Emil Salamun berdiri di belakang gerbang setinggi dua meter. Didampingi dua petugas sekuriti, Kepala Tata Usaha Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya ini berulang kali membuka tutup pintu gerbang dengan cara digeser.
Pria berkaca mata ini lantas meÂneliti dinding tembok sebelah kiri gerbang, tempat engsel pintu terÂpasang. Jalur roda pintu gerbang tak tidak luput dari perhatiannya.
“Sementara mungkin pintu ini masih layak untuk dipakai. Tidak diganti. Dibenarkan saja. Bagian yang rusak dan melengkung dilas,†kata Emil.
Minggu pagi (30/7) gerbang panti sosial yang terletak di Jalan Tat Twam Asi, Komplek DeÂparÂtemen Sosial, Pasar Rebo, Jakarta Timur ini didobrak puluhan orang.
Dua petugas sekuriti, SugiÂyanÂto dan Ramlan tak berdaya mengÂhadapi puluhan orang yang daÂtang mengendarai sepeda motor dan mengenakan helm ini.
Kedua petugas sudah menolak kedatangan gerombolan itu lanÂtaran bukan jam besuk. Tapi geÂrombolan langsung mendoÂrong-dorong gerbang panti hingga kunci gerbang rusak. Pintu gerbang model geser itu sampai keluar dari relnya.
Dari celah ini, gerombolan maÂsuk ke dalam. Saat itu, warga binaan yang tengah bersih-bersih di halaman diajak keluar. TerÂcatat, 45 orang warga binaan kabur.
Mereka yang dikirim ke sini adalah pekerja seks komersial (PSK) yang terjaring razia aparat. Empat puluh warga binaan yang kabur adalah penghuni baru. Mereka masuk panti tanggal 7 dan 12 Juli. Mereka berasal dari Kabupaten Bekasi.
Kemarin, Rakyat Merdeka meÂlihat-lihat Panti Sosial ini. LeÂtaknya tak jauh dari Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Jalanan di depan gerbang komÂpleks panti ini tampak sepi waÂlaupun siang hari. Deretan rumah di kanan dan kiri jalan semuanya tertutup. Hanya satu dua orang yang melintas di jalan ini.
Untuk masuk ke dalam komÂpleks panti terlebih dahulu melÂeÂwati pintu gerbang. Di belaÂkang gerbang terdapat pos yang dijaga dua petugas sekuriti. Petugas akan menanyakan setiap orang yang datang ke sini.
Pintu gerbang dari stainless steel dalam kondisi terbuka. GerÂbang dilapisi papan fiber berÂwarna hijau untuk menghalangi pandangan ke dalam.
Papan bertuliskan “Tamu Wajib Lapor†dipasang di bagian atas pagar sebelah kanan. Di balik gerbang terdapat jalan sepanjang beberapa ratus meter menuju kompleks panti. Jalan ini diapit ruÂmah-rumah di kanan dan kirinya.
Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya menempati lahan seluas 1,5 hektar. PengeÂlolaÂannya di bawah Kementerian Sosial. Ini bisa dilihat dari plang besi melengkung yang dipasang di atas gerbang.
Kompleks panti ini dikelilingi tembok setinggi tiga meter. Di atas tembok dipasang kawat berÂduri. Sekilas mirip tembok penÂjara.
Ada beberapa bangunan di kompleks panti. Pertama, gedung unit seleksi. Gedung ini tempat penampungan sementara PSK yang baru datang. Biasanya, PSK itu dikirim Satpol Polisi PaÂmongÂpraja maupun petugas DiÂnas Sosial dari wilayah sekitar Jakarta.
PSKW Mulya Jaya memang dibangun untuk menjadi tempat rehabilitasi para PSK yang terÂjaring razia. “Tapi tidak semua PSK yang datang ke sini akan kaÂmi terima sebagai warga binaan. Karena harus memenuhi bebeÂrapa persyaratan yang nanti akan dijalani di bagian unit seleksi,†jelas Emil.
Para PSK itu akan diperiksa kesehatan jasmani dan rohaninya. Dia tidak memiliki penyakit meÂnular dan tidak terganggu pikirÂanÂnya. Untuk memastikannya, akan dilakukan pemeriksaan medis kepada para PSK.
Panti ini juga hanya menerima PKS yang berusia antara 15 samÂpai 45 tahun. Atau mereka yang masih berada dalam usia proÂduktif.
“Disini para PSK yang sudah kami terima akan kami sebut seÂbagai eks PSK. Mereka akan menÂjalani berbagai binaan terÂmaÂsuk keterampilan. HarapanÂnya setelah keluar, mereka bisa proÂduktif memanfaatkan keahlian yang dimiliki tanpa harus kemÂbali jadi PSK,†kata Emil.
Tiga gedung bertingkat lainnya yang ada di kawasan panti adalah Unit Kartini, Unit Cut Nyak Dien dan Unit Malahayati. Ketiga unit tersebut merupakan tempat tinggal bagi PSK yang jadi warga binaan. “Satu unit bisa menamÂpung 40-50 orang warga binaan,†terangnya.
Saat Rakyat Merdeka datang, suasana di dalam kompleks panti tampak sepi. Warga binaan tamÂpaknya tak diperkenankan berkeÂliaran setelah insiden kaburnya 45 orang dari panti ini.
Emil menduga kaburnya warga binaan ini sudah direncanakan. Setelah berada di luar gerbang, warga binaan melepaskan baju seragam panti.
“Banyak baju panti yang kami temukan tercecer di pinggir jalan. Artinya, mereka sudah persiapÂkan itu. Mereka sudah memakai pakaian dobel,†ujarnya.
Petugas sekuriti berhasil meÂnangÂkap seorang anggota geromÂbolan yang menyuruh warga binaan kabur. Pria bernama WaÂsim, warga Bekasi ini tak menyaÂdari kalau sudah tertinggal. Ia terus berada di dalam kompleks panti mengajak warga binaan kabur.
Saat digeledah ditemukan sebuah handphone. Dari ponsel pelaku ditemukan sejumlah pesan singkat (SMS) dengan salah satu warga binaan.
“Isinya ya tentang aksi pelarian itu. Orangnya sudah kami seÂrahkan ke Polsektro Pasar Rebo. Dan menurut orang dalam panti, WaÂsim itu dikenali suka berÂkunÂjung ke sini,†katanya.
Kecurigaan aksi ini sudah diÂrencanakan semakin kuat setelah mengingat peristiwa sebelumnya. BeÂberapa hari sebelum peÂnyerangan, panti ini didatangi beberapa orang yang mengaku anggota LSM yang bergerak di bidang HAM di Bekasi.
“Kedatangan aktifis itu untuk memÂbebaskan warga binaan dari Bekasi. Mereka menganggap aktifitas di panti melanggar HAM,†ungkap Emil.
Tak berapa lam setelah puluhan warga binaan kabur, Emil diÂhubungi seseorang. “Dia bilang, gimana? Panti sepi ya Pak? BeÂsok saya ke sana lagi ambil yang lain,†tutur Emil.
Untuk mencegah kejadian terÂulang, pihak panti memperkuat pengamanan dan meminta banÂtuan Polsek Pasar Rebo.
Warga Binaan Panjat Tembok Pakai Tali Sprei
Aksi kaburnya warga binaan dari Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya bukanlah kali pertama terjadi. SebelumÂnya, sudah ada warga binaan yang melarikan diri dengan meÂmanfaatkan kelemahan petugas panti.
Menurut Kepala Tata Usaha PSKW Mulya Jaya Emil SalaÂmun, sebelumnya warga binaan kabur dengan upaya sendiri. Tidak ada bantuan orang lain. Jumlahnya pun hanya segelintir.
“Hanya beberapa orang saja. Diduga sesama warga binaan yang kabur sudah saling kerja sama untuk melarikan diri pada maÂlam hari,†kata Emil.
Warga binaan kabur dengan memanjat pagar tembok panti. Mereka menggunakan sprei dan selimut sebagai tali untuk meÂmanjat.
“Kain yang sudah terikat panÂjang itu, lantas disangkutkan pada kawat yang ada di bagian atas pagar. Mungkin mirip deÂngan aksi di film-film saja,†katanya sambil tertawa.
Emil heran pagar tembok yang dibangun di sekeliling panti cukup tinggi untuk diÂpanÂjat seorang wanita. Apalagi, di bagian atasnya dipasang kawat berduri yang bisa merobek kulit bila dipanjat.
Tak hanya itu, aturan jam keluar kamar yang diterapkan penjaga panti cukup ketat dan disiplin. Setiap hari, kata Emil, setelah jam makan malam, pintu gerbang yang ada di unit maÂsing-masing dikunci.
Selain dikunci dari arah luar, peÂtugas sekuriti juga selalu konÂtrol keliling ke setiap unit yang dijadikan tempat tinggal warga binaan. “Tapi tetap saja, kami perÂnah beberapa kali kecoÂlongÂan dengan kaburnya warga binaÂan dari dalam panti,†ujarnya.
Jadi PSK Lagi, Muka Lama Keluar Masuk Rehabilitasi
Tidak semua warga binaan yang keluar dari Panti Sosial KarÂya Wanita Mulya Jaya berÂtobat. Banyak yang kembali ke sini karena ketangkap menjadi PSK lagi.
“Itu sering terjadi disini. Saat ada pengiriman PSK yang baru, terÂnyata saat didata dan diseÂleksi ada yang sebenarnya muka-muka lama alias sudah perÂnah masuk,†kata Emil SaÂlamun, Kepala TU Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya.
Kalau sudah begitu, lanjut Emil, petugas panti nantinya akan memberikan perlakuan ekstra pada PSK yang dua atau lebih masuk ke dalam panti. “Fokus utamanya adalah pada pembinaan ahlak dan agama,†ujarnya.
Emil bilang, tujuan utama diÂdirikannya panti ini adalah untuk melakukan rehabilitasi bagi para PSK. Rehabilitasi meliputi pembinaan secara meÂnyeluruh petugas panti mauÂpun pihak luar yang diunÂdang untuk bekerja.
Pembinaan pertama yang diÂberikan adalah pembinaan siÂkap, akhlak dan moral dari PSK yang menjadi warga binaan. Tak hanya pendidikan moral, penÂdidikan agama menjadi satu materi yang penting untuk dilakukan.
“Misalnya saat Ramadhan ini. Warga binaan kami latih unÂtuk mengisinya dengan kegiatan ibaÂdah. Misalnya berpuasa, meÂngaji, shalat berjamaat dan shaÂlat malam. Itu dari puasa perÂtaÂma sampai terakhir,†tuturnya.
Pembinaan lainnya yakni paÂda pengembangan keteramÂpilan para eks PSK tersebut. Ada beberapa program keterampilan yang bisa dipilih para eks PSK.
“Ada mengolah pangan, keteÂrampilan salon, menjahit dan beberapa keterampilan lainnya. Kami mempersilakan mereka untuk memilih mana yang mereka suka,†ujarnya.
Waktu yang disediakan panti untuk melakukan binaan adalah enam bulan, terhitung dari hari perÂtama mereka tergabung seÂbagai warga binaan. Tiga bulan untuk pembinaan akhlak dan kepribadian, sisanya untuk laÂtihÂan keterampilan.
Tak hanya itu, selama meÂngikuti pembinaan, panti juga mengundang pihak keluarga setiap hari RaÂbu untuk konÂsultasi. “Konsultasi itu hanya antara panti dengan keluarga, tidak memÂpertemukan dengan warga binaan,†kata Emil.
Setelah memasuki waktu enam bulan, barulah pihak panti memberikan izin kepada warga biÂnaan tersebut kembali ke maÂsyarakat. Dengan syarat, keluarÂga bisa menjamin tidak akan kembali menjadi PSK.
“Tapi lagi-lagi faktor ekoÂnomi dan lingkungan pula yang kerap membuat mereka kembali menÂjadi PSK. Apalagi banyak yang tertangkap dan dibawa keÂsini merupakan tuÂlang pungÂÂÂgung bagi keluarganya,†ungkapnya. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.