RMOL. Agus dan rekan-rekannya berteduh di taman dekat pintu masuk Monas dari arah stasiun Gambir. Minuman mineral dingin, kopi hitam serta makanan-makanan kecil berada di tengah-tengah mereka yang mengaku dari FSMPI (Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia).
Tak lama, seorang pria yang membawa pengeras suara segera memberi aba-aba kepada ratusan buruh yang ada di sekitar Agus unÂtuk segera bersiap-siap. Tanpa diÂkomando dua kali, Agus langÂsung berlari ke arah sepeda motor Honda yang terparkir tidak jauh dari tempatnya duduk.
Menggunakan helm warna hiÂtam yang sebelumnya digantung pada gagang stang sebelah kanan, Agus pun mulai men-starter kenÂdaraan roda duanya. Selain Agus, ribuan buruh lainnya juga sudah bersiap di atas sepeda motornya masing-masing.
“Kami hendak ke KeÂmenaÂkerÂtrans (Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi). Tadi kita suÂdah sampaikan orasi di depan IsÂtana Negara dan Kantor KeÂmenÂteÂrian Perekonomian,†tutur Agus.
Menurut Agus, ribuan buruh yang melakukan aksi demonstrasi kemarin berasal dari beberapa wilayah berbeda. Agus dan romÂbongannya berasal Garda Metal di kawasan industri EJIP di CiÂkarang Bekasi.
Selain dari Cikarang, beberapa kawasan industri di daerah KabuÂpaten Bekasi seperti Delta SiÂliÂcone, Hyundai, Jababeka, dan MM2100 juga ikut memadatkan ibu kota. Bahkan daerah lain di luar Bekasi, yakni Purwakarta, Tangerang, Serang, Cilegon serta kawasan lain di Banten juga hadir dalam demo kemarin.
“Jumlah kami hari ini (keÂmarin) ada sekitar delapan ribuan buruh yang berasal dari JaboÂdetabek dan Banten. Ini akan bisa bertambah seiring perkembangan dari tuntutan yang kami samÂpaiÂkan,†tegas Agus.
Berangkat jam berapa? Agus mengatakan rombongannya berangkat dari Cikarang sekitar puÂkul 8 pagi. Saat berangkat, peÂserta aksi terdiri dari dua romÂboÂngan. Yakni rombongan yang menggunakan kendaraan roda empat seperi bus, mobil pribadi dan pick up. Rombongan kedua menggunakan sepeda motor maÂsing-masing secara berboncengan.
Sebenarnya, kata Heri, aksi keÂmarin mayoritas demonstran ingin berangkat dengan bus dan moÂbil. Selain efektif dalam waÂkÂtu, para demonstran juga tidak akan terkuras tenaganya karena mengendarai motor.
“Mereka yang cuti, biasanya mengganti jadwal kerja sekarang pada hari yang lain. Tapi ada juga yang memang masuk kerja pada shift malam. Saya sendiri keÂbetulan masuk malam. Jadi habis ini langsung kerja,†bebernya.
Lantas kenapa tidak naik bus, menurut Agus itu baru diketahui beberapa hari sebelum aksi ini dilakukan. Pihak bus yang sudah di-booking tiba-tiba saja memÂbatalkan perjanjian sewa yang suÂdah disepakati.
“Padahal, jauh-jauh hari kami sudah men-carter bus-bus besar unÂtuk dipakai pada saat aksi. KaÂlau bus-bus umum masih boleh disewa untuk demo, kami tidak akan naik motor. Makanya aksi sebagian dialihkan dengan naik sepeda motor,†terangnya.
Untuk harga sewa bus, kisaran biaya yang harus dibayar oleh buÂruh itu beragam. Sebab, jenis bus yang disewa pun memang berÂbeÂda-beda. Ada HIBA Utama, PaÂrahÂyangan dan beberapa kenÂdaÂraÂan yang dipakai untuk berwisata
Tapi umumnya bus yang diÂsewa itu merupakan kendaraan yang memang biasa dipakai untuk antar jemput karyawan. “Untuk sewa satu bus HIBA ukuÂran besar dengan kapasitas bangÂku sekitar 60 orang, kami meÂnyewanya dengan harga antara Rp 1 juta-1,2 juta,†beber Agus.
Nah, agar bisa sampai ke Istana Negara secara bersamaan, meÂnuÂrut Heri, koordinator aksi meÂminta agar para pengguna sepeda motor mengikuti kendaraan roda empat. Padahal, untuk hindari macet dan bisa sampai lebih cepat haruslah lewat jalan tol.
“Maka tadi pagi, kami yang menggunakan sepeda motor pun ikut rombongan bus dan mobil lewat jalan tol dari gerbang CikaÂrang Barat. Tapi kami diarahkan oleh polisi untuk keluar di gerÂbang tol Grand Wisata Tambun,†tutur Heri, rekan Agus yang memÂbawa bendera putih berÂtuliskan FSMPI ini.
“Akhirnya antara sepeda motor dan bus pun terpisah saat menuju Jakarta. Mereka yang naik bus terus lewat jalan tol, sementara kami melakukan perjalanan meÂlalui jalur Kalimalang, Bekasi,†tambahnya.
Menurut Heri, konvoi romÂboÂnganÂnya yang nekat mengÂguÂnaÂkan jalur tol untuk dilalui sepeda motor tidak dadakan. Beberapa hari sebelum melakukan aksi, skenario kalau motor nanti akan lewat tol bersama rombongan bus dan mobil sudah direncanakan.
Pihaknya pun mengaku juga suÂdah berkoordinasi dengan PolÂres Kabupaten Bekasi dan Polda Metro Jaya untuk izin melintasi tol dengan sepeda motor. “MaÂkaÂnya saat di jalan tol, kami pun di kawal oleh pihak kepolisian,†teÂrang pria yang mengenakan jaket warna biru gelap.
Masuk tol dikenakan biaya? “Untuk motor jelas tidak, kan meÂmang tidak ada tarifnya buat roda dua di jalan tol. Tapi kalau bus dan rombongan mobil, setahu saya meÂreka tetap bayar,†terangnya.
Gaji Dipotong, Duitnya Dipakai Demonstrasi
Menggelar aksi yang meÂngerahkan ribuan orang tentu menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Mulai untuk sewa bus hingga konsumsi.
Darimana uangnya? Agus, peÂserta aksi dari FSMPI (FeÂdÂeÂraÂsi Serikat Pekerja Metal InÂdoÂnesia) mengatakan, semua biaya ditanggung organisasi. Karena itu, para buruh tidak perlu meÂngumpulkan dana setiap saat akan melakukan aksi.
“Kami memiliki iuran yang waÂjib dibayar oleh seluruh angÂgota organisasi. Satu orang peÂkerja, diwajibkan membayar iuÂran sebesar 1 persen dari UMK tempatnya bekerja,†terangnya.
Karena patokannya adalah UMK (upah minimum kota/kaÂbupaten), lanjut Agus, tak heran kaÂlau besarnya duit yang diÂseÂtorÂkan itu berbeda-beda. Sebab unÂtuk UMK sendiri, memang seÂtiap daerah itu berbeda beÂsarannya.
“Ada yang hanya bayar Rp 18 ribu sebulan karena memang UMK yang diterimanya kecil. Tapi ada juga yang bayarnya pada angka 20 ribu-an bahkan ada mencapai Rp 50 ribuan,†terangnya.
Uang hasil iuran tersebut, kata dia, kelak akan menjadi kas bagi organisasi dalam meÂlakÂsaÂnaÂkan kegiatan-kegiatan. Salah satunya untuk aksi demonstrasi ini. Semua harga sewa bus dan biaya lainnya seperti konsumsi dan akomodasi, akan diambil dari uang kas organisasi.
“Jadi tidak ada uang yang haÂrus dikeluarkan oleh para peÂserta saat aksi. Apalagi kalau ada yang bilang, aksi kami ini ada yang sponsori, jelas itu saÂlah besar. Terkadang kami pun tetap keluar uang untuk beli seÂsuatu yang tidak ditanggung organisasi,†jelasnya.
Sistem pembayaran iuran giÂmana? Kata Agus, setiap pabrik yang ada di sebuah kawasan inÂdustri pasti memiliki serikat peÂkerja yang menjadi wadah bagi para buruhnya. Melalui serikat peÂkerja atau organisasi buruh ituÂlah, pihak pemilik akan berÂkoorÂdinasi dengan para pengurus.
“Karena memang sudah ada keÂsepatan antara buruh, peÂngurus dan pemilik pembayaran iuran tidak terlalu repot. Gaji seÂtiap buruh akan dipotong langÂsung sebesar 1 persen oleh peÂngÂurus dan masuk kas orÂganiÂsasi,†bebernya. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.