Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Muncul Di TV, Bisa Obati Rasa Kangen Keluarganya

Cegah Perkosaan Di Angkot, Serda Nicholas Batal Cuti Ke Papua

Senin, 30 Juli 2012, 11:35 WIB
Muncul Di TV, Bisa Obati Rasa Kangen Keluarganya
Serda Nicholas Sandi Harewan

rmol news logo Sersan Dua Nicholas Sandi Harewan melangkah pelan menuju halaman Markas Komando Pasukan Khusus Cijantung, Jakarta Timur. Senyum sumringah tak pernah lepas dari bibir anggota Satuan 81 Penanggulangan Teror (Gultor) pasukan elite TNI AD ini.

Pria yang mengenakan seragam hijau dengan baret merah khas Kopassus ini lantas menyalami 3 orang yang memang sengaja ingin menemuinya. Ketiga orang itu adalah Is, karyawati yang per­nah ditolongnya dari aksi pe­merkosaan pada Senin malam (23/7). Is didampingi Rugio, ayahnya dan Makmur Zakaria, ketua RW di tempat tinggalnya.

“Apa kabar Mbak?” sapa Nic­ho­las dengan logat suara khas dari daerah timur kepada Is. Hal yang sama juga disampaikannya kepada Rugio dan Makmur.

Tak berapa lama, keempat orang ini terlibat dalam obrolan ri­ngan. Sesekali, obrolan mereka diselingi tawa kecil dari Nicholas. “Saya mengucapkan syukur dan terima kasih. Kalau tidak ada Bang Nicolas, saya tidak tahu lagi bagai­mana,” kata Is membuka obrolan.

Wanita yang tinggal di daerah Ta­nah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat ini me­nga­ta­kan, maksud kedatangannya ke Markas Kopassus ini untuk me­ngu­capkan terima kasih pada Nicholas. Kendati masih suka trauma, Is me­rasa sangat ber­syu­kur dirinya tidak sampai jadi kor­ban perkosaan.

Sekitar setengah jam me­ngob­rol, Rugio yang sejak tadi tak banyak bicara mendekati Nicho­las. Kepada anggota Kopassus itu, Rugio menyerahkan sebuah bingkai penghargaan.

“Ini sebagai bentuk terima kasih kami kepada Pak Nicholas yang telah berani menyelamatkan Is. Semoga tindakan Pak Nicho­las bisa ditiru pasukan yang lain saat ada kasus serupa,” ujar Rugio.

Sebelum berpamitan, ketiga orang tersebut masih sempat berfoto bersama dengan Nicho­las. Sambil tersenyum lebar, Nic­ho­las pun mengabulkan permo­ho­nan ketiga orang tersebut. Se­telah beberapa kali mengambil gambar, akhirnya ketiga orang tersebut berjalan meninggalkan lapangan Markas Kopassus.

Nicholas yang selesai mene­rima tamu, masih sempat ber­bin­cang-bincang dengan awak me­dia yang memang sejak tadi me­nunggunya. Sambil terus ter­se­nyum, Nicholas menjawab satu per satu pertanyaan yang diaju­kan padanya.

“Saya bersyukur kalau atas per­buatan yang saya lakukan bisa ber­manfaat orang lain. Terus terang, saya tidak berpikir akan datang penghargaan dari usaha menolong orang lain,” ujarnya terus terang.

“Yang melandasi saya menye­la­matkan wanita itu juga dari tu­nangan saya. Saya tidak pikir risiko tentang saya, saya cuma pikirkan, dia itu harus selamat,” tambahnya.

Lantas Nicholas menceritakan kembali peristiwa yang terjadi saat itu. Saat itu, dirinya sedang membocengi tunangannya, Anita Lusiana. Pria yang bergabung dengan Kopassus sejak 2010 ini mengaku hendak ke biro per­ja­la­nan untuk membeli tiket pesawat ke Papua, kampung halamannya.

“Tepatnya sekitar pukul 22.45, saat saya sedang mengendarai sepeda motor, ada angkot yang melewati saya dengan kecepatan tinggi, kemudian dari dalam ada suara teriakan wanita minta to­long,” tuturnya.

Tanpa berpikir panjang, pemu­da asal Papua ini segera mengejar angkot itu. Ia curiga karena kon­disi di dalam angkot gelap. Lam­pu dalam dimatikan semua. Ia sem­pat melihat lima pria. Dua du­duk di depan, dan tiga di belakang.

Sampai di depan Markas Kos­trad di Gambir, Jakarta Pusat, ka­ta­nya, angkot tersebut masuk jalur busway. Namun lajunya ter­sendat karena ada taksi di depan yang berhenti. “Angkot berhenti, saya de­kati. Saya lempar pakai helm, tapi tidak kena,” kata Nicolas.

Kembali terjadi aksi penge­jaran. Tepat di depan Gedung Mah­kamah Agung, di Jalan Mer­deka Utara, korban dilempar para pelaku. “Waktu itu korban sudah di pinggir jalan, dalam keadaan terduduk, lagi nangis. Shock be­rat, kerah bajunya sudah ke sam­ping. Isi tasnya juga acak-aca­kan,” terangnya.

Singkat cerita, sopir angkot dur­jana itu berhasil ditangkap di kawasan Dukuh Atas malam itu juga. Ia ternyata sopir tembak ang­kot berwarna putih itu. Empat pe­laku lainnya melarikan diri. Be­lakangan, dua berhasil ditangkap.  

Walaupun ikhlas menolong, Nicholas terpaksa batal mudik un­tuk menikmati masa cuti. “Saya tidak jadi pulang kampung ke Papua. Padahal saat ini saya sedang cuti dan memang ren­c­a­na­nya mau pulang kampung,” kata pria yang berencana meni­kah pada 2014 nanti. Ia berencana pulang kampung setelah menye­lesaikan ekspedisi perbatasan di Kalimantan.

Sekarang apa kegiatannya? Lan­taran batal pulang cuti, Nic­holas kembali beraktivitas se­ba­gai pra­jurit. Ia pun banyak men­dapat per­mintaan wawancara dari media.

Wajahnya pun muncul di ber­bagai media. Kata Nicholas, ke­mun­culannya di layar kaca bisa me­ngobati rasa kangen keluarga terhadap dirinya yang batal pu­lang kampung.

Mendadak Ngetop, Tetap Rendah Hati

Nama Serda Nicholas Sandi Harewan belakangan ini men­jadi pembicaraan lantaran aksi­nya mencegah perkosaan di ang­kot. Ia pun menjadi “seleb­riti” dadakan karena wajahnya kerap muncul di layar kaca.

Bagaimana perasaan Nicho­las menjadi orang terkenal? Anggota Satuan Khusus 81 Pe­nanggulangan Teror Kopassus ini mengatakan tidak ada yang berubah sama dalam hidupnya setelah ngetop.

“Biasa saja. Kalau dibilang jadi terkenal, mungkin benar. Tapi saya tetap seorang prajurit yang akan kembali bertugas menjaga NKRI,” jelasnya.

Sebelumnya ada beberapa aparat yang lebih dulu ngetop karena aksinya. Misalnya, Brip­tu Norman Kamaru, anggota Brimob Polda Gorontalo yang terkenal setelah videonya yang sedang lip sing lagu Chaiyya-chaiyya diunggah ke Youtube.

Menurut Nicholas, popu­laritas yang diperolehnya ber­beda dengan mereka. “Saya kan istilahnya menyelamatkan orang. Jadi saya tidak ada pa­mor,” akunya.

“Kalau boleh kasih masukan. Saya ingin kaum muda Indo­nesia yang sama seperti saya bisa hidup rukun dan saling menjaga. Saling membantu orang-orang yang ada dalam ke­sulitan,” ujarnya.

Baginya, untuk menolong orang lain tidak harus berstatus anggota TNI maupun Kepoli­sian. Setiap orang, kata dia, memiliki kesempatan yang sama untuk berbuat baik kepada sesama.

“Tapi jujur yang melandasi saya menyelamatkan perem­puan itu juga dari tunangan saya. Saat itu saya hanya ber­pikir bagaimana caranya harus menolong orang itu,” bebernya.

Danjen Kopasus Agus Suto­mo berharap setiap prajurit bisa menteladani sikap ksatria yang ditunjukan Nicholas. Karena pada dasarnya, prajurit itu dididik dan dilatih untuk berani melawan kejahatan.

“Dan untuk Nicholas, saya merasa bangga punya pasukan se­perti dia. Semoga ke depan dia tidak besar kepala dan tetap menjadi prajurit yang terbaik dan berprestasi,” harap Agus. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA