Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Cuti Dari PMI, Kongkow Di Kantor Pengacara Yusril

Ngintip Kegiatan Bachtiar Chamsyah Setelah Bebas

Kamis, 28 Juni 2012, 09:49 WIB
Cuti Dari PMI, Kongkow Di Kantor Pengacara Yusril
Bachtiar Chamsyah

RMOL. Bachtiar Chamsyah tampak serius menyaksikan berita yang ditayangkan di layar kaca. Ia mengambil remote dan menekan tombol volume untuk membesarkan suara televisi.

Selama beberapa menit, bekas Menteri Sosial menyimak berita mengenai pemeriksaan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum oleh Komisi Pem­berantasan Korupsi (KPK).

Pandangannya baru beralih setelah televisi berukuran 21 inci tidak lagi menyajikan berita. Po­litisi senior PPP ini memilih me­ngambil koran di meja kaca yan­g persis ada di depannya.

Sambil menyilangkan kedua kakinya ke lantai, Bachtiar mulai membalik-balikkan halaman ko­ran yang dipegangnya. Selang be­rapa menit aktifitas membacanya berhenti. Ia menggulung lengan ke­meja biru tangan panjangnya hingga sebatas kedua sikutnya.

“Saya sedang santai saja di sini, sambil menunggu acara yang ada di dekat sini sekitar dua jam lagi. Ke­betulan istri saya juga sedang berada di daerah sini dan akan datang menyusul,” kata Bachtiar saat ditemui Rakyat Merdeka, kemarin siang.

Selama beberapa jam Ketua Per­satuan Muslimin Indonesia (Par­musi) ini menghabiskan wak­tu di ruang lobby kantor BTRY and partners. Menurut Bachtiar, kantor pengacara itu bukannya miliknya. Tapi milik rekannya. Namun dia mengaku m­emiliki saham gedung yang ditempati kantor ini.

“Kebetulan BTRY advocate ini sedang membangun gedung kantor di daerah lain. Sambil me­nunggu pembangunan itu selesai, gedung ini pun dipakai oleh me­reka. Sebagai teman, tentunya saya tidak keberatan,” katanya sambil membenarkan posisi peci ber­warna hitam di atas kepalanya.

Itulah sekelumit kegiatan Bach­tiar Chamsyah setelah ke­luar jeruji besi. Akhir Mei lalu, be­kas Ketua Majelis Pertim­ba­ngan PPP ini telah menyelesaikan masa hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, Jakarta Timur.

Bachtiar dijebloskan ke hotel prodeo karena divonis bersalah da­lam kasus korupsi proyek pe­ngadaan mesin jahit, sapi impor dan sarung di Kementerian Sosial kurun 2003-2008.

Ia sempat menghirup udara bebas pada Januari lalu karena masa penahanannya sudah habis. Saat itu perkaranya sedang me­nunggu putusan kasasi Mah­ka­mah Agung (MA).

Pengadilan tertinggi itu me­mutuskan Bachtiar tetap ber­salah dan dihukum 20 bulan penjara. Bachtiar pun masuk lagi ke LP Cipinang untuk menggenapi masa hukumannya.

Setelah keluar penjara, pria ke­lahiran Aceh, 31 Desember 1945 ini aktif di Parmusi. Ia juga kem­bali menjalin bersilaturahmi de­ngan rekan-rekan. Sesekali diri­nya juga diundang mengisi acara di luar Jakarta.

“Saya baru pulang dari daerah di Sumatera Barat dan Medan. Di­sana ada acara syukuran kebe­basan saya dari penjara. Ada juga undangan untuk mengisi acara diskusi yang dilakukan tokoh agama dan pemuda,” katanya.

Selama di Jakarta ini, Bachtiar mengaku menyambangi bebe­rapa tokoh partai politik di kan­tornya masing-masing. Sesekali dia juga kongkow di kantor pe­ngacara milik Yusril Ihza Ma­hendra di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

Hingga kini, Bachtiar masih ter­catat sebagai Wakil Ketua Pa­lang Merah Indonesia (PMI) men­dampingi Jusuf Kalla (JK). Setelah bebas, Bachtiar meminta izin kepada JK untuk tidak aktif dulu di PMI.

“Saya sudah hubungi Pak JK untuk cuti dulu di PMI. Insya Allah minggu depan saya akan mulai aktif lagi di PMI. Saya ingin banyak silaturahmi dengan teman-teman baik politisi mau­pun tokoh lainnya,” jelasnya.

Lagipula, tanggal 10 Juni lalu, Bachtiar baru melepas masa duda­nya dengan mempersunting wanita asal Banjarnegara, Jawa Tengah bernama Indah Hayati. Tentunya, kata dia, minggu-minggu ini adalah masa bulan madu yang harus dijalani dengan istri barunya.

“Biar lebih enak, saya sekarang mengontrak rumah di Puspita Loka Blok L 1 Nomor 2, BSD (Bumi Serpong Damai), Tange­rang, Banten. Di rumah itu saya ha­nya tinggal berdua dengan istri saya,” katanya sambil tertawa ringan.

Bachtiar memiliki rumah di Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sejak masuk bui, rumah itu ditempati salah satu anaknya. Namun, demi menjaga perasaan anak-anak dan cucunya, Bachtiar memilih mengalah mengontrak bersama istri barunya.

“Memang anak-anak menye­tujui pernikahan saya yang kedua ini. Tapi demi menjaga kenangan mereka terhadap almarhum ibu­nya, saya memilih untuk pindah ru­mah saja,” tegasnya.

Sekitar 15 menit berbincang de­ngan Bachtiar, tiba-tiba ada se­orang wanita berkerudung me­masuki lobby melalui pintu kaca di bagian depan. Sesampai di da­lam, wanita ini langsung men­cium tangan Bachtiar.

“Ini istri saya. Kami berdua se­bentar lagi akan ada acara tidak jauh dari sini dan kemudian pu­lang ke rumah,” katanya sambil mem­perkenalkan wanita yang ber­busana biru, senada dengan kemeja tangan panjang yang dipakainya.

Selang berapa menit, Bachtiar kemudian memanggil sang istri untuk bersiap-siap pergi. Sambil mengangguk, sang istri pun se­gera merapikan tas tangan mili­k­nya yang diletakkan di atas sofa hitam di ruangan itu.

Sambil bergandengan tangan, Bachtiar masuk ke Toyota Camry warna hitam yang parkir persis di depan gedung kantor. Sopir yang mengenakan seragam safari biru gelap, lekas membukakan dua pintu belakag mobil.

Bachtiar yang masih sempat melambaikan tangan, mema­suki mobil dari pintu kanan be­la­kang. Sementara sang istri m­asuk dari pintu yang lain, se­telah melihat Bachtiar berada di dalam mobil.

Uang Pensiun Pas-pasan, Mau Buka Bisnis

Setelah menikah lagi Bach­tiar Chamsyah memiliki sejum­lah tanggungan. Ia pun berpikir membuka usaha agar dapur ke­luarga bisa ngebul dan mem­bayar rumah kontrakan.

“Saya memang masih men­dapat uang pensiun dari dua instansi. Pertama pensiun dari jabatan menteri sekitar Rp 3,9 juta per bulan. Kedua pensiun dari jabatan anggota DPR yang besarnya sekitar Rp 3,5 jutaan,” tuturnya.

Agar hidupnya tidak pas-pasan, ia pun coba mencari pe­luang bisnis. Namun ia belum tahu bisnis apa yang akan di­te­kuni. “Yang pasti, bisnis itu ha­lal dan tidak mengganggu ak­ti­fitas saya yang lain. Makanya se­karang saya banyak silatu­rah­mi dengan banyak teman. Siapa tahu dapat inspirasi,” katanya sambil tersenyum.

Modalnya dari mana? Kata Bachtiar, dirinya sedikit punya tabungan dan kumpulan dari uang gajinya selama hampir dua tahun yang belum dibayar. Saat menjalani masa tahanan selama 20 bulan, Bachtiar be­lum pernah mencairkan uang pensiunnya satu rupiah pun.

Tak hanya materi, sam­bung­nya, jaringan persahabatan yang selama ini dibangunnya dengan banyak tokoh, diang­gap­nya sebagai modal untuk ter­jun ke bisnis. Selama ini, Bachtiar berusaha bersikap baik dengan banyak tokoh. Ia yakin kelak sikap itu akan bisa me­nolongnya.

“Tidak usah nanti, selama ini pun banyak sekali teman-teman yang peduli dan membantu saya. Ada yang ketemu tiba-tiba ka­sih duit buat beli minyak go­reng atau buat beli bensin. Itu ter­jadi karena memang selama ini saya selalu jaga persaha­ba­tan dengan banyak orang,” kata Ketua Umum Persatuan Mus­limin Indonesia (Parmusi) ini.

Tak cuma itu saja, Bachtiar mengungkapkan ada teman yang dengan ikhlas mengha­diah­kan sebuah Toyota Camry warna hitam. Mobil itulah yang kini digunakan untuk keliling-keliling ibu kota.

“Awalnya teman saya bilang, silakan pakai saja tuh mobil untuk berpergian. Tapi ketika kami ketemu kembali, saya tanya sampai kapan bisa pakai mobil itu. Ternyata jawabannya selamanya,” bebernya sambil tertawa.  [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA