Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Biaya Masuk Sekolah Mahal, Wali Murid Gadaikan Emas

Omzet Pegadaian Naik 30 Persen

Sabtu, 14 Juli 2012, 09:05 WIB
Biaya Masuk Sekolah Mahal, Wali Murid Gadaikan Emas
ilustrasi, pegadaian
RMOL.Tahun ajaran baru kerap membuat pusing orang tua. Supaya anaknya bisa melanjutkan sekolah, mereka harus menyiapkan uang jutaan rupiah. Bagi yang berpenghasilan pas-pasan, menyediakan duit segitu sangat berat.

Suryani berjalan terburu-buru masuk kantor Pegadaian Cabang Senen di Jalan Atrium Nomor 50, Jakarta Pusat, Jumat siang (13/7). Sambil membawa dompet kecil di tangan kanannya, perempuan berkerudung ini mengambil nomor urut. Ia dapat nomor 60. Setelah itu mencari tempat duduk menunggu dipanggil.

“Mau menggadaikan gelang buat pendaftaran sekolah anak,” kata ibu tiga anak ini. Tahun ajaran baru ini, anak bungsunya masuk SMP swasta di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

“Biaya pendaftaran dan masuk sekolah bisa menghabiskan uang Rp 2 juta,” kata Suryani. Ia me­ngaku tak memiliki dana sebesar itu. Suaminya hanya buruh ba­ngunan yang penghasilannya tak menentu.

Perempuan paruh baya ini su­dah ke sana kemari mencari pi­n­jaman. Tapi tak dapat. Pegadaian pun menjadi pilihan terakhir bila kepepet butuh duit.

Warga Kramat, Jakarta Pusat ini mengaku kerap datang ke P­e­ga­daian bila butuh dana cepat. Be­berapa barang berharga milik­nya pernah “diinapkan” di sini. Kali ini giliran gelang emas yang dilepas sementara.

Suryani berharap bisa mem­per­oleh dana Rp 4 juta dari meng­gadaikan perhiasan ini. Uangnya untuk bayar masuk sekolah anak. Sisanya untuk biaya hidup.

Sebenarnya Suryani berat hati menggadaikan gelangnya. Ia ber­tekad menebusnya bila sudah pu­nya uang.  “Paling cepat enam bu­lan lah. Bila masih nggak ada uang ya diperpanjang lagi sampai punya uang. Yang penting bayar bunga pinjamannya tetap jalan,” katanya.

Bunga yang harus ia bayarkan Rp 50 ribu per bulan. “Tapi akan saya bayar setiap empat bulan, se­kalian memperpanjang masa peminjamannya,” katanya.

Dimas, staf Costumer Service Pe­gadaian Cabang Senen menga­takan selama bulan Juli 2012 n­a­sa­bah yang datang ke sini me­ning­kat 30 persen dibanding bu­lan sebelumnya. “Biasanya 75 orang. Sekarang bisa sampai 100 orang setiap harinya,” katanya.

Menurut Dimas, orang yang datang ke Pegadaian lebih banyak karena bulan Juli merupakan awal tahun ajaran baru. “Waktu-waktu ini biasanya orang butuh uang cash,” katanya.

Pria yang mengenakan kaca­mata ini menjelaskan, barang yang digadaikan bisa perhiasan emas, barang elektronik hingga kendaraan bermotor. “Yang pen­ting barang bergerak,” katanya.

Minimal barang yang digadai­kan bernilai Rp 50 ribu dan pa­ling mahal tidak terbatas. “Kalau yang menggadaikan barang se­nilai Rp 500 juta pun kami la­ya­ni,” katanya.

Pegadaian mengenakan biaya bunga pinjaman setiap 15 hari. Berkisar 0,75 persen hingga pa­ling besar 9,2 persen tergantung besarnya pinjaman. “Semakin be­sar pinjaman semakin besarnya juga bunganya,” katanya.

Dimas menambahkan, masa pinjaman harus diperpanjang setiap empat bulan. Bila melewati batas waktu tersebut, pihaknya akan menghubungi nasabah yang bersangkutan via telepon untuk memperpanjang. Atau memberi­ta­hukannya lewat surat.

“Bila sudah dikirimi surat na­sabah belum juga mem­per­pan­jang, maka dalam waktu sebulan barang tersebut akan dilelang,” katanya. Namun bila sudah di­perpanjang, barang yang digadai te­tap disimpan di Pegadaian. Asal­kan nasabah tetap mela­ku­kan per­panjangan dan membayar bunga pinjaman. “Bunga pin­ja­man bisa dibayar setiap bulan atau empat bulan sekaligus,” kata Dimas.

Persyaratan dalam meng­ga­dai­kan barang tidak terlalu sulit. Nasabah cukup membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli dan Surat Ijin Mengemudi (SIM). “Pro­ses mendapatkan dananya cepat. Hari ini bawa barang, 15 menit dana bisa langsung dite­rima,” kata Dimas.

Kantor Pegadaian Cabang Pa­sar Senen menempati gedung se­tinggi dua lantai warna hijau. Ma­suk ke lobby berhadapan dengan meja customer service di sebelah kiri. Meja ini dijaga staf laki-laki. Nasabah bisa bertanya di sini ingin tahu proses menggadaikan barang dan informasi lainnya.

Di depannya terdapat meja se­tinggi satu meter . Di atasnya di­letakkan mesin nomor antrean. Se­tiap nasabah harus menekan tombol untuk mendapatkan no­mor urut antrean.

Setelah mengambil nomor urut, di depan meja penjagaan ter­sedia meja bundar setinggi dada orang dewasa. Di meja itu, dise­dia­kan formulir yang harus diisi na­sabah yang ingin meng­ga­dai­kan ataupun menebus barangnya.

Usai menulis formulir, pe­ngun­jung menunggu di kursi yang disediakan. Ada tiga baris kursi panjang di sebelah kanan dan kiri ruangan. Kursi-kursi ini mampu menampung 30 orang. Namun hanya ada beberapa nasabah yang terlihat duduk sambil menunggu giliran dipanggil karena menje­lang tutup kantor.

Di muka ruangan terdapat meja panjang setinggi dada orang de­wa­sa untuk tempat transaksi. Di depan meja ditempel layar yang menunjukkan nomor antrean yang sedang bertransaksi. Di be­lakang meja ditempati tiga pe­tu­gas pegadaian yang terlihat sibuk melayani nasabah.

Di Banyumas Ada Musim Gadai Traktor

Beberapa petani di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah memilih menggadaikan traktor agar bisa membiayai anaknya masuk se­kolah. Suradi, seorang petani asal Mandiraja, Banjarnegara me­nga­takan menggadaikan traktor miliknya untuk dapat uang.

“Saya menggadaikan traktor saya supaya bisa mendapat pin­jaman dari Pegadaian. Uangnya untuk biaya sekolah anak saya yang mau masuk SMP,” kata dia. Menurut dia, menggadaikan trak­tor cara paling mudah dan cepat untuk mendapatkan uang guna menutup biaya sekolah anak.   

Bagi petani, traktor merupakan harta yang sangat berharga. Alat ini sangat dibutuhkan untuk mem­b­ajak sawah. “Kebetulan su­dah habis waktu garap sawah,  kemarin baru saja musim tanam, jadi traktornya juga nganggur. Nanti kalau musim garap saya lunasi pinjamannya, traktornya bisa diambil,” katanya.

Sama halnya dengan Wahyono, warga Sokaraja, Banyumas. Ia  juga menggadaikan traktor­nya untuk biaya sekolah anak. “Saya menggadaikan traktor untuk biaya sekolah anak saya. Tadi trak­tor saya dihargai 3 juta rupiah. Jum­lah itu cukup untuk membayar biaya sekolah anak saya,” kata Wahyono.

Staf Adminitrasi dan Pem­ba­yaran Pegadaian unit Bukateja, Purbalingga, Eko Yulianto me­ngatakan banyaknya petani yang menggadaikan traktor di musim masuk anak sekolah merupakan hal biasa. “Bahkan sudah menjadi seperti musim gadai traktor,” tutur Eko.

Eko mengatakan, jumlah trak­tor yang digadaikan bisa men­capai 40 unit. Pegadaian unit Bu­kateja hanya mampu menampung 50 traktor.

Jenis traktornya pun berma­cam. Dari model lama hingga yang terbaru. Model traktor ter­se­but menentukan jumlah pinja­man maksimal. Nilai traktor mo­del baru tentulebih mahal dari traktor model lama.

“Traktor model baru biasanya bisa meminjam maksimal sepu­luh juta rupiah, untuk traktor mo­del lama maksimal sampai tiga juta rupiah,” tambah Eko.

Pihak pegadaian unit Bukateja sendiri mengaku kesulitan dana karena banyak petani yang meng­gadaikan traktor.  Menurut Eko, selama selama ini tidak pernah ada masalah pengembalian dana yang dipinjam.

Butuh Duit Buat Persiapan Ramadhan

Lain lagi cerita Hayati (34). Ia  me­ngaku terpaksa meng­ga­dai­kan kalung emasnya untuk ke­bu­tuhan makan sehari-hari. Se­bab, harga kebutuhan pokok su­dah merangkak naik menjelang Ramadhan.

“Saya dapat pinjaman Rp 3 juta. Uang tersebut akan saya gunakan untuk menutupi biaya hidup, karena sekarang harga-harga sudah mulai mahal,” kata­nya ketika ditemui di Pegadaian Cabang Senen, Jakarta Pusat.

Wanita yang rambutnya d­i­biar­kan terurai ini mengaku bila saat ini sudah tidak mempunyai uang lagi sehingga terpaksa meng­gadaikan barang berharganya.

Ia mengaku kerap mengga­dai­kan barang berharga yang ada di rumah bila tak mempu­nyai uang. “Kadang meng­ga­dai­kan cincin, gelang, atau te­levisi,” kata wanita asal Senen.

Hayati mengatakan, akan menebus barang berharganya tersebut hingga mempunyai uang. “Paling lama empat bulan barang tersebut sudah saya am­bil,” katanya.

Direktur Utama Pegadaian Suw­hono mengatakan jumlah nasabah Pegadaian meningkat sekitar 20 persen menyusul adanya libur sekolah, menjelang puasa Ramadhan, serta Hari Raya Idul Fitri tahun 2012.  “Ini siklus seperti biasanya. Kebetu­lan liburan sekolah hampir ber­samaan dengan puasa dan le­ba­ran,” katanya.

Suwhono mengatakan, mayo­ritas nasabah menggadaikan per­hiasan emas seberat 10 gram. Biasanya perhiasan itu ditebus usai Lebaran. Peningkatan na­sabah terbesar, kata dia, terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan. Melonjaknya sampai 30 persen.

Ia menjelaskan masyarakat di sana sudah akrab dengan Pe­ga­daian. Bila butuh uang cepat, me­reka ke sini. “Kan Makassar dan Manado itu Pegadaian min­ded. Tapi saya akan mengamati detail kenaikannya,” ujarnya.

Mengenai omzet enam bulan per­tama 2012, Suwhono me­nga­takan  sudah mencapai 50 persen dari target. Pihaknya me­nargetkan akan memperoleh omzet Rp 110 triliun pada a­k­hirnya tahun. Hingga Mei sudah sekitar Rp 40 triliun. “Ramainya karena ada liburan sekolah di mana biasanya masyarakat mem­butuhkan dana untuk ke­perluan tersebut,” katanya.

General Manager Bisnis Pe­ga­daian, Suhardjo mengatakan terjadi lonjakan nasabah yang sig­nifikan pada bulan Juli di­bandingkan bulan-bulan se­be­lum­nya. Ini karena memasuki tahun ajaran pendidikan baru. Anak-anak mulai masuk ke se­ko­lah, sehingga membutuhkan dana tambahan.

Selain itu, bulan ini juga ber­langsung ibadah puasa. Di­per­ki­rakan, banyak masyarakat meng­ga­daikan perhiasan untuk mem­beli kebutuhan saat puasa. “Di lay­anan gadai konven­sio­nal, ke­naikan sekitar 10 persen masih bisa meningkat lagi hing­ga anak-anak masuk seko­lah,” katanya

Namun, Suhardjo belum bisa menghitung omzet gadai se­pan­­jang Juli. Juni lalu omzet men­­capai Rp 7,6 triliun. Naik di­­ban­dingkan bulan sebe­lum­nya se­be­sar Rp 7,4 triliun. “Bu­lan Juli be­lum habis, tetapi kami mem­pro­yek­sikan ada pe­ning­ka­tan,” katanya.

Ia memperkirakan, layanan gadai konvensional bisa meng­ha­silkan omzet Rp 8,2 triliun bu­lan ini. Jadi, total penyaluran pembiayaan gadai selama Ja­nuari-Juli 2012 mencapai Rp 52 triliun. Naik 25 persen diban­ding­kan periode sama tahun lalu.

Tahun ini, manajemen me­nargetkan pembiayaan gadai mencapai Rp 98 triliun, lebih be­sar dibanding tahun 2011 Rp 70 triliun. Pihaknya opti­mis­tis, target bisa tercapai ka­rena jaringan Pegadaian se­ma­kin banyak. Tahun ini Pe­ga­daian akan menambah 310 kan­tor cabang baru. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA