Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Puluhan Eks PSK Kabur, Seragam Dibuang Di Jalan

Gerombolan Bermotor Serbu Panti Sosial Pasar Rebo

Selasa, 31 Juli 2012, 11:00 WIB
Puluhan Eks PSK Kabur, Seragam Dibuang Di Jalan
pekerja seks komersial (PSK)

rmol news logo Emil Salamun berdiri di belakang gerbang setinggi dua meter. Didampingi dua petugas sekuriti, Kepala Tata Usaha Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya ini berulang kali membuka tutup pintu gerbang dengan cara digeser.

Pria berkaca mata ini lantas me­neliti dinding tembok sebelah kiri gerbang, tempat engsel pintu ter­pasang. Jalur roda pintu gerbang tak tidak luput dari perhatiannya.

“Sementara mungkin pintu ini masih layak untuk dipakai. Tidak diganti. Dibenarkan saja. Bagian yang rusak dan melengkung dilas,” kata Emil.

Minggu pagi (30/7) gerbang panti sosial yang terletak di Jalan Tat Twam Asi, Komplek De­par­temen Sosial, Pasar Rebo, Jakarta Timur ini didobrak puluhan orang.

Dua petugas sekuriti, Sugi­yan­to dan Ramlan tak berdaya meng­hadapi puluhan orang yang da­tang mengendarai sepeda motor dan mengenakan helm ini.

Kedua petugas sudah menolak kedatangan gerombolan itu lan­taran bukan jam besuk. Tapi ge­rombolan langsung mendo­rong-dorong gerbang panti hingga kunci gerbang rusak. Pintu gerbang model geser itu sampai keluar dari relnya.

Dari celah ini, gerombolan ma­suk ke dalam. Saat itu, warga binaan yang tengah bersih-bersih di halaman diajak keluar. Ter­catat, 45 orang warga binaan kabur.

Mereka yang dikirim ke sini adalah pekerja seks komersial (PSK) yang terjaring razia aparat. Empat puluh warga binaan yang kabur adalah penghuni baru. Mereka masuk panti tanggal 7 dan 12 Juli. Mereka berasal dari Kabupaten Bekasi.

Kemarin, Rakyat Merdeka me­lihat-lihat Panti Sosial ini. Le­taknya tak jauh dari Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Jalanan di depan gerbang kom­pleks panti ini tampak sepi wa­laupun siang hari. Deretan rumah di kanan dan kiri jalan semuanya tertutup. Hanya satu dua orang yang melintas di jalan ini.

Untuk masuk ke dalam kom­pleks panti terlebih dahulu mel­e­wati pintu gerbang. Di bela­kang gerbang  terdapat pos yang dijaga dua petugas sekuriti. Petugas akan menanyakan setiap orang yang datang ke sini.

Pintu gerbang dari stainless steel dalam kondisi terbuka. Ger­bang dilapisi papan fiber ber­warna hijau untuk menghalangi pandangan ke dalam.

Papan bertuliskan “Tamu Wajib Lapor” dipasang di bagian atas pagar sebelah kanan. Di balik gerbang terdapat jalan sepanjang beberapa ratus meter menuju kompleks panti. Jalan ini diapit ru­mah-rumah di kanan dan kirinya.

Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya menempati lahan seluas 1,5 hektar. Penge­lola­annya di bawah Kementerian Sosial. Ini bisa dilihat dari plang besi melengkung yang dipasang di atas gerbang.

Kompleks panti ini dikelilingi tembok setinggi tiga meter. Di atas tembok dipasang kawat ber­duri. Sekilas mirip tembok pen­jara.

Ada beberapa bangunan di kompleks panti. Pertama, gedung unit seleksi. Gedung ini tempat penampungan sementara PSK yang baru datang. Biasanya, PSK itu dikirim Satpol Polisi Pa­mong­praja maupun petugas Di­nas Sosial dari wilayah sekitar Jakarta.

PSKW Mulya Jaya memang dibangun untuk menjadi tempat rehabilitasi para PSK yang ter­jaring razia. “Tapi tidak semua PSK yang datang ke sini akan ka­mi terima sebagai warga binaan. Karena harus memenuhi bebe­rapa persyaratan yang nanti akan dijalani di bagian unit seleksi,” jelas Emil.

Para PSK itu akan diperiksa kesehatan jasmani dan rohaninya. Dia tidak memiliki penyakit me­nular dan tidak terganggu pikir­an­nya. Untuk memastikannya, akan dilakukan pemeriksaan medis kepada para PSK.

Panti ini juga hanya menerima PKS yang berusia antara 15 sam­pai 45 tahun. Atau mereka yang masih berada dalam usia pro­duktif.

“Disini para PSK yang sudah kami terima akan kami sebut se­bagai eks PSK. Mereka akan men­jalani berbagai binaan ter­ma­suk keterampilan. Harapan­nya setelah keluar, mereka bisa pro­duktif memanfaatkan keahlian yang dimiliki tanpa harus kem­bali jadi PSK,” kata Emil.

Tiga gedung bertingkat lainnya yang ada di kawasan panti adalah Unit Kartini, Unit Cut Nyak Dien dan Unit Malahayati. Ketiga unit tersebut merupakan tempat tinggal bagi PSK yang jadi warga binaan. “Satu unit bisa menam­pung 40-50 orang warga binaan,” terangnya.

Saat Rakyat Merdeka datang, suasana di dalam kompleks panti tampak sepi. Warga binaan tam­paknya tak diperkenankan berke­liaran setelah insiden kaburnya 45 orang dari panti ini.

Emil menduga kaburnya warga binaan ini sudah direncanakan. Setelah berada di luar gerbang, warga binaan melepaskan baju seragam panti.

“Banyak baju panti yang kami temukan tercecer di pinggir jalan. Artinya, mereka sudah persiap­kan itu. Mereka sudah memakai pakaian dobel,” ujarnya.

Petugas sekuriti berhasil me­nang­kap seorang anggota gerom­bolan yang menyuruh warga binaan kabur. Pria bernama Wa­sim, warga Bekasi ini tak menya­dari kalau sudah tertinggal. Ia terus berada di dalam kompleks panti mengajak warga binaan kabur.

Saat digeledah ditemukan sebuah handphone. Dari ponsel pelaku ditemukan sejumlah pesan singkat (SMS) dengan salah satu warga binaan.

“Isinya ya tentang aksi pelarian itu. Orangnya sudah kami se­rahkan ke Polsektro Pasar Rebo. Dan menurut orang dalam panti, Wa­sim itu dikenali suka ber­kun­jung ke sini,” katanya.

Kecurigaan aksi ini sudah di­rencanakan semakin kuat setelah mengingat peristiwa sebelumnya. Be­berapa hari sebelum pe­nyerangan, panti ini didatangi beberapa orang yang mengaku anggota LSM yang bergerak di bidang HAM di Bekasi.

“Kedatangan aktifis itu untuk mem­bebaskan warga binaan dari Bekasi. Mereka menganggap aktifitas di panti melanggar HAM,” ungkap Emil.

Tak berapa lam setelah puluhan warga binaan kabur, Emil di­hubungi seseorang. “Dia bilang, gimana? Panti sepi ya Pak? Be­sok saya ke sana lagi ambil yang lain,” tutur Emil.

Untuk mencegah kejadian ter­ulang, pihak panti memperkuat pengamanan dan meminta ban­tuan Polsek Pasar Rebo.

Warga Binaan Panjat Tembok Pakai Tali Sprei

Aksi kaburnya warga binaan dari Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya bukanlah kali pertama terjadi. Sebelum­nya, sudah ada warga binaan yang melarikan diri dengan me­manfaatkan kelemahan petugas panti.

Menurut Kepala Tata Usaha PSKW Mulya Jaya Emil Sala­mun, sebelumnya warga binaan kabur dengan upaya sendiri. Tidak ada bantuan orang lain. Jumlahnya pun hanya segelintir.

“Hanya beberapa orang saja. Diduga sesama warga binaan yang kabur sudah saling kerja sama untuk melarikan diri pada ma­lam hari,” kata Emil.

Warga binaan kabur dengan memanjat pagar tembok panti. Mereka menggunakan sprei dan selimut sebagai tali untuk me­manjat.

“Kain yang sudah terikat pan­jang itu, lantas disangkutkan pada kawat yang ada di bagian atas pagar. Mungkin mirip de­ngan aksi di film-film saja,” katanya sambil tertawa.

Emil heran pagar tembok yang dibangun di sekeliling panti cukup tinggi untuk di­pan­jat seorang wanita. Apalagi, di bagian atasnya  dipasang kawat berduri yang bisa merobek kulit bila dipanjat.

Tak hanya itu, aturan jam keluar kamar yang diterapkan penjaga panti cukup ketat dan disiplin. Setiap hari, kata Emil, setelah jam makan malam, pintu gerbang yang ada di unit ma­sing-masing dikunci.

Selain dikunci dari arah luar, pe­tugas sekuriti juga selalu kon­trol keliling ke setiap unit yang dijadikan tempat tinggal warga binaan. “Tapi tetap saja, kami per­nah beberapa kali keco­long­an dengan kaburnya warga bina­an dari dalam panti,” ujarnya.

Jadi PSK Lagi, Muka Lama Keluar Masuk Rehabilitasi

Tidak semua warga binaan yang keluar dari Panti Sosial Kar­ya Wanita Mulya Jaya ber­tobat. Banyak yang kembali ke sini karena ketangkap menjadi PSK lagi.

“Itu sering terjadi disini. Saat ada pengiriman PSK yang baru, ter­nyata saat didata dan dise­leksi ada yang sebenarnya muka-muka lama alias sudah per­nah masuk,” kata Emil Sa­lamun, Kepala TU Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya.

Kalau sudah begitu, lanjut Emil, petugas panti nantinya akan memberikan perlakuan ekstra pada PSK yang dua atau lebih masuk ke dalam panti. “Fokus utamanya adalah pada pembinaan ahlak dan agama,” ujarnya.

Emil bilang, tujuan utama di­dirikannya panti ini adalah untuk melakukan rehabilitasi bagi para PSK. Rehabilitasi meliputi pembinaan secara me­nyeluruh petugas panti mau­pun pihak luar yang diun­dang untuk  bekerja.

Pembinaan pertama yang di­berikan adalah pembinaan si­kap, akhlak dan moral dari PSK yang menjadi warga binaan. Tak hanya pendidikan moral, pen­didikan agama menjadi satu materi yang penting untuk dilakukan.

“Misalnya saat Ramadhan ini. Warga binaan kami latih un­tuk mengisinya dengan kegiatan iba­dah. Misalnya berpuasa, me­ngaji, shalat berjamaat dan sha­lat malam. Itu dari puasa per­ta­ma sampai terakhir,” tuturnya.

Pembinaan lainnya yakni pa­da pengembangan keteram­pilan para  eks PSK tersebut. Ada beberapa program keterampilan yang bisa dipilih para eks PSK.

“Ada mengolah pangan, kete­rampilan salon, menjahit dan beberapa keterampilan lainnya. Kami mempersilakan mereka untuk memilih mana yang mereka suka,” ujarnya.

Waktu yang disediakan panti untuk melakukan binaan adalah enam bulan, terhitung dari hari per­tama mereka tergabung se­bagai warga binaan. Tiga bulan untuk pembinaan akhlak dan kepribadian, sisanya untuk la­tih­an keterampilan.

Tak hanya itu, selama me­ngikuti pembinaan, panti juga mengundang pihak keluarga setiap hari Ra­bu untuk kon­sultasi. “Konsultasi itu hanya antara panti dengan keluarga, tidak mem­pertemukan dengan warga binaan,” kata Emil.

Setelah memasuki waktu enam bulan, barulah pihak panti memberikan izin kepada warga bi­naan tersebut kembali ke ma­syarakat. Dengan syarat, keluar­ga bisa menjamin tidak akan kembali menjadi PSK.

“Tapi lagi-lagi faktor eko­nomi dan lingkungan pula yang kerap membuat mereka kembali men­jadi PSK. Apalagi banyak yang tertangkap dan dibawa ke­sini merupakan tu­lang pung­­­gung bagi keluarganya,” ungkapnya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA