RMOL. Titin duduk termangu di belakang rumahnya di RT 11 RW 10, Jalan Branjangan 2, Kompleks Rajawali, Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat siang (22/6).
Sambil memandangi rumah tetangganya yang hangus dilalap api, wanita berumur 40 tahun ini sesekali berbincang-bincang deÂngan beberapa warga yang berÂgerombol melihat lokasi keceÂlakaan. “Saya masih shock ingat kejadian kemarin,†kata wanita tiga orang anak ini.
Kamis (21/6) pesawat Fokker 27 jatuh dan menimpa sejumlah rumah di kompleks ini. Beberapa korban tewas adalah penghuni rumah.
Titin masih ingat suara desing baling-baling yang sangat dekat di atas rumahnya beberapa detik sebelum jatuh dan menimpa deÂlaÂpan rumah. “Suaranya seperti baÂling-baling helikopter. Keras baÂnget, posisinya kayak di atas kepala kita,†katanya.
Setelah itu, terdengar suara keras “bruuk†yang disusul kobaÂran api yang membumbung tinggi dan membakar rumah yang berada di dekat lokasi jatuhnya peÂsawat. “Suara ledakan nggak ada. Saat pesawat jatuh tanah semÂpat bergetar keras,†kata waniÂta yang wajahnya masih pucat ini.
Besarnya api yang membakar rumah tetangganya membuat TiÂtin lari tunggang langgang meÂnyelamatkan diri. Ia berlindung ke rumah tetangga yang jauh dari lokasi jatuhnya pesawat. “Saya terus dzikir moga-moga rumah saya tidak ikut terbakar,†katanya.
Setelah api mereda, ia belum berani mendatangi rumahnya karena masih tercium bau avtur yang saat menyengat. Ia melihat bahan bakar pesawat itu tumpah ke tanah.
Satu jam berada di rumah teÂtangganya, wanita yang meÂngeÂnakan daster ini memberanikan diri masuk ke dalam rumahnya dan menyelamatkan tabung gas elpiji. “Halaman juga saya siram air untuk mencegah avtur meÂnyebar,†katanya.
Selain itu, seluruh perabutan ruÂmah yang berharga seperti, kulkas, televisi, mesin cuci juga diangkut khawatir rumahnya ikut terbakar. “Tapi alhamdulilah jilatan api tidak sampai mengenai rumahnya dan hanya membakar beberapa pohon. Kalau nggak ada pohon mungkin rumah saya ikut terbakar habis,†katanya.
Peristiwa kecelakaan ini sangat menggocang jiwanya, hingga kini bila mendengar suara peÂsaÂwat yang hendak terbang (take off) maupun mendarat (landing) di Pangkalan Udara Halim PerÂdana Kusuma ia masih deg-deÂgan. Badannya pun langsung leÂmas. “Semoga dalam beberapa hari ini sudah sembuh,†kata TiÂtin. Ia berharap, kecelakaan ini merupakan terakhir kali dan tidak terjadi lagi di sini.
Pengamatan Rakyat Merdeka kompleks Rajawali yang jadi lokasi jatuhnya pesawat cukup jauh dari landasan Pangkalan Udara TNI AU Halim PerÂdaÂnaÂkuÂsuma, Anggota Provoost TNI AU berjaga di gerbang masuk kompleks ini. Setiap orang yang hendak masuk diperiksa. Setelah diperbolehkan masuk, Rakyat MerÂdeka menyusuri jalan di teÂngah komplek Rajawali. Inilah Jalan Branjangan 2 tempat lokasi jatuhnya pesawat.
Namun jalan tersebut dijaga ketat petugas provost dan siaÂpaÂpun tidak boleh masuk kecuali warga yang tinggal di sepanjang jalan tersebut. Karena tidak mendapat akses jalan masuk, akÂhirÂnya kami menyusuri Jalan Branjangan 1. Dari sini warga bisa melihat lokasi kejadian deÂngan menyusuri jalan setapak dan becek. Lokasinya tepat di beÂlaÂkang rumah Titin.
Di lokasi kejadian dipasang garis kuning. Siapapun dilarang melewati garis tersebut kecuali aparat terkait. Dari sini terlihat kondisi delapan rumah yang terÂtimpa pesawat Fokker 27.
Bangunan yang tertimpa pesawat buatan Belanda itu hanya menyisakan dinding. Itu pun sudah tak utuh. Tanda-tanda beÂkas terlihat jelas di dinding yang dicat putih. Beberapa perabotan rumah tangga seperti kompor, kaÂsur haÂngus terbakar. Tidak hanya itu kuÂsen rumah juga ikut terÂbakar haÂbis. Bau gosong masih menyengat.
Pohon-pohon yang berada dekat dengan lokasi kecelakaan juga terlihat merangas tersambar api. Daun-daunnya rontok.
Beko terlihat berada di tengah-tengah rumah yang terbakar untuk mengangkuti puing-puing pesawat. Beberapa provost TNI AU berjaga-jaga di sekitar lokasi jatuhanya pesawat.
Tim Sepakbola, Diplomat Sampai Petinggi Militer
Korban-korban Fokker 27
Fokker 27 memiliki catatan kecelakaan yang panjang sejak diterbangkan pertama kali oleh Aer Lingus pada November 1958. Pesawat buatan Belanda ini mengalami kecelakaan perÂtama kali pada 10 Juni 1960 di Mackay, Qeensland, AusÂtralia.
Saat itu, Fokker 27 milik Trans Australia Airlines jatuh dan meÂnewaskan 29 penumpang. InÂsiden itu tercatat sebagai peÂrisÂtiwa kecelakaan pesawat terÂburuk saat itu.
Sepuluh tahun kemudian, FokÂÂker 27 milik Pakistan InterÂnaÂtional Airlines (PIA) jatuh saat leÂpas landas dari Islamabad. InsiÂden yang terjadi pada 6 Agustus 1970 itu menewaskan 30 orang. Pada 20 Februari 2003, Fokker 27 milik Angkatan UdaÂra (AU) mÂeÂngalami kecelaÂkaÂan hingga meÂneÂwaskan KeÂpala Staf AU PakisÂtan Marshal Mushaf Ali Mir dan isÂtrinya, serta 15 penumpang lainnya.
Fokker 27 milik PIA kembali jatuh pada 10 Juli 2006. Pesawat yang membawa 45 penumpang terhembas ke bumi tiga menit setelah take off dari Bandara MutÂtan. Pesawat terbakar habis. Tak ada penumpang yang selamat.
Pada 4 Agustus 1984, pesaÂwaÂt serupa milik Angkatan UdaÂra Nigeria juga jatuh dan meÂneÂwaskan 30 penumpangnya. PeÂsawat membawa delegasi peÂmerintah dan militer untuk misi diplomatik.
Pada 26 Mei 1980 pesawat FokÂker 27 yang dioperasikan BiÂman Airlines Bangladesh, jaÂtuh dan merenggut 45 penumÂpang dan empat awaknya. PeÂsaÂwat yang jatuh dekat Bandara ShahÂjalal itu dikemudikan KaÂniz FaÂtima Roksana, pilot peÂremÂpuan pertama di Bangladesh.
Peru juga pernah mengalami peÂngalaman buruk dengan FokÂker 27. Pada 8 Desember 1987 pesawat yang mengangkut tim sepakbola Alianza Lima jatuh di ibu kota negara, Lima. Seluruh anggota tim tewas.
Di Indonesia, pada 6 April 2009, Fokker 27 milik TNI AU hanggar Lanud Hussein SastraÂneÂgara hingga menelan 24 korban jiwa. Kamis lalu pesawat latih jeÂnis ini di Halim Perdanakusumah. Menewaskan 11 orang.
Penerbang Latihan Pakai Simulator
Fokker Dikandangkan
Selama ini Fokker 27 diguÂnaÂkan sebagai pesawat latih. SeÂtelah peristiwa Kamis lalu, TNI AU mengandangkan semua pesawat buatan Belanda itu.
“Latihan rutin yang memakai Fokker 27 dihentikan dulu seÂmentara waktu. Kami akan lakuÂkan investigasi internal dulu kenapa pesawat itu bisa jatuh,†kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsekal PerÂtama Azman Yunus.
Azman mengatakan, sebeÂlumÂÂnÂya TNI AU memiliki enam pesawat Fokker 27. Kini hanya tersisa lima. “Semua Fokker 27 saat ini diletakkan di home base untuk sementara waktu,†katanya.
Pesawat Fokker yang tersisa akan diperiksa kelaikan mesinÂnya. Pesawat itu baru akan diÂopeÂrasi lagi setelah hasil invesÂtigasi keluar tiga bulan lagi.
Walaupun Fokker 27 dikanÂdangkan, Azman memastikan latihan rutin bagi para calon peÂnerbang dan penerbang SkuadÂron 2 tidak terganggu.
Latihan bisa dengan simuÂlator. “Atau bisa juga dengan mengÂgunakan pesawat jenis lainÂnya yakni CN 235,†katanya.
Pria dengan tanda satu binÂtang di pundaknya ini meÂngataÂkan TNI AU telah menurunkan tim investigasi untuk menyeÂlidiki penyebab jatuhnya Fokker 27 di dekat Lanud Halim.
“Hasil investigasi diperÂkiraÂkan baru akan keluar tiga bulan kemudian. Tapi ini bukan konÂsumsi publik karena yang keÂcelakaan adalah pesawat miÂliter,†katanya.
Azman menjelaskan, saat ini TNI AU sudah meminta Dinas Keselamatan Terbang dan Kerja TNI AU (Dislambangjau) untuk meneliti penyebab kecelakaan itu. “Mereka nanti yang akan membentuk tim investigasi,†katanya.
Tim akan meneliti puing-puing pesawat untuk mencari peÂnyebab kecelakaan. Fokker 27 TNI AU tidak dilengkapi koÂtak hitam (black box) karena alasan kerahasiaan keamanan. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.