Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bukit Dibelah, Jalannya Curam Dan Berliku

Berkunjung Ke Tanah Amblas Di Proyek Hambalang

Kamis, 31 Mei 2012, 08:50 WIB
Bukit Dibelah, Jalannya Curam Dan Berliku
ilustrasi, Amblas Di Proyek Hambalang

RMOL. Puing-puing bangunan berserakan di zona tiga komplek Pusat Pelatihan dan Pendidikan Olah Raga Hambalang, Bogor. Membentuk gundukan. Besi-besi bekas tulang beton mencuat di sana-sini.

Tak terlihat ada upaya untuk membersihkannya. Sebuah pita kuning hitam dipasang menge­lilingi gundukan puing-puing itu. “Itu bangunan Power House Tiga yang amblas bulan De­sem­ber lalu,” kata Heri, pelaksana pem­bangunan

Proyek Hambalang digarap dua perusahaan pelat merah: Adhi Karya dan Wijaya Karya. Proyek bernilai fantastis Rp 1,2 triliun ini kembali menjadi sorotan karena amblasnya sejumlah bangunan.

“Amblasnya itu tanggal 14-15 Desember 2011 dini hari,” ung­kap Heri. Tanah yang amblas ada di tiga titik. Yakni di lapangan bulu tangkis, gardu listrik dan ja­lan nomor 13 yang terletak di ba­gian belakang. “Tanggal 14 De­sember itu ada retakan. Kem­u­dian turun 10 cm. Pada 15 De­sem­ber turun 5 meter dan kemu­dian menjadi 8 meter,” tuturnya.

Tanah yang amblas seluas 1.000 meter persegi. Bangunan yang terdiri di atas itu pun ikut amblas dan miring. Lantaran tak bisa digunakan, bangunan itu dihancurkan. Puing-puingnya menutupi lahan untuk lapangan panahan.

“Anehnya tanah panahan yang tertimbun muncul gundukan ta­nah hitam yang tidak tahu dari mana asalnya. Tanah tersebut tidak bisa digunakan dan akan dibuang,” kata Heri.

Heri menduga tanah amblas aki­bat hujan besar yang melanda daerah perbukitan ini sejak Sep­tember. Kerugian akibat kejadian ini mencapai Rp 20 miliar.

Mengenai bangunan yang am­blas, ada tiga opsi yang bisa dila­kukan. Pertama, dibangun yang lokasi yang sama. Kedua dipin­dah ke lokasi lain. Terakhir, lahan itu tak dibangun sama sekali.

 â€œUntuk saat ini kami belum bisa melakukan tiga opsi tersebut karena masih menunggu hasil evaluasi yang akan dilakukan oleh pihak yang berwenang terha­dap tanah yang amblas. Kalau su­dah ada hasilnya baru dilanjutkan pembangunannya,” kata Heri.

Komplek olah raga di Hamba­lang mulai dikerjakan bulan Desembar 2010. Direncanakan selesai Desember 2012. Namun tampaknya target tersebut tidak akan tercapai akibat kejadian ini. “Kemungkinan komplek ini baru selesai Oktober 2013,” kata Heri.

Di kompleks olahraga ini akan dibangun 30 gedung dengan ber­bagai ukuran. Hingga kini baru 13 bangunan yang sudah selesai. Yakni masjid, pos jaga,  ground water tank, SMP dan SMA untuk putra dan putri, power house 1,2 dan 3. “Baru 49 persen hasil pe­ngerjaannya,” katanya.

Pria yang mengenakan kemeja warna putih ini mengatakan, pe­kerja yang terlibat dalam proyek ini mencapai 2 ribu orang. Me­reka mulai bekerja dari pukul 7 pagi hingga 10 malam. “Finis­hing bangunan tidak boleh di­kerjakan lebih dari jam 10 malam dikhawatirkan hasilnya tidak bagus,” ujar Heri. Sementara un­tuk struktur bangunan dikerjakan 24 jam nonstop.

Saat ini proyek itu dihentikan sementara lantaran Kementerian Pemuda dan Olahraga belum me­ngucurkan dana. “Pembangunan berhenti, kita tidak ada uang masuk. Dari Januari sampai se­karang yang harus dibayar Rp 75 miliar,” katanya.

Heri mengklaim pihaknya te­lah melaksanakan pem­ba­ngunan sesuai kontrak. Selain itu, pem­bangunan juga dilakukan dengan menyesuaikan kondisi tanah di sini. “Kami dari pelaksana pro­yek mengerjakan sesuai dengan kontrak yang ada dari gambar dan tata letak tanah yang ada,” katanya.

Walaupun proyek dihentikan sementara 13 orang tetap dipeker­ja­kan untuk bersih-bersih jalan di kompleks Hambalang. “Bila ti­dak ada petugas kebersihan di­khawatirkan kondisi komplek ko­tor,” katanya.

Ketua Kerjasama Operasi PT Adhi Karya dan PT Wijaya Kar­ya, Joko Prabowo mengatakan untuk mengantisipasi kejadian serupa pihaknya memasang alat deteksi kontur tanah di lokasi yang akan dibangun gedung.

Ia menjelaskan tahun ditar­get­kan akan dibangun 30 gedung. Tinggal 11 gedung yang belum di­bangun. Komplek Pusat Pela­tihan dan Pendidikan Olah Raga Hambalang, Bogor menempati lahan seluas 32 hekter di atas bu­kit. Perjalanan dari Jakarta ke lo­kasi memakan waktu 45 menit le­wat jalan tol Jagorawi.

Keluar pintu tol Sentul, perja­la­nan ke lokasi masih enam kilo­meter. Jalannya berliku dan me­nanjak. Tiga kilometer terakhir menempuh jalan menanjak. Jalan selebar tiga meter yang terbuat dari beton itu membelah bukit.

Mendekati kompleks terlihat pintu gerbang semi permanen yang terbuat dari seng setinggi tiga meter. Jalan beton selebar enam meter menjadi akses peng­hubung bangunan yang ada di situ.

Kontur tanah di sini turun naik. Ada yang memiliki kemiringan hingga 50 derajat.  Tidah jauh dari pintu masuk terdapat masjid ber­ukuran kecil.

Masuk lebih dalam terlihat jelas dua bangunan setinggi lima lantai dengan panjang 20 meter lebih. Bangunan tersebut di­peruntukkan untuk sekolah SMP dan SMA. Tepat di belakang ba­ngunan warna hitam inilah lokasi tanah yang amblas. Di sebelah kiri jalan terlihat tanah berlubang dengan diameter 8 meter.

Sebelumnya diatas tanah ter­sebut berdiri bangunan untuk po­wer house. Puing-puing ba­ngu­nan dengan berbagai ukuran terli­hat jelas di lokasi longsor. Pita warna kuning sebagai tanda dila­rang dipasang mengeliling lokasi longsorang.

Tak jauh dari tanah amblas, di sebelah kiri terdapat bangunan lapangan bulu tangkis. Bangunan yang sedianya setinggi dua lantai ini terlihat ambrol di pondasi lan­tai bawah. Runtuhan tanah yang amblas menutupi lapangan yang akan digunakan untuk tempat panahan.

Sudah Habiskan Rp 753 Miliar

Proyek Hambalang bakal menghabiskan dana Rp 1,2 triliun. Koordinator Advokasi dan Investigasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Uchok Sky Khadafi menyebut pemerintah sudah mengucurkan dana Rp 753 miliar untuk proyek itu.

Ia menjelaskan, Kementerian Pe­muda dan Olahraga (Ke­menpora) telah menyelesaikan status kepemilikan tanah seluas 312.448 meter persegi yang be­rada di Desa Hambalang Bogor, Jawa Barat, dengan diterbit­kan­nya Sertifikat Hak Pakai Nomor 60 tertanggal 20 Januari 2010.

Pada 2010, Kemenpora merea­li­sasi anggaran sebesar Rp 253.687.400.479 diper­gu­na­kan untuk pembangunan lanjutan fisik proyek. Tahun berikutnya kementerian  mengusulkan pagu anggaran sebesar Rp 500 miliar untuk pengadaan sarana olahraga Pendidikan, Pelatihan dan Se­kolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang.

Anggaran itu untuk lanjutan pem­bangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan Sekolah Olahraga Na­sio­nal (PPPSON) sebesar Rp 400 mi­liar dan pengadaan sarana olah­raga pendidikan, pelatihaan dan sekolah olahraga nasional Ham­balang sebesar Rp 100 miliar.

Kemenpora kemudian mem­buka lelang dengan pasc­a­kua­li­fi­kasi pada 7 Oktober 2011 un­tuk pa­ket pekerjaan Pengadaan Sa­rana Olahraga Pusat Pen­didikan, Pela­tihan dan Sek­olah Olahraga Na­sio­nal (P3SON) berupa Sport Science Harga Perkiraan Sendiri (HPS) sebesar Rp 79.958.881.000.

Pemenangnya PT Putra Utara Mandiri yang beralamat Jalan Kra­mat Raya 7-9 RT 004/002, Ge­dung Centra Kramat Blok A-14, Kramat, Senen, Jakarta Pusat dengan nilai penawaran sebesar Rp 76.204.485.500 (Rp 76,2 miliar).

Pada 28 Oktober 2011, Ke­men­pora membuka lelang lagi dengan pascakualifikasi untuk pa­ket pekerjaan Pengadaan Ban­tuan Meubelair pada (P3SON).

Harga per­kiraan sendiri Rp 19.998.012.000 Pemenang­nya PT Christaenta Uta­ma yang berkantor di Jalan Duren Sa­wit Raya Komplek Ruko Du­ren Sawit Center Nomr 9D RT 007/ RW 010, Kelurahan Klen­der, Kecamatan Duren Sawit, Ja­karta Timur, dengan harga pena­wa­­ran sebesar Rp 18.808.699.800.

Menurut Uchok, dari penelu­suran tender itu Komisi Pem­be­ran­tasan Korupsi (KPK) bisa me­ngendus dugaan korupsi dalam proyek itu.

Bagi FITRA, kasus ini meru­pa­kan jilid dua korupsi di Ke­menpora setelah proyek Wisma Atlet SEA Games di Palembang, Sumatera Selatan.

Menteri Andi Tunjuk Surat Dirjen 2004

Kenapa Pilih Hambalang?

Menteri Pemuda dan Olah­raga (Menpora) Andi Alfian Mallarangeng mengatakan, proyek pembangunan Sekolah Olahraga Nasional di Ham­ba­lang, Bogor, Jawa Barat di­hentikan sementara sampai evaluasi terhadap tanah yang amblas selesai.

Andi menjelaskan, penetapan bukit Hambalang sebagai lo­kasi sekolah berikut sport cen­ter itu mengacu surat Dirjen Olah­raga Departemen Pendi­di­kan Nasional Nomor 0514/OR/2004 tanggal 10 Mei 2004. “Studi geologi dan hidrologi ter­hadap lokasi sudah dilak­u­kan,” katanya.

Selain di Hambalang, ada daerah lain yang juga dilirik untuk jadi tempat sekolah ini. Yakni Cibinong dan Karawang. Tapi Hambalang yang dipilih.

Bekas Juru Bicara Kepre­si­denan mengatakan, pem­ba­ngu­nan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional Hambalang adalah proyek besar.

Pembangunan ini dilatar­be­la­kangi keinginan bangsa untuk meningkatkan prestasi olahraga nasional. Berbagai sarana dan prasarana perlu dibangun untuk membina atlet maupun ko­mu­nitas sekolah olahraga di ting­kat nasional.

Menurut Andi, persaingan an­tar negara ASEAN juga ter­jadi di bidang olahraga. Sebab itu, perlu dibangun pusat pela­tihan dan pendidikan olahraga yang bisa menghadapi per­saingan itu.

Mengenai tanah yang am­blas, dia mengatakan akan be­kerja sama dengan Badan Pe­me­riksa Keuangan (BPK) un­tuk melaku­kan audit investigasi.

Andi juga memer­ca­ya­kan pengusutan dugaan pe­nyim­pangan dalam proyek ini kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). “Kalau ada pe­nyimpangan, tentunya siapapun orangnya harus bertanggung jawab,” katanya.

Ia menegaskan terus men­dukung kerja BPK dan KPK agar audit maupun penyidikan terhadap penyimpangan proyek tersebut tuntas.

Sekretaris Kementerian Pe­mu­da dan Olahraga, Yuli Mum­puni Widarso menjelaskan, proyek pusat olahraga di Ham­balang, Bogor bermula pada Oktober 2009. Saat itu Ke­men­pora menilai perlu ada pusat pendidikan latihan dan sekolah olah raga di tingkat nasional.

Maka, Kemenpora me­man­dang perlu melanjutkan dan menyempurnakan pem­ba­ngu­nan proyek pusat pendidikan pelatihan dan sekolah olahraga na­sional di Hambalang, Bogor. Ini juga untuk meng­im­ple­men­tasikan UU Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolah­ra­ga­an Nasional.

Pada 20 Januari 2010, Ser­ti­fikat Hak Pakai Nomor 60 terbit atas nama Kemenpora dengan luas tanah 312.448 meter per­segi. Kemudian pada 30 De­sem­ber 2010, terbit Keputusan Bupati Bogor nomor 641/003.21/00910/BPT 2010 yang berisi Izin Mendirikan Bangu­nan (IMB) untuk Pusat Pe­m­bi­naan dan Pengembangan Pr­e­stasi Olahraga Nasional atas nama Kemenpora di desa Ham­balang, Kecamatan Citeureup.

 â€œLanjutan pembangunan Pusat Pembinaan dan Pe­ngem­bangan Prestasi Olahraga Na­sional mulai dilaksanakan tahun 2010 dan direncanakan selesai tahun 2012,” kata Yuli.

Untuk membangun semua fasilitas dan prasarana sesuai dengan master plan yang telah disempurnakan dibutuhkan anggaran Rp1,175 triliun. Ini sudah termasuk bangunan sport science, asrama atlet senior, lapangan menembak, extreme sport, panggung terbuka, dan voli pasir. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA