Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ruangan Belum Dipakai Atapnya Roboh Duluan

Nasib Bangunan SDN 20 Pagi Jakarta

Jumat, 08 Juni 2012, 09:37 WIB
Ruangan Belum Dipakai Atapnya Roboh Duluan
ilustrasi, sekolah roboh

RMOL. Peristiwa sekolah roboh tak hanya terjadi di daerah terpencil. Di Jakarta yang notabene ibu kota negara juga masih terdapat sekolah ambruk.

Sorot mata Andri tertuju ke­pada ruang kelas yang beran­ta­kan. Atapnya jebol. Rangka atap yang terbuat dari logam putih me­lintang ke sana ke mari. Genteng-genteng berserakan.

“Kelasnya rusak,” kata bocah berusia tahun ini meratap. Lan­taran tak bisa belajar,  siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri (SDN) 20 Pagi Cipinang Besar Selatan ini kembali ke rumah.

Atap Sekolah yang terletak di Jalan Panca Warga 4, Cipinang Be­sar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur ini ambruk pada Selasa di­nihari (5/6). Kegiatan belajar me­ngajar pun diliburkan.

Sumiyati (42) warga Jalan Panca Warga 4, Gang 12, RT 07 RW 03, Cipinang Besar Selatan menuturkan, peristiwa itu ber­langsung cepat. “Tiba-tiba ter­de­ngar suara menggelegar seperti suara pesawat jatuh selama bebe­rapa detik,” katanya ketika di­te­mui Rabu (6/6).

Mendengar suara itu, suami­nya keluar rumah dan mencari asal suara itu. Ternyata berasal dari se­kolah yang letaknya ber­dam­pi­ngan dengan rumahnya. Ia men­da­pati atap sekolah sudah ambruk.

“Suami saya kemudian berte­riak memanggil ke areal rerun­tu­han dan ternyata tidak ada res­pons. Alhamdulillah berarti tidak ada orang yang tertimpa,” kata Sumiyati.

“Untung ambruknya nggak pagi pas anak-anak sekolah, Al­hamdulillah tidak menimbulkan korban jiwa,” kata wanita bertu­buh subur ini. Menurut dia, saat kejadian, cuaca cerah. Tidak ada hujan maupun angin kencang.

Sumiyati mengungkapkan se­belum kejadian belasan tukang ba­ngunan baru saja menye­le­sai­kan renovasi sekolah. Renovasi dimulai sejak dua bulan lalu. Sa­lah satu bagian yang diperbaiki adalah atap. Rangka atap yang sebelumnya dari kayu diganti dengan baja ringan.

Ia heran atap sekolah itu bisa ambruk padahal rangkanya baru diganti. Peristiwa itu terjadi se­hari sebelum bangunan diserah­terimakan dari kontraktor kepada pihaknya.

Sumiyati menduga rangka atap yang terbuat dari baja ringan tak kuat menahan beban genteng yang terbuat dari tanah liat. Berat satu genteng bisa mencapai satu kilogram.

Tak mau proses belajar terhenti lama, pihak sekolah memutuskan siswa belajar di kelas yang masih utuh. Kelas digunakan secara ber­gantian.  Proses belajar mengajar dimulai Kamis.

SDN 20 Pagi Cipinang Besar Selatan terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk. Semua ger­bang selebar tiga meter men­jadi akses masuk ke dalam seko­lah. Gerbang ini terbuka.

Ada dua sekolah yang berada di dalam satu lahan ini. Yakni SDN 19 Pagi dan SDN 20 Pagi. Ba­ngu­nan kedua sekolah menge­lilingi sebuah lapangan yang luas. Lapangan ini biasa digunakan untuk upacara, kegiatan olahraga maupun ekstra kurikuler siswa.

Bangunan SDN 20 Pagi mem­bentuk huruf L. Letaknya di sisi kiri gerbang. Dari gerbang bisa ter­lihat jelas atap sekolah yang ambruk. Puing-puing bekas din­ding maupun genteng terlihat ber­serakan di dalam kelas.

Ada delapan ruangan yang atap­nya ambruk. Garis polisi di­pasang di sepanjang ruang kelas 3B, 4A, 4B, 5A, 5B, 6, ruang ke­pa­la sekolah dan ruang Unit Ke­sehatan Sekolah (UKS). Garis po­lisi ini mencegah orang men­dekat ruang kelas yang ambruk agar tak tertimpa reruntuhan.

Siswa tampak berkeliaran di lapangan karena ruang kelasnya tak bisa digunakan. Beberapa anak memilih bermain bola.

Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan DKI Jakarta Didi Sugandi menduga, atap SDN 20 Pagi Cipinang Besar Selatan karena kelebihan beban.

Ia menjelaskan, renovasi atap sekolah ditangani sebuah panitia yang beranggotakan pihak sekolah, komite orangtua murid, dan warga sekitar.

“Menurut juknis dan juklak kementerian dengan membentuk panitia, panitia ini yang menun­juk konsultan dan pengawas, ti­dak menggunakan tender. Ini si­fatnya swa-kelola,” katanya. Re­no­vasi atap sekolah itu berlan­g­sung dua setengah bulan.

Walaupun memonitor renovasi itu, Dinas Pendidikan DKI tak mengawasi sampai detail. Ter­ma­suk mengenai pemilihan bahan material bangunan. “Itu kan sudah ada panitia, harusnya dinas mengawasi sampai sejauh itu,” kata Didi.

Didi mengatakan akan men­jatuhkan sanksi bila nanti me­ne­mukan pelanggaran dalam ren­o­vasi itu. Tapi, kata dia, “Kita be­lum bicara ke sana, kemungkinan menyebabkan ini terjadi. Ada me­kanisme sanksi yang menga­tur. Ada penyalahgunaan anggaran, ada sanksi.”

Ambruknya Sebagian, Tak Ada Korban Jiwa

Pelaksana Tugas (Plt) Di­rek­t­ur Jenderal Pendidikan Da­sar Ke­menterian Pendidikan dan Ke­budayaan, Suyanto, me­nga­takan pemerintah akan mem­per­baiki atap Sekolah Dasar Negeri (SDN) 20 Cipinang Besar Sela­tan Jatine­gara, Jakarta Timur yang ambruk.

Ia mengatakan atap yang am­bruk hanya sebagian saja. Namun pemerintah sudah menyiapkan dana jika harus dilakukan reno­vasi total.

“Faktanya sudah am­bruk per­baiki saja. Kalau me­mang rusak total harus dirubuh­kan. Kalau hanya atapnya am­bruk, itu me­mang yang harus diperbaiki. Ti­dak masalah. Yang penting tidak ada korban jiwa,” katanya.

Suyanto mengatakan pihaknya belum mendapatkan data kerusa­kan sehingga tidak bisa men­jus­ti­fikasi dimana letak kesalahannya.

Mengenai ada kemungkinan penyimpangan dana renovasi, dia mengatakan pemerintah terus me­lakukan pengawasan ke seko­lah. Pengawasan dilakukan de­ngan bantuan pihak independen yaitu perguruan tinggi (PT).

Selain itu, sekolah juga wajib mengirim rincian data termasuk foto sekolah saat sebelum dan se­sudah diperbaiki. “Ada yang me­ngecek itu, tim. Kami mengguna­kan orang-orang PT,” katanya.

Dia memastikan jika memang kerusakan parah maka proses perbaikan dilakukan dengan membangun kembali bangunan sekolah baru. Alokasi dana re­no­vasi sekolah rusak berat untuk SD Rp 85 juta dan SMP Rp 90 juta.

“Kalau memang sudah tidak bisa diperbaiki, dibikin unit se­kolah baru. Dirubuhkan dulu baru dibikin baru. Itu sudah ada ske­manya,” katanya.

Dirjen Pembinaan Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Bafadal Ibra­him mengatakan, pihaknya sudah mengirim tim konsultan untuk menyelidiki kasus ambruknya atap gedung SDN 20 Pagi Cipi­nang Besar Selatan.

Ia menilai pihak sekolah dan tim pelaksana rehabilitasi gedung harus bertanggung jawab. Sebab pembentukan panitia, pelak­sa­na­an maupun pengawasan reh­a­bi­litasi dilakukan pihak sekolah.

“Sekolah sebenarnya sudah mengikuti prosedur dalam pe­nga­juan dan pelaksanaan reha­bi­litasi ini. Hanya saja, yang perlu di­cari tahu adalah sudah tepat­kah pihak-pihak yang dilibatkan dalam pe­nanganan rehabilitasi ini? Kami masih menunggu hasil investigasi untuk mengetahui faktor dan pe­nyebab ambruknya atap ba­ngu­nan ini,” katanya.

Foke Bilang Pihak Sekolah Urus Renovasi

Anggaran Dari Kemendikbud

Gubernur DKI Jakarta, Fau­zi Bowo mengaku prihatin ma­sih ada kejadian sekolah am­bruk di ibu kota seperti yang ter­jadi di SDN 20 Cipinang Be­sar Se­latan, Jatinegara, Jakarta Ti­mur. “Saya bersyukur keja­dian­nya malam hari, jadi tidak ada korban. Alhamdulillah,” katanya.

Pria berkumis yang biasa disebut Foke ini meminta Dinas Pendidikan, kepolisian serta Wali Kota Jakarta Timur mem­bentuk tim investigasi untuk mencari penyebab ambruknya sekolah ini.

Tim tersebut perlu mela­ku­kan evaluasi menyeluruh me­nge­nai prosedur renovasi ba­ngunan. “Dalam satu dua hari atau seminggu ini harus sudah ada hasilnya,” kata Foke.

Tim investigasi akan me­ne­lu­suri mengenai penggunaan alu­minium sebagai bahan rangka penyangga genteng. Padahal, bia­sanya menggunakan baja ri­ngan. Penggunaan material yang tidak sesuai itu diduga menjadi penyebab atap yang enam ruang kelas, ruang kepala se­kolah, dan ruang Unit Ke­se­hatan Sekolah (UKS) ambruk.

Foke menjelaskan, renovasi ba­ngunan SDN 20 Pagi men­g­gunakan dana block grand (ban­tuan langsung) dari Ke­men­te­rian Pendidikan dan Kebu­daya­an (Kemendikbud) Rp 362 juta.

Pihak sekolah memiliki we­wenang untuk menunjuk panitia renovasi atau yang disebut swa­kelola, tidak perlu pakai tender. Panitia yang terdiri dari internal sekolah, komite orangtua dan warga bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi proses renovasi tersebut.

“Mereka membentuk panitia sendiri. Mengenai perencanaan dan melaksanakan, harus dilihat petunjuk pelaksana dan petun­juk teknisnya,” kata Foke.

Ia meminta agar seluruh mu­rid SDN 20 Cipinang Besar Se­latan harus bisa mengikuti pro­ses belajar secepatnya. “Jangan ada murid yang tidak memiliki ruangan,” katanya.

Bila perlu siswa ditampung di sekolah lain. Kegiatan belajar mengajar bisa dilakukan hingga sore karena kelas digunakan secara bergantian.

Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi Mul­yanto mengatakan, aparat ke­polisian tengah melakukan pe­nyelidik peristiwa Sekolah Da­sar Negeri (SDN) 20 Pagi yang ambruk. “Lokasi kejadian telah di­pasangi police line,” katanya. Diharapkan hasil penyelidikan bisa diketahui dalam waktu cepat.

Dinas Pendidikan DKI, kata dia,  akan mendampingi setiap orang yang dimintai keterangan dalam proses penyelidikan poli­si. Pihaknya juga memas­tikan sanksi hukum akan diberikan jika hasil penyidikan memb­ukti­kan robohnya atap bangunan sekolah disebabkan kesalahan perorangan atau pihak tertentu.

Atap ruangan yang roboh ter­diri dari lima ruangan kelas, satu ruangan guru, satu ruang kepala sekolah, dan satu mushalla. Atap delapan ruang sekolah itu di­s­ebutkan baru selesai direno­vasi menggunakan dana block grand. Yaitu dana yang diberi­kan pe­me­rin­tah pusat melalui APBN.

Selain SDN 20 Pagi Cipinang Be­sar, sambung Taufik, ada 71 se­kolah lain di Jakarta Timur yang juga kebagian dana block grand. Bantuan dana tersebut senilai Rp 318 juta untuk tiap sekolah.

Taufik menambahkan, Disdik DKI Jakarta hanya mengawasi dan mengarahkan penggunaan ban­tuan dana itu. Dinas tidak me­­ngetahui secara langsung de­sain dan material yang dipasang.

Renovasi Asal-asalan, Siswa Jadi Korbannya

Robohnya atap gedung SDN 20 Pagi Cipinang Besar Se­latan, Jatinegara, Jakarta Ti­mur me­nambah panjang daftar sekolah yang ambruk di Ja­karta.

Sebelumnya, atap Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Pagi Utan Kayu, Matraman juga am­bruk dan menimpa sejumlah sis­wa 25 Oktober tahun lalu. Sis­wa yang terluka dilarikan ke rumah sakit. Atap yang ambruk belum lama diperbaiki.

Selain di Jakarta, sekolah am­bruk juga terjadi di beberapa wi­la­yah. Pada Februari 2012, ge­­dung SDN 1 Curah Lele, Jem­ber, Jawa Timur, juga ambruk dan nyaris menimpa siswa yang tengah mengikuti kegiatan be­lajar mengajar.

Pada 18 Maret 2012, SDN Ar­ga­puri Kampung Pasireurih, Desa Leuwisadeng, Bogor am­bruk diterjang angin. Kemu­di­an, pada 3 Mei, atap SDN Kota Batu 9, Kota Batu, Ciomas, Ka­bupaten Bogor, juga roboh aki­bat diterjang angin. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA