Hubungan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali dengan Djan Faridz, memanas. Penyebabnya, sikap Djan yang mendukung pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama. Padahal, di putaran dua Pilgub DKI, partai merapat ke Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.
Salah satu bentuk dukungan Djan terhadap Jokowi-Ahok adaÂlah meminjamkan salah satu rumahnya untuk digunakan seÂbagai markas tim sukses pasangÂan yang diusung PDIP dan GeÂrindra itu.
Seperti apa rumah Djan yang jadi markas timses Jokowi-Ahok? Yuk kita intip.
Dwi duduk mengetik di depan komputer. Sesekali dia mengÂangÂkat telepon yang berdering. “Saya sedang menyiapkan agenda Pak Jokowi selama Ramadhan di JaÂkarta,†akunya.
Perempuan berjilbab merah jamÂbu ini bekerja di salah satu ruangan rumah bernomor 22 di JaÂlan Borobudur, Menteng, JakÂarta Pusat. Inilah rumah Djan yang dipakai timses Jokowi-Ahok.
Menurut Dwi, setiap hari ruÂmah ini dipakai untuk meranÂcang agenda kegiatan Jokowi selama di ibu kota. Rumah ini juga menÂjadi tempat penimbunan logisÂtik kampanye. “Bila sudah penuh, baru seÂbagian logistik disimpan di ruÂmah Pak Boy Saidikin yang letakÂnya tak jauh dari sini,†kata dia.
Boy adalah ketua tim sukses Jokowi-Ahok. Politisi PDIP itu diÂketahui memiliki sebuah rumah yang juga terletak di Jalan BoroÂbudur. Dulu, rumah itu ditempati ayahnya, Ali Sadikin, bekas guÂbernur Jakarta.
Selain Dwi, ada empat staf sekÂretariat dan seorang staf urusan logistik yang ngantor di rumah Djan Faridz. Tiga sekuriti juga diÂtempatkan di sini untuk menjaga keamanan.
Apakah rumah ini sudah jadi markas relawan Jokowi-Ahok? “Kalau relawan jumlahnya tidak bisa dihitung karena banyak dan datang silih berganti,†katanya.
Dwi mengungkapkan, Jokowi jarang datang ke sini. Selama di Jakarta, Wali Kota Solo itu lebih sering ke lapangan untuk bertemu masyarakat. “Paling dia ke sini waktu rapat penting saja. Yang paling sering Pak Boy Sadikin,†bebernya.
Muhammad Taufik, juru bicara pasangan Jokowi-Ahok mengaÂtakan rumah yang jadi markas timses meman dipinjam dari Djan Faridz. “Kebetulan saya berteÂman dekat dengan Pak Djan FaÂridz, akhirnya saya pinjam ruÂmahnya untuk markas tim kamÂpanye,†akunya.
Tim sukses mulai menempati rumah ini sejak Maret. Tak lama setelah Jokowi-Ahok dideklaraÂsikan sebagai pasangan calon guÂbernur dan wakil gubernur JaÂkarta dari PDIP dan Gerindra. “KaÂmi pinjam selama pilkada ini berÂlangsung dan gratis,†kata Taufik.
Ketua Gerinda Jakarta ini meÂminjam rumah Djan karena seÂlama ini kosong. Rumah ini juga luas. Letaknya strategis di MenÂteng. Dengan berbagai alasan itu, tim sukses menganggap rumah ini cocok untuk dijadikan markas dan tempat berkumpul.
Djan Faridz, kata Taufik, tak keÂberatan rumahnya dipinjam. MenÂteri Perumahan Rakyat itu hanya mengajukan satu syarat: tidak boleh pasang plang.
Selama dipinjam, semua biaya operasional rumah termasuk untuk bayar tagihan listrik mauÂpun air jadi tanggungan tim sukses.
Belakangan, dukungan Djan terhadap pasangan Jokowi-Ahok dipersoalkan partainya, PPP. MeÂnurut Taufik, konflik Djan deÂngan PPP tak berpengaruh terÂhaÂdap tim sukses. Mereka tetap akan berÂmarkas di sini sampai pilÂgub selesai. “Agenda kami tetap jalan dan tidak terpengaruh deÂngan adanya konflik itu,†katanya.
Tim sukses Jokowi-Ahok meÂnuruti persyaratan Djan agar tak memasang plang di depan rumah. Sebagai gantinya, mereka meÂmasang dua baliho ukuran beÂsar warna merah dan putih berÂgambar Jokowi dan Ahok.
Selain baliho, beberapa spanÂduk bergambar sama juga dipaÂsang. Keberadaan baliho dan spanÂduk ini bisa menjadi petunÂjuk bahwa di sinilah markas tim sukses pasangan Jokowi-Ahok.
Bangunan rumah yang jadi markas tim sukses tak terlihat dari luar. Sebab, pagar rumah ditutupi dengan seng setinggi dua meter yang dicat putih. Namun gerbang selebar tiga meter yang berada di kiri pagar dibiarkan terbuka.
Di belakang gerbang terdapat pos jaga yang ditunggui dua seÂkuriti. Setiap orang yang tak diÂkeÂnal akan ditanyai apa keperÂluanÂnya ke sini. Dari pos ini terÂlihat halaman yang cukup luas. HaÂlaman ini bisa dijadikan temÂpat parkir mobil maupun sepeda motor.
Di bagian tengah area ini terÂdapat bangunan lawas. BaÂngunan berlantai satu ini digunakan untuk menerima tamu. Di sini diseÂdiakan satu set sofa dan beberapa kursi. Meja sekretariat di pasang di sisi kanan ruangan ini. BeÂbeÂrapa orang terlihat asyik berÂbinÂcang-bincang sambil menonton tayangÂan televisi.
Di bagian belakang terdapat baÂngunan panjang berbentuk L. Bangunan putih ini dipakai untuk sekretariatan dan juga tempat meÂnyimpan logistik kampanye.
Berebut Blok A Pasar Tanah Abang
PPP memutuskan mendukung Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli di putaran dua Pilgub DKI. ApaÂkah keputusan ini akan dipatuhi Djan Faridz yang sejak awal mendukung pasangan Jokowi-Ahok?
Djan tak muncul saat parÂtaiÂnya mendeklarasikan dukungan terÂhadap calon inkumben Fauzi Bowo di DPP PPP Jalan DipoÂnegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis lalu.
Kenapa Djan terkesan enggan mendukung Fauzi Bowo? SeÂlama ini Djan terlibat “perÂseÂteÂruan†dengan Pemerintah DKI yang dikomandoi Fauzi.
Perseteruan ini bermula dari langkah Dirut PD Pasar Jaya, Djangga Lubis yang memutus konÂtrak kerja sama pengelolaan Blok A Pasar Tanah Abang deÂngan PT Priamanaya Djan InterÂnational, perusahaan milik Djan. PD Pasar Jaya adalah baÂdan usaha di bawah Pemerintah DKI.
Pemutusan ini dilakukan kaÂrena hasil evaluasi Badan PeÂngaÂÂwasan Keuangan dan PemÂbangunan (BPKP) menyatakan bahwa kerja sama yang diteken 20 Oktober 2003 itu berpotensi merugikan negara Rp 179 miÂliar. Kerugian berasal dari hasil pembebasan lahan dan penÂdaÂpatan sewa kios yang urung disetorkan Priamanaya kepada PD Pasar Jaya.
Salah satu klausul dalam perÂjanjian itu mengatur bahwa peÂngelolaan Blok A Tanah Abang akan diserahkan kepada PD Pasar Jaya bila penjualan kios melampaui 95 persen. Namun, hingga pemeriksaan dilakukan kios yang terjual baru 42 persen.
Lantaran klausul 95 persen tak kunjung terpenuhi, PT PriaÂmanaya merasa terus berhak sebagai pengelola pasar. DeÂngan alasan masih rugi, PD PaÂsar Jaya hanya dapat jatah Rp 100 per bulan. Padahal, pengÂhaÂsilan yang diperoleh dari paÂsar ini diperÂkirakan jauh lebih besar.
Gerak-gerik Djan Diawasi Elite PPP
Partai Persatuan PemÂbaÂngunan (PPP) menyatakan menÂdukung pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dalam Pilgub DKI putaran kedua. Ketua Umum PPP Suryadharma Ali pun meminta seluruh kadernya unÂtuk solid mendukung Foke.
Ketua PPP Arwani Thomafi menyebut bahwa saat ini Ketua Umum, Suryadharma Ali serius membahas sikap Djan Faridz yang berseberangan. Menteri PeÂrumahan Rakyat yang juga peÂngusaha Tanah Abang itu diÂkabarkan lebih mendukung pasangan Jokowi-Ahok.
“Saya belum bisa sampaikan kemana arahnya (sikap ketua umum). Namun posisi Faridz seÂbagai ketua PWNU DKI saÂngat dipertimbangkan SuryaÂdharÂma Ali agar bisa tetap solid bersama dengan posisinya di kaÂbinet sebagai utusan PPP,†katanya.
Arwani mengatakan, saat ini tim internal PPP masih menyeÂliÂdiki lebih jauh kemungkinan peÂlanggaran yang dilakukan Djan Faridz yang meminjamkan ruÂmah pribadinya sebagai markas kemenangan pasangan Jokowi-Ahok.
“Tim masih melakukan melaÂkukan evaluasi dan penilaian terÂhadap kader PPP yang tidak loyal dengan keputusan DPP terkait Pilkada DKI Jakarta, daÂlam waktu dekat hasilnya akan dilaporkan,†katanya.
Arwani enggan mengungÂkapkan bentuk sanksi yang akan diberikan kader PPP bila tidak menÂdukung pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli pada putaran dua Pilkada DKI JaÂkarta. “Bentuk sanksinya masih akan dibahas dalam rapat interÂnal DPP (PPP),†katanya.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali meÂngaÂtakan akan mengambil sikap terhadap kader yang mbalelo tak mendukung pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.
Tudingan itu mengarah keÂpada Wakil Ketua Dewan Pakar PPP Djan Faridz yang menÂdukung Jokowi-Ahok.
“Kalau memang benar Pak Djan Faridz mendukung JoÂkoÂwi, itu haknya beliau. Namun, kalau dalam kaitannya beliau sebagai kader PPP, sudah ada hitung-hitungannya,†katanya.
Suryadharma belum dapat memastikan sanksi yang berÂlaku apabila terbukti benar ada kaÂdernya yang membelot. “SankÂsi belum bisa disebut, nanti akan kami rapatkan. SamÂpai saat ini, belum kita ruÂmuskan secara bersama,†katanya.
Namun, Menteri Agama ini meyakini, kader PPP yang pada saat putaran pertama tidak berÂpihak kepada Foke-Nara, saat ini mereka sudah sepenuhnya mendukung Foke-Nara.
Suryadharma juga tidak membantas alasan PPP menÂduÂkung pasangan calon Foke-Nara karena alasan persamaan agaÂma. “PPP ini berasaskan Islam. Jadi, jangan ditafsirkan secara sempit, itu salah. Islam sendiri memperhatikan pluralisme dan sudah menjadi ajaran,†katanya.
“PPP itu plural majemuk, berdemokrasi dengan Islamnya, tidak ada yang perlu dipertenÂtangkan,†tambahnya.
Melalui deklarasi dukungan kepada pasangan calon Foke-Nara, Suryadharma Ali meyaÂkiÂni kader PPP akan memberikan dukungan penuh kepada Foke-Nara. “Walaupun nantinya beÂnar Djan Faridz mendukung paÂsÂangan yang lain, itu semua tidak mempreÂsentasikan grassÂroots,†katanya. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.