RMOL. Bachtiar Chamsyah tampak serius menyaksikan berita yang ditayangkan di layar kaca. Ia mengambil remote dan menekan tombol volume untuk membesarkan suara televisi.
Selama beberapa menit, bekas Menteri Sosial menyimak berita mengenai pemeriksaan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum oleh Komisi PemÂberantasan Korupsi (KPK).
Pandangannya baru beralih setelah televisi berukuran 21 inci tidak lagi menyajikan berita. PoÂlitisi senior PPP ini memilih meÂngambil koran di meja kaca yanÂg persis ada di depannya.
Sambil menyilangkan kedua kakinya ke lantai, Bachtiar mulai membalik-balikkan halaman koÂran yang dipegangnya. Selang beÂrapa menit aktifitas membacanya berhenti. Ia menggulung lengan keÂmeja biru tangan panjangnya hingga sebatas kedua sikutnya.
“Saya sedang santai saja di sini, sambil menunggu acara yang ada di dekat sini sekitar dua jam lagi. KeÂbetulan istri saya juga sedang berada di daerah sini dan akan datang menyusul,†kata Bachtiar saat ditemui Rakyat Merdeka, kemarin siang.
Selama beberapa jam Ketua PerÂsatuan Muslimin Indonesia (ParÂmusi) ini menghabiskan wakÂtu di ruang lobby kantor BTRY and partners. Menurut Bachtiar, kantor pengacara itu bukannya miliknya. Tapi milik rekannya. Namun dia mengaku mÂemiliki saham gedung yang ditempati kantor ini.
“Kebetulan BTRY advocate ini sedang membangun gedung kantor di daerah lain. Sambil meÂnunggu pembangunan itu selesai, gedung ini pun dipakai oleh meÂreka. Sebagai teman, tentunya saya tidak keberatan,†katanya sambil membenarkan posisi peci berÂwarna hitam di atas kepalanya.
Itulah sekelumit kegiatan BachÂtiar Chamsyah setelah keÂluar jeruji besi. Akhir Mei lalu, beÂkas Ketua Majelis PertimÂbaÂngan PPP ini telah menyelesaikan masa hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, Jakarta Timur.
Bachtiar dijebloskan ke hotel prodeo karena divonis bersalah daÂlam kasus korupsi proyek peÂngadaan mesin jahit, sapi impor dan sarung di Kementerian Sosial kurun 2003-2008.
Ia sempat menghirup udara bebas pada Januari lalu karena masa penahanannya sudah habis. Saat itu perkaranya sedang meÂnunggu putusan kasasi MahÂkaÂmah Agung (MA).
Pengadilan tertinggi itu meÂmutuskan Bachtiar tetap berÂsalah dan dihukum 20 bulan penjara. Bachtiar pun masuk lagi ke LP Cipinang untuk menggenapi masa hukumannya.
Setelah keluar penjara, pria keÂlahiran Aceh, 31 Desember 1945 ini aktif di Parmusi. Ia juga kemÂbali menjalin bersilaturahmi deÂngan rekan-rekan. Sesekali diriÂnya juga diundang mengisi acara di luar Jakarta.
“Saya baru pulang dari daerah di Sumatera Barat dan Medan. DiÂsana ada acara syukuran kebeÂbasan saya dari penjara. Ada juga undangan untuk mengisi acara diskusi yang dilakukan tokoh agama dan pemuda,†katanya.
Selama di Jakarta ini, Bachtiar mengaku menyambangi bebeÂrapa tokoh partai politik di kanÂtornya masing-masing. Sesekali dia juga kongkow di kantor peÂngacara milik Yusril Ihza MaÂhendra di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
Hingga kini, Bachtiar masih terÂcatat sebagai Wakil Ketua PaÂlang Merah Indonesia (PMI) menÂdampingi Jusuf Kalla (JK). Setelah bebas, Bachtiar meminta izin kepada JK untuk tidak aktif dulu di PMI.
“Saya sudah hubungi Pak JK untuk cuti dulu di PMI. Insya Allah minggu depan saya akan mulai aktif lagi di PMI. Saya ingin banyak silaturahmi dengan teman-teman baik politisi mauÂpun tokoh lainnya,†jelasnya.
Lagipula, tanggal 10 Juni lalu, Bachtiar baru melepas masa dudaÂnya dengan mempersunting wanita asal Banjarnegara, Jawa Tengah bernama Indah Hayati. Tentunya, kata dia, minggu-minggu ini adalah masa bulan madu yang harus dijalani dengan istri barunya.
“Biar lebih enak, saya sekarang mengontrak rumah di Puspita Loka Blok L 1 Nomor 2, BSD (Bumi Serpong Damai), TangeÂrang, Banten. Di rumah itu saya haÂnya tinggal berdua dengan istri saya,†katanya sambil tertawa ringan.
Bachtiar memiliki rumah di Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sejak masuk bui, rumah itu ditempati salah satu anaknya. Namun, demi menjaga perasaan anak-anak dan cucunya, Bachtiar memilih mengalah mengontrak bersama istri barunya.
“Memang anak-anak menyeÂtujui pernikahan saya yang kedua ini. Tapi demi menjaga kenangan mereka terhadap almarhum ibuÂnya, saya memilih untuk pindah ruÂmah saja,†tegasnya.
Sekitar 15 menit berbincang deÂngan Bachtiar, tiba-tiba ada seÂorang wanita berkerudung meÂmasuki lobby melalui pintu kaca di bagian depan. Sesampai di daÂlam, wanita ini langsung menÂcium tangan Bachtiar.
“Ini istri saya. Kami berdua seÂbentar lagi akan ada acara tidak jauh dari sini dan kemudian puÂlang ke rumah,†katanya sambil memÂperkenalkan wanita yang berÂbusana biru, senada dengan kemeja tangan panjang yang dipakainya.
Selang berapa menit, Bachtiar kemudian memanggil sang istri untuk bersiap-siap pergi. Sambil mengangguk, sang istri pun seÂgera merapikan tas tangan miliÂkÂnya yang diletakkan di atas sofa hitam di ruangan itu.
Sambil bergandengan tangan, Bachtiar masuk ke Toyota Camry warna hitam yang parkir persis di depan gedung kantor. Sopir yang mengenakan seragam safari biru gelap, lekas membukakan dua pintu belakag mobil.
Bachtiar yang masih sempat melambaikan tangan, memaÂsuki mobil dari pintu kanan beÂlaÂkang. Sementara sang istri mÂasuk dari pintu yang lain, seÂtelah melihat Bachtiar berada di dalam mobil.
Uang Pensiun Pas-pasan, Mau Buka Bisnis
Setelah menikah lagi BachÂtiar Chamsyah memiliki sejumÂlah tanggungan. Ia pun berpikir membuka usaha agar dapur keÂluarga bisa ngebul dan memÂbayar rumah kontrakan.
“Saya memang masih menÂdapat uang pensiun dari dua instansi. Pertama pensiun dari jabatan menteri sekitar Rp 3,9 juta per bulan. Kedua pensiun dari jabatan anggota DPR yang besarnya sekitar Rp 3,5 jutaan,†tuturnya.
Agar hidupnya tidak pas-pasan, ia pun coba mencari peÂluang bisnis. Namun ia belum tahu bisnis apa yang akan diÂteÂkuni. “Yang pasti, bisnis itu haÂlal dan tidak mengganggu akÂtiÂfitas saya yang lain. Makanya seÂkarang saya banyak silatuÂrahÂmi dengan banyak teman. Siapa tahu dapat inspirasi,†katanya sambil tersenyum.
Modalnya dari mana? Kata Bachtiar, dirinya sedikit punya tabungan dan kumpulan dari uang gajinya selama hampir dua tahun yang belum dibayar. Saat menjalani masa tahanan selama 20 bulan, Bachtiar beÂlum pernah mencairkan uang pensiunnya satu rupiah pun.
Tak hanya materi, samÂbungÂnya, jaringan persahabatan yang selama ini dibangunnya dengan banyak tokoh, diangÂgapÂnya sebagai modal untuk terÂjun ke bisnis. Selama ini, Bachtiar berusaha bersikap baik dengan banyak tokoh. Ia yakin kelak sikap itu akan bisa meÂnolongnya.
“Tidak usah nanti, selama ini pun banyak sekali teman-teman yang peduli dan membantu saya. Ada yang ketemu tiba-tiba kaÂsih duit buat beli minyak goÂreng atau buat beli bensin. Itu terÂjadi karena memang selama ini saya selalu jaga persahaÂbaÂtan dengan banyak orang,†kata Ketua Umum Persatuan MusÂlimin Indonesia (Parmusi) ini.
Tak cuma itu saja, Bachtiar mengungkapkan ada teman yang dengan ikhlas menghaÂdiahÂkan sebuah Toyota Camry warna hitam. Mobil itulah yang kini digunakan untuk keliling-keliling ibu kota.
“Awalnya teman saya bilang, silakan pakai saja tuh mobil untuk berpergian. Tapi ketika kami ketemu kembali, saya tanya sampai kapan bisa pakai mobil itu. Ternyata jawabannya selamanya,†bebernya sambil tertawa. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.