Pria bertubuh tambun ini meÂngaÂku penjaga rumah milik MirÂwan Amir, bekas wakil ketua BaÂdan Anggaran (Banggar) DPR. Kata dia, Mirwan menempati ruÂmah ini sejak beberapa tahun lalu.
Namun baru tahun ini rumah diÂÂrenovasi. Modelnya diganti menÂjadi bergaya minimalis moÂdern. Walaupun rumah sudah seÂlesai dirombak total, Mirwan jaÂrang menempatinya. “Rumah ini sering kosong,†kata Toto.
Mirwan dan keluarganya, lanÂjut dia, hanya sesekali saja meÂnemÂpati rumah ini. “Istri dan anakÂnya tinggal di sini saat liÂburan sekolah saja. Selain itu, tinggal di tempat lain,†katanya.
Toto tak tahu dimana rumah MirÂwan lainnya. Sebab majiÂkanÂnya tak memberitahu. Ia pun tak banyak tahu aktivitas Mirwan. “Saya tahunya dia anggota DPR,†katanya.
Rumah Mirwan terletak di kaÂwaÂsan pemukiman elite River Park Bintaro, Jakarta Selatan. UnÂtuk sampai ke sini harus meÂlalui dua kali pemeriksaan. PerÂtama saat memasuki kompleks.
Hanya orang yang memiliki keÂperluan jelas atau sudah memÂbuat janji dengan penghuni komÂpleks yang diperkenankan maÂsuk. Pemeriksaan kedua terdapat di ujung jalan menuju rumah MirÂwan. Setiap tamu diminta meÂningÂgalkan kartu tanda pengenal.
Rumah Mirwan berlantai dua tanpa berpagar di depannya. RuÂmah bermodel minimalis modern ini tertutup rapat. Di halaman ruÂmah terdapat kolam ikan yang tiÂdak terlalu besar. Isinya berbagai ikan hias.
Disamping kiri rumah tersedia carÂport yang bisa menampung dua mobil. Hyundai Tucson warÂna hitam dan Nissan Juke warna putih parkir menghadap ke rumah.
Nama Mirwan Amir tengah jadi sorotan. Politisi Partai DeÂmokÂrat itu ramai diberitakan melakukan pembelian sejumlah mobil mewah.
Sebagai dilansir sejumlah meÂdia, Mirwan disebutkan membeli mobil Range Roover senilai Rp 2,1 miliar lewat perusahaan leaÂsing pada Januari 2011. PemÂbelian itu menggunakan nama adiknya, Amrinur Okta Jaya.
Mirwan juga disebut-sebut membeli mobil Mercedes C-Class 200 senilai Rp 575 juta di Kiki Auto Galery pada Oktober 2010. Pembelian mobil mewah ini juga lewat perusahaan leasing yang sama
Masih menurut informasi yang dilansir media, Mirwan juga memÂbeli mobil BMW X3 senilai Rp 570 juta. Pembeliannya yang terjadi pada November 2009 ini juga lewat perusahaan leasing. Dari sini muncul kecurigaan bahwa dia melakukan pencucian uang.
Sejak diberhentikan dari posisi waÂkil ketua Badan Anggaran DPR dan disebut-sebut melÂaÂkuÂkan transaksi dalam jumlah besar itu, Mirwan seolah menghilang. Ia tak terlihat saat pelantikan pimÂpinan Banggar Selasa lalu. MirÂwan juga tak nongol saat rapat paripurna DPR hari berikutnya.
Saat Rakyat Merdeka berÂkunÂjung DPR Kamis lalu, ruang kerja Mirwan di lantai 10 gedung NuÂsantara I tampak terkunci rapat. Walaupun dikunci, lampu di ruangan bernomor 1011 ini dÂiÂbiarkan menyala.
Seorang petugas Pengamanan DaÂlam (Pamdal) DPR menyeÂbutÂkan, Mirwan tak ada di ruangan itu. “Ruang kerjanya hanya diÂtungÂgu staf pribadinya. Tapi seÂkarang sedang sedang keluar. KaÂlau pak Mirwan Amir jarang ke ruang kerjanya. Mungkin langÂsung ke tempat rapat,†kata peÂtuÂgas wanita yang tak mau diÂseÂbutkan namanya ini.
Belakangan, Mirwan muncul untuk membantah tudingan diriÂnya melakukan pencucian uang. “Bohong sama sekali, itu fitnah namanya. Nanti kita lihat kebenaÂrannya, jangan sembarangan kaÂsih statemen yang tidak benar adaÂÂnya,†katanya.
Namun Mirwan mengakui perÂnah membeli dua mobil yang diatasnamakan adiknya, Amrinur Okta Jaya. “Soal beli mobil, meÂmang kenapa? Itu memang mobil adik saya, memang kenapa ruÂpaÂnya? Adik sama Abang apa saÂlahnya sih,†katanya.
Mirwan menegaskan kabar meÂngenai dirinya melakukan penÂcucian uang adalah bohong. Ia pun bermaksud mencari tahu siapa yang pertama kali meÂnyeÂbar kabar bohong tersebut. “Siapa itu yang memfitnah,†katanya.
Ia pun tak gentar diperiksa KoÂmisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengenai transaksi yang pernah dilakukannya. “Coba diÂperiksa saja itu, uang siapa,†tantangnya.
Ketua Besar Dan Kasus Calo Anggaran
Nama Mirwan Amir disebut-sebut oleh sejumlah orang yang kini terjerat kasus korupsi. MiÂsalnya oleh Mindo Rosalina MaÂnulang, bekas direktur pemasaran PT Anak Negeri.
Perusahaan ini milik MuÂhamÂmad Nazaruddin, bekas BenÂdahara Umum Partai Demokrat yang kini jadi terpidana kasus suap pembaÂngunan Wisma Atlet. Mindo menÂjadi terpidana dalam kasus yang sama. Ia sudah diÂvonis 2,5 tahun penjara pada SepÂtember 2011.
Dalam kasus ini, Majelis haÂkim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta juga memvonis Nazaruddin dengan hukuman 4 tahun 10 bulan penjara serta denÂda Rp 200 juta subsider 4 bulan kurungan pada April 2012.
Dalam persidangan NazaÂrudÂdin, Mindo mengungkapkan bahÂwa Angelina menyebut istilah “Ketua Besar†dan “Bos Besar†dalam pembicaraan lewat BlackÂBerry Messenger (BBM) sebagai penerima uang. “Ketua Besar itu Mirwan Amir, dan Bos Besar Anas (Anas Urbaningrum, Ketua Partai Demokrat),†ujar Mindo dalam kesaksiannya.
Namun kesaksian ini dibantah Angelina Sondakh dalam perÂsiÂdaÂngan di Pengadilan Tipikor JaÂkarta pada 15 Februari 2012. AngeÂlina mengatakan tidak tahu siapa “Bos Besar†dalam pemÂbiÂcaraan BlackBerry Messenger.
Nama Mirwan juga disebut daÂlam kasus kasus anggaran Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID). Kasus itu meÂnyeret politikus Partai Amanat NaÂsional, Wa Ode Nurhayati; dan kader ParÂtai Golongan Karya, Fahd El Fouz, anak penyanyi dangdut A. Rafiq, sebagai tersangka.
Nurhayati didakwa menerima suap Rp 6,25 miliar dari tiga peÂngusaha terkait dengan alokasi DPID. Ketiganya menyuap agar KaÂbupaten Pidie Jaya, Aceh BeÂsar, dan Bener Meriah mendapat alokasi proyek dana penyesuaian tahun 2011 senilai Rp 7,7 triliun. Namun, belakangan, tak semua daerah yang diusulkan kecipratan dana DPID.
Saat bersaksi untuk Nurhayati pada 17 Juli lalu, Fahd meÂnyeÂbuÂtÂkan jatah dana penyesuaian inÂfrastruktur untuk tiga kabupaten di Aceh, salah satunya diurus oleh Mirwan sebagai pimpinan Badan Anggaran dari Demokrat.
Di persidangan, Mirwan meÂngaÂkui Bener Meriah daerah peÂmilihannya. Namun ia meÂmÂbanÂtah jika disebut menawarkan proÂyek di kabupaten itu kepada peÂngusaha.
KPK Telusuri Transaksi Keuangan Anggota Banggar
Dapat Data Dari PPATK
Ketua Komisi PembeÂranÂtaÂsan Korupsi (KPK) Abraham Samad mengatakan, lemÂbaÂgaÂnya sedang melakukan invÂeÂstÂiÂgasi terkait data transaksi menÂcurigakan yang dilakukan angÂgota Banggar DPR.
Data yang disetor Pusat PeÂlaporan dan Analisa Transaksi KeÂuangan (PPATK) itu kini tengah ditelusuri. “Kita lakukan dan investigasi verifikasi terÂhaÂdap laporan resminya PPATK. Apakah laporan itu memenuhi unsur-unsur yang dapat ditindak lanjuti sebagai tindak pidana pencucian uang,†katanya.
Setelah hasil verifikasi dilaÂkukan dan diperoleh jejak piÂdaÂna, barulah KPK melakukan peÂmanggilan termasuk kepada siÂapa saja uang itu dialirkan.
Samad memastikan setiap data dari PPATK yang masuk ke KPK akan ditelusuri. “Jangan khawatir kalau laporan resmi PPATK suÂdah masih pasti peÂnyidik melaÂkukan investigasi,†tegasnya.
Kepala Humas KPK, Johan Budi SP mengatakan pihaknya menerima 18 laporan keuangan mencurigakan dari PPATK. Ada beberapa transaksi yang diduga berhubungan kasus yang tengah ditangani KPK. Yakni kasus pemÂbahasan anggaran KemenÂteÂrian Pendidikan dan KebuÂdaÂyaan serta Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Namun Johan tidak mÂeÂngeÂtahui siapa saja anggota BangÂgar DPR yang melakukan tranÂsaksi keuangan mencurigakan itu. “Saya tidak tahu siapa saja kaÂrena belum mendapat laporan dari penyidiknya,†katanya.
Demokrat: Jangan Kami Saja Yang Dikorek-korek
Ketua DPR Marzuki Alie memÂpersilakan Komisi PemÂbeÂrantasan Korupsi (KPK) untuk membidik keterkaitan bekas wakil ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR, Mirwan Amir, dalam dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
“Jika memang benar, silakan saja KPK untuk meninÂdakÂlanÂjutinya,†katanya. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai DeÂmokÂrat Ini menegaskan, KPK berÂtuÂgas memberantas korupsi. TerÂmasuk mengusut dugaan TPPU yang berasal dari hasil korupsi.
Tugas KPK itu, kata dia, diÂlinÂdungi undang-undang. “Itu suÂdah tugas KPK, jadi tidak usah dipermasalahkan lagi,†katanya.
Ketua Fraksi Demokrat DPR, Nurhayati Ali Assegaf, menÂduÂkung langkah KPK dalam memÂberantas korupsi.
Ia mempersilakan jika KoÂmisi yang dipimpin Abraham Samad itu hendak mengusut Mirwan Amir. “Kita memÂperÂsilakan dan mendorong segala tinÂdakan KPK untuk memÂbeÂranÂtas korupsi,†ujarnya.
Menurut orang dekat Ibu Ani Yudhoyono ini, Partai DemokÂrat akan mendukung segala tinÂdakan dalam hal memberantas korupsi, asalkan dengan adanya bukti yang jelas.
Walaupun demikian, anggota Komisi I ini juga meminta pada KPK agar tak hanya fokus keÂpada partainya saja. “KPK seÂbaÂgai lembaga penegak hukum yang berkeadilan, jangan korek-korek Demokrat terus. Di DPR kan tidak hanya partai DemokÂrat saja dan tidak hanya satu partai. Masih ada sembilan parÂtai lagi,†pintanya.
Koleganya Dipojokkan, Tamsil Angkat Bicara
Tamsil Linrung, kolega MirÂwan Amir di Badan Anggaran (BangÂgar) DPR turut angkat biÂcara soal tuduhan terhadap Mirwan.
Politisi Partai Keadilan SeÂjahÂtera (PKS) yang duduk seÂbaÂgai Wakil Ketua Banggar ini mempertanyakan informasi bahÂwa Mirwan terlibat dalam kaÂsus Dana Percepatan PemÂbaÂngunan Infrastruktur Daerah (DPID) saat menjabat Wakil KeÂtua Badan Anggaran DPR. “Dari mana Anda bisa meÂnyeÂbut itu? Apa itu sudah diÂpuÂtusÂkan? Saya kira belum,†katanya.
Sampai saat ini, Tamsil meÂngaku belum memiliki bukti kuat mengenai isu negatif yang menimpa Mirwan. Menurutnya, informasi yang berkembang seÂkarang hanya opini yang belum dapat dibuktikan. “Kita serahÂkan kepada mekanisme,†katanya.
Tamsil pun memastikan bahÂwa Mirwan tidak terlibat kasus Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPID) maupun melakukan pencucian uang. “Mirwan menjamin bahÂwa itu tidak ada,†katanya.
Bagaimana bila nanti terÂbukti? “Ya pasti kalau ada bukti ditindaklanjuti,†ujar Tamsil. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.