan.

Polisi juga membawa Arif Hidayat, 35 tahun, yang tinggal tak jauh dari rumah ini, untuk dimintai keterangan. Arif diduga kenal dengan penghuni rumah yang digerebek.

Kemarin, Rakyat Merdeka men­datangi rumah yang diduga dig­u­na­kan kelompok pelaku teror un­tuk menyimpan senjata dan bom.

Cukup sulit menemukan lokasi rumah yang letaknya terpencil ini. Posisinya, jauh dari kera­mai­an juga dengan rumah lainnya.  Di sekitar rumah ini masih berupa tanah kosong dan kebun yang di­penuhi semak belukar serta pe­pohonan tinggi.

Ada dua jalur yang bisa ditem­puh untuk menemukan lokasi ru­mah ini. Pertama melewati Villa Asia yang berada sekitar 1 km dari Stasiun Bojonggede. Setelah berjalan sekitar 15 menit di atas jalan perumahan yang aspalnya su­dah mulai rusak, Anda akan me­nemukan hamparan tanah ko­song yang banyak dipenuhi ila­lang liar yang cukup tinggi.

Untuk mencapai rumah itu me­lewati jalan setapak yang dilapisi batu cone block.  Jalan selebar sete­ngah itu sudah tak rata lagi. Hanya bisa dilalui kendaraan roda dua atau berjalan kaki.

Akses kedua bisa ditempuh de­ngan memotong rel  kereta se­belum persimpangan jalan antara Bojonggede dan Cilebut. Itu bisa diketahui dengan memperhatikan secara seksama plang nama yang bertuliskan Kampung Warung Jambu di pinggir Jalan Raya Bo­jonggede.

Sama seperti jalur sebelumnya, jalan di sini hanya bisa dilewati dengan kendaraan roda dua saja. Setelah melintasi rel, akan mele­wati jalan perkampungan sekitar 500 meter untuk tiba di lokasi.

Rumah yang digerebek polisi terletak di blok di pinggiran jalan setapak. Berbatasan dengan kebun dan tanak kosong. Blok ini terdiri dari enam rumah. Model, corak dan ukurannya relatif sama.

Hanya warna catnya saja yang membedakan rumah satu dengan rumah yang lain. Keenam rumah di blok ini berhadap-hadapan. Tiga di sisi kanan jalan. Tiga di sisi kiri. Semuanya tak memiliki pagar maupun nomor rumah.

Rumah diduga dihuni anggota kelompok pelaku teror berada di urutan tiga di sebelah kiri jalan.  Dibanding rumah lainnya di blok ini, rumah bercat hijau itu terlihat kurang terurus. Terasnya yang di­la­pisi dengan keramik berwarna putih terlihat kotor. Cat di dinding juga sudah memudar. Dindingnya juga retak-retak.

Plesteran semen di bagian atas dinding terlihat pernah me­nge­lupas. Gompal ini sudah ditutup de­­ngan adukan semen, tanpa dicat.

Enam rumah ini memiliki ukuran sama, yakni 6x6 meter. Di dalamnya terdapat 2 kamar tidur dan satu kamar mandi. Selain teras selebar 1,5 meter, masih ada lahan kosong di belakang rumah. Biasanya untuk tempat menjemur pakaian.

Meskipun siang hari, lokasi sekitar rumah cukup sepi. Hanya satu-dua orang saja yang terlihat melintas di jalan setapak yang ada di sebelah kanan blok ini. Posisi blok rumah dengan pemukiman penduduk cukup berjauhan.

Garis polisi (police line) masih terpasang mengelilingi enam ru­mah di blok ini dari depan hingga bagian belakang. Beberapa pe­tugas polisi juga masih berjaga-jaga di sini

Melihat dari dekat tampak salah satu jendela di bagian depan rumah pecah. Serpihan kaca jen­delanya terlihat berserakan di te­ras rumah. Belum dibersihkan.

“Kaca jendela itu memang se­ngaja dipecahkan saat peng­gere­bakan terjadi. Pintu rumahnya pun ikut didobrak, karena me­mang tidak ada satu pun peng­hu­ninya yang ada di dalam,” jelas Asrih.

Itu rumah siapa? Menurut As­rih, rumah itu sebelumnya milik Slamet, pemilik tanah di situ. Di atas tanahnya, Slamet mem­ba­ngun satu blok yang terdiri dari enam rumah. Rumah-rumah itu lalu dijual.

“Siapa yang membeli, saya ti­dak tahu. Hanya saya dengar, ru­mah itu sudah dibeli orang dan kini dikontrakan,” tuturnya.

Mengenai siapa yang me­ngon­trak rumah tersebut, Asrih juga menggelengkan kepala tanda tidak tahu. Kata dia, penghuni yang berjumlah tiga orang belum pernah lapor ke RT.

“Saya orangnya pun tidak be­gitu kenal, melihatnya juga ja­rang. Karena memang rumah saya dengan rumah ini agak jauh. Selama ini, sama sekali mereka belum pernah melapor pada saya,” tegasnya.

Deni Adriansyah, pria yang tinggal persis di sebelah rumah yang digerebek polisi mem­be­nar­kan ada tiga orang yang meng­huni rumah itu. Mereka sudah tinggal di sini sejak empat bulan lalu.

Tapi menurut dia, hanya dua orang saja yang sering berada di rumah ini. “Saya tidak kenal nama. Tapi kalau dua orang yang se­ring saya lihat. Saya masih ingat ciri-cirinya. Karena satu dari dua orang tersebut kadang-ka­dang  berbincang dengan saya,” ungkapnya.

Menurut Deni, orang pertama ciri-cirinya berbadan tinggi, kulit sawo matang dan memiliki bere­wok. Pria dengan ciri-ciri diduga Anwar yang telah diamankan polisi dari lokasi bom meledak di Beji Depok.

Pria satu lagi berbadan lebih ke­cil dan berusia lebih muda. Me­miliki kulit putih.  “Kalau ngob­rol, saya hanya manggil orang yang berewok itu dengan sebutan ‘Mas’. Karena kalau saya dengar, bila sedang berbincang dengan kawannya, mereka kerap meng­gunakan bahasa Jawa,” beber pria yang sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan ini.

Ke Mana-mana Bawa Kantong Plastik

Sikap tertutup yang kerap di­tunjukan penghuni rumah bercat hijau itu menimbulkan kecu­ri­ga­an para tetangga. Sebelum ke­ja­dian, beberapa penghuni rumah di blok itu sempat bercanda ja­ngan-jangan penghuni rumah hi­jau itu adalah teroris.

“Sehari-hari rumahnya me­mang selalu tertutup. Pagi-pagi, mereka kerap pergi dan malam­nya baru pulang. Tidak ada satu­pun tetangga yang tahu ba­gai­mana kondisi di dalam rumah,” jelas Hendrik yang tinggal persis di seberang rumah yang di­ge­rebek polisi.

Meskipun bersikap ramah, me­nurut Hendrik, penghuni rumah cenderung tertutup. Kalaupun di­ajak berbincang, tidak pernah mau berlama-lama. Bila sedang tidak pergi, ketiga penghuni lebih banyak di dalam rumah.

“Pakaiannya saya lihat lebih sering menggunakan kemeja dan celana bahan yang hanya bebe­rapa­ centimeter saja dari bawah lutut. Saya dan istri sempat ber­can­da, jangan-jangan mereka itu teroris,” katanya sambil tersenyum.

Kecurigaan yang sama juga per­nah dialami Deni Adriansyah, pria yang tinggal di sebelah ru­mah yang dikontrak Anwar Cs. Deni mengaku setiap malam se­ring mendengar suara seperti me­sin bor. Tak hanya itu, Deni dan ke­luarganya juga kerap men­de­ngar ada suara seperti orang yang sedang memukul-mukul sesuatu dari dalam rumah itu. “Kalau dita­nya, mereka bilang sedang latihan bela diri saja,” ungkap Deni.

Kecurigaan lain, lanjut Deni, yakni mengenai kebiasaan para penghuni rumah yang bila pergi sering bawa tas serta kantong plas­tik. Bahkan pada Kamis (6/9) sekitar jam 10, Deni mengaku melihat pria yang berewok keluar rumah dengan membawa tas kar­d­us bekas dari mie instant. “Saya tegur, cuma tersenyum dan buru-buru pergi,” kata Deni.

“Saya baru mengenal dekat itu pada Jumat malam (7/9) karena ke­betulan yang berewok itu sem­pat begadang di sini hingga di atas jam 12 malam,” tambahnya.

Kepada Deni, pria yang diduga ber­nama Anwar itu mengaku be­kerja sebagai tukang pasang gyp­sum di Depok. Sementara rekan­nya yang berkulit putih, bekerja sebagai tukang susu kedelai yang dititipkan ke warung-warung.

“Sehari-hari mereka kalau ber­pergian dengan berjalan kaki. Ha­nya orang yang berkulit putih saja yang mengenakan sepeda be­r­uku­ran tinggi dan membawa plastik besar yang katanya berisi susu kedelai,” jelasnya.

Cek Identitas, Polisi Ambil DNA Anak Anwar

Identitas pria yang menjadi korban ledakan bom di Beiji, Depok dan masih dirawat di Ru­mah Sakit Polri Kramat Jati, Ja­karta akhirnya mulai terungkap. Pria yang kondisi badannya me­ngalami luka bakar itu diduga ber­nama Anwar, orang yang ru­mah di Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Kepala Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto me­ngatakan, terungkapnya iden­titas korban ledakan di Beiji De­pok itu diperoleh dari hasil peme­riksaan terhadap Arif Hidayat.

Menurut Rikwanto, Arif yang di­mintai keterangan setelah peng­gerebekan di Kampung Warung Jambu, Desa Susukan, Bojong Gede, Bogor ini mengaku kenal kor­ban ledakan bom Beji Depok. Dia bernama Anwar.

Korban dengan luka berat itu awal­nya diduga bernama M Tho­rik, pemilik bahan peledak di Tam­bora, Jakarta Barat. Bela­ka­ngan, Thorik menyerahkan diri kepada polisi pada Minggu sore (9/9). Ia sempat berada di Depok saat bom meledak, namun bisa melarikan diri.

Keterangan lain juga disam­pai­kan oleh Melva, istri Iqbal yang merupakan pemilik kontr­akan yang ditempati Anwar dan dua re­kannya. Saat ditunjukan foto kor­ban ledakan bom di Beiji Depok oleh pihak kepolisian, Melva yakin itu adalah Anwar.

“Iya yang saya tahu itu nama­nya Anwar, sama dengan foto yang ditunjukan polisi kepada saya. Rambutnya keriting, kulitnya sawo matang sudah berapa bulan ini mengontrak di rumah saya,” bebernya. “Kebe­tul­an Anwar sendiri yang selama ini berurusan dengan saya ter­kait pembayaran uang kontrak­­an.”

Namun siapa sebenarnya pria misterius yang mengalami luka ba­kar hingga 70 persen itu baru bisa dipastikan 2-3 hari ke depan. Pa­salnya, sampel DNA dari anak An­war itu baru saja dilakukan. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA