Sersan Dua Nicholas Sandi Harewan melangkah pelan menuju halaman Markas Komando Pasukan Khusus Cijantung, Jakarta Timur. Senyum sumringah tak pernah lepas dari bibir anggota Satuan 81 Penanggulangan Teror (Gultor) pasukan elite TNI AD ini.
Pria yang mengenakan seragam hijau dengan baret merah khas Kopassus ini lantas menyalami 3 orang yang memang sengaja ingin menemuinya. Ketiga orang itu adalah Is, karyawati yang perÂnah ditolongnya dari aksi peÂmerkosaan pada Senin malam (23/7). Is didampingi Rugio, ayahnya dan Makmur Zakaria, ketua RW di tempat tinggalnya.
“Apa kabar Mbak?†sapa NicÂhoÂlas dengan logat suara khas dari daerah timur kepada Is. Hal yang sama juga disampaikannya kepada Rugio dan Makmur.
Tak berapa lama, keempat orang ini terlibat dalam obrolan riÂngan. Sesekali, obrolan mereka diselingi tawa kecil dari Nicholas. “Saya mengucapkan syukur dan terima kasih. Kalau tidak ada Bang Nicolas, saya tidak tahu lagi bagaiÂmana,†kata Is membuka obrolan.
Wanita yang tinggal di daerah TaÂnah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat ini meÂngaÂtaÂkan, maksud kedatangannya ke Markas Kopassus ini untuk meÂnguÂcapkan terima kasih pada Nicholas. Kendati masih suka trauma, Is meÂrasa sangat berÂsyuÂkur dirinya tidak sampai jadi korÂban perkosaan.
Sekitar setengah jam meÂngobÂrol, Rugio yang sejak tadi tak banyak bicara mendekati NichoÂlas. Kepada anggota Kopassus itu, Rugio menyerahkan sebuah bingkai penghargaan.
“Ini sebagai bentuk terima kasih kami kepada Pak Nicholas yang telah berani menyelamatkan Is. Semoga tindakan Pak NichoÂlas bisa ditiru pasukan yang lain saat ada kasus serupa,†ujar Rugio.
Sebelum berpamitan, ketiga orang tersebut masih sempat berfoto bersama dengan NichoÂlas. Sambil tersenyum lebar, NicÂhoÂlas pun mengabulkan permoÂhoÂnan ketiga orang tersebut. SeÂtelah beberapa kali mengambil gambar, akhirnya ketiga orang tersebut berjalan meninggalkan lapangan Markas Kopassus.
Nicholas yang selesai meneÂrima tamu, masih sempat berÂbinÂcang-bincang dengan awak meÂdia yang memang sejak tadi meÂnunggunya. Sambil terus terÂseÂnyum, Nicholas menjawab satu per satu pertanyaan yang diajuÂkan padanya.
“Saya bersyukur kalau atas perÂbuatan yang saya lakukan bisa berÂmanfaat orang lain. Terus terang, saya tidak berpikir akan datang penghargaan dari usaha menolong orang lain,†ujarnya terus terang.
“Yang melandasi saya menyeÂlaÂmatkan wanita itu juga dari tuÂnangan saya. Saya tidak pikir risiko tentang saya, saya cuma pikirkan, dia itu harus selamat,†tambahnya.
Lantas Nicholas menceritakan kembali peristiwa yang terjadi saat itu. Saat itu, dirinya sedang membocengi tunangannya, Anita Lusiana. Pria yang bergabung dengan Kopassus sejak 2010 ini mengaku hendak ke biro perÂjaÂlaÂnan untuk membeli tiket pesawat ke Papua, kampung halamannya.
“Tepatnya sekitar pukul 22.45, saat saya sedang mengendarai sepeda motor, ada angkot yang melewati saya dengan kecepatan tinggi, kemudian dari dalam ada suara teriakan wanita minta toÂlong,†tuturnya.
Tanpa berpikir panjang, pemuÂda asal Papua ini segera mengejar angkot itu. Ia curiga karena konÂdisi di dalam angkot gelap. LamÂpu dalam dimatikan semua. Ia semÂpat melihat lima pria. Dua duÂduk di depan, dan tiga di belakang.
Sampai di depan Markas KosÂtrad di Gambir, Jakarta Pusat, kaÂtaÂnya, angkot tersebut masuk jalur busway. Namun lajunya terÂsendat karena ada taksi di depan yang berhenti. “Angkot berhenti, saya deÂkati. Saya lempar pakai helm, tapi tidak kena,†kata Nicolas.
Kembali terjadi aksi pengeÂjaran. Tepat di depan Gedung MahÂkamah Agung, di Jalan MerÂdeka Utara, korban dilempar para pelaku. “Waktu itu korban sudah di pinggir jalan, dalam keadaan terduduk, lagi nangis. Shock beÂrat, kerah bajunya sudah ke samÂping. Isi tasnya juga acak-acaÂkan,†terangnya.
Singkat cerita, sopir angkot durÂjana itu berhasil ditangkap di kawasan Dukuh Atas malam itu juga. Ia ternyata sopir tembak angÂkot berwarna putih itu. Empat peÂlaku lainnya melarikan diri. BeÂlakangan, dua berhasil ditangkap.
Walaupun ikhlas menolong, Nicholas terpaksa batal mudik unÂtuk menikmati masa cuti. “Saya tidak jadi pulang kampung ke Papua. Padahal saat ini saya sedang cuti dan memang renÂcÂaÂnaÂnya mau pulang kampung,†kata pria yang berencana meniÂkah pada 2014 nanti. Ia berencana pulang kampung setelah menyeÂlesaikan ekspedisi perbatasan di Kalimantan.
Sekarang apa kegiatannya? LanÂtaran batal pulang cuti, NicÂholas kembali beraktivitas seÂbaÂgai praÂjurit. Ia pun banyak menÂdapat perÂmintaan wawancara dari media.
Wajahnya pun muncul di berÂbagai media. Kata Nicholas, keÂmunÂculannya di layar kaca bisa meÂngobati rasa kangen keluarga terhadap dirinya yang batal puÂlang kampung.
Mendadak Ngetop, Tetap Rendah Hati
Nama Serda Nicholas Sandi Harewan belakangan ini menÂjadi pembicaraan lantaran aksiÂnya mencegah perkosaan di angÂkot. Ia pun menjadi “selebÂriti†dadakan karena wajahnya kerap muncul di layar kaca.
Bagaimana perasaan NichoÂlas menjadi orang terkenal? Anggota Satuan Khusus 81 PeÂnanggulangan Teror Kopassus ini mengatakan tidak ada yang berubah sama dalam hidupnya setelah ngetop.
“Biasa saja. Kalau dibilang jadi terkenal, mungkin benar. Tapi saya tetap seorang prajurit yang akan kembali bertugas menjaga NKRI,†jelasnya.
Sebelumnya ada beberapa aparat yang lebih dulu ngetop karena aksinya. Misalnya, BripÂtu Norman Kamaru, anggota Brimob Polda Gorontalo yang terkenal setelah videonya yang sedang lip sing lagu Chaiyya-chaiyya diunggah ke Youtube.
Menurut Nicholas, popuÂlaritas yang diperolehnya berÂbeda dengan mereka. “Saya kan istilahnya menyelamatkan orang. Jadi saya tidak ada paÂmor,†akunya.
“Kalau boleh kasih masukan. Saya ingin kaum muda IndoÂnesia yang sama seperti saya bisa hidup rukun dan saling menjaga. Saling membantu orang-orang yang ada dalam keÂsulitan,†ujarnya.
Baginya, untuk menolong orang lain tidak harus berstatus anggota TNI maupun KepoliÂsian. Setiap orang, kata dia, memiliki kesempatan yang sama untuk berbuat baik kepada sesama.
“Tapi jujur yang melandasi saya menyelamatkan peremÂpuan itu juga dari tunangan saya. Saat itu saya hanya berÂpikir bagaimana caranya harus menolong orang itu,†bebernya.
Danjen Kopasus Agus SutoÂmo berharap setiap prajurit bisa menteladani sikap ksatria yang ditunjukan Nicholas. Karena pada dasarnya, prajurit itu dididik dan dilatih untuk berani melawan kejahatan.
“Dan untuk Nicholas, saya merasa bangga punya pasukan seÂperti dia. Semoga ke depan dia tidak besar kepala dan tetap menjadi prajurit yang terbaik dan berprestasi,†harap Agus. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.