Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Siswa SD Sisihkan Uang Jajan Untuk Shafa-Azka

Kotak Sumbangan Penderita GBS Dibuka di Warnet

Rabu, 10 Agustus 2011, 07:23 WIB
Siswa SD Sisihkan Uang Jajan Untuk Shafa-Azka
Shafa Azalia Bocah Penderita GBS
RMOL. Shafa dan Azka harus hidup dengan bantuan alat di rumah sakit. Kedua bocah mengidap penyakit Guillain-Barre Syndrome (GBS) yang mengacaukan sistem daya tubuh. Mahalnya biaya pengobatan penyakit itu mendorong sejumlah kalangan menggalang dana.

Senin lalu (7/8), Gerakan Se­ri­bu Rupiah Peduli Shafa dan Azka dideklarasikan. Sejumlah posko pun dibentuk untuk me­ngum­pul­kan dana. Posko induk berada di Jalan Kayumanis X Nomor 67, Ka­yumanis, Jakarta Timur.

Tujuh koordinator wilayah (korwil) dibentuk di Jabotabek. Korwil 1 di Perum Taman Kota Blok A3 Nomor 35 Bekasi (Eva 0817807272). Korwil 2 di Klinik drg. M. Ikhsan Hsb Jalan Taya Mustika Jaya Nomor 3 Kota Le­genda Bekasi (Drg. M. Ikhsan 081310409492).

Selanjutnya Korwil 3 di Jalan Pepaya Nomor 16, Kampung Utan, Ciputat (Nadia Hermawan 081288263942). Korwil 4 di Jalan Kelapa Hijau Nomor 26, Utan Kayu, Matraman (Novarina 087884888649). Korwil 5 di Uni­versitas Jayabaya (Mapussi Jaya­baya) (Rubyn 082110092592). Korwil 6 di Jalan H Yahya Nomor 4, Pondok Cina, Depok (Asrul 081319427425), Korwil 7 di Kam­pung Dongeng, Jalan Mu­syawarah Nomor 26, Kampung Sawah, Ciputat (Bunda Yulliana 082112880189).

Selain itu, gerakan ini juga membuka rekening untuk me­nya­lurkan bantuan bagi Shafa dan Azka yakni di nomor rekening BCA 7510.4159.60 atas nama Melva Tobing atau melalui No­mor Rekening Bank Mandiri 10.1000.4880.56.1 atas nama drg. Silvia Wahyuni.

Kemarin,  Rakyat Merdeka ber­kunjung ke Posko Induk gerakan ini di Kayumanis, Jakarta Timur. Sebuah spanduk biru berukuran 3x1 meter yang dipasang di din­ding depan rumah menyambut ke­datangan. “Gerakan Seribu Rupiah Peduli Shafa dan Azka Penderita GBS”. Begitulah isi spanduk tersebut.

Tak jauh dari spanduk tersebut diletakkan sebuah banner. Isi dan pesan yang disampaikan persis sama dengan spanduk. Suasana tempat ini terlihat sepi. Gerbang rumah tempat spanduk dipasang juga terkunci rapat. Tak tampak aktivitas penggalangan dana.

Mengetahui kedatangan tamu, seorang wanita keluar dari dalam rumah yang posisinya berse­be­lahan dengan rumah yang ter­kunci tersebut. Wanita ini me­nge­nalkan dirinya Eydna, istri dari koordinator Posko Gerakan Pe­duli Rp 1.000 Shafa dan Azka, Taufik Hidayat.

Eydna menuturkan, posko ter­sebut hanya berfungsi sebagai sekretariat. Penggalangan dana tidak dilakukan di tempat ini. Hal itulah yang menyebabkan posko ini terlihat sepi.

“Kita memang sengaja nggak bikin kotak penggalangan dana di sini. Kita fokuskan bantuan me­le­­wati rekening atau yang mau da­tang ke tujuh Korwil aja,” ujarnya.

Eydna pun menyarankan Rak­yat Merdeka mendatangi Korwil 4 di Jalan Kelapa Hijau Nomor 26, Utan Kayu, Matraman. Ke­be­tulan jarak dari posko induk cukup dekat, hanya sekitar satu kilometer.

Tempat yang dimaksudkan me­rupakan sebuah warung internet (warnet) dan game online. “Cla­fer Net”. Tulisan tersebut ter­tera di dalam sebuah spanduk ber­uku­ran 3x2 meter di bagian depan bangunan berlantai dua tersebut.

Rumah bercat biru langit ini sehari-hari berfungsi warnet. Namun, semenjak keluarga Shafa dan Azka kekurangan dana untuk mengobati penyakit BGS, warnet ini juga difungsikan jadi tempat mengumpulkan dana.

Sebuah meja kecil diletakkan di bagian depan warnet ini. Ber­dampingan meja tersebut dipa­jang sebuah banner seperti yang terlihat di posko induk. Di atas meja diletakkan kotak sum­ba­ngan berukuran kecil. Di­de­katnya diletakkan brosur ber­warna pink.

Brosur ini berisi tentang tu­juan­nya dibentuknya Gerakan Peduli Shafa dan Azka. Di dalam brosur juga dijelaskan latar be­la­kang Shafa dan Azka beserta foto keduanya yang sedang terbaring di rumah sakit. Selain itu, dijelaskan mengenai penyakit GBS.

Gerakan ini cukup mendapat respons positif dari masyarakat. Saat Rakyat Merdeka mengun­jungi tempat ini, secara ber­gan­tian masyarakat yang me­nyem­patkan diri mampir ke tempat ini.

Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga terlihat antusias me­nunjukkan kepeduliannya ter­hadap derita yang dialami Shafa dan Azka. Anak-anak tersebut berbaris rapi, kemudian satu per­satu memasukkan lembar uang seribu rupiah.

Rizki (10), misalnya. Ia ter­gu­gah menyumbang setelah melihat pemberitaan mengenai Shafa dan Azka di layar kaca. Meski tidak mengetahui secara jelas penyakit GBS, ia ingin menyumbang dari menyisihkan uang jajan untuk pengobatan Shafa dan Azka.

“Saya kasihan sama mereka pas lihat di televisi. Tadi pas di­kasih jajan sama mama, saya si­sihin seribu rupiah buat dis­u­m­ban­gkan,” ujarnya. Hal senada di­uta­rakan Rahma (11). Bocah pe­rempuan yang duduk kelas enam sekolah dasar ini menu­tur­kan, ia menyumbang karena didorong rasa iba terhadap penyakit yang diderita Shafa dan Azka.

“Tadi pagi-pagi saya minta uang tambahan sama papa. Saya bilang ke papa mau nyumbang buat Shafa dan Azka, terus papa ngasih deh. Tadi abis pulang se­kolah, saya buru-buru datang ke sini,” ujarnya.

Novalina, penanggung jawab Korwil 4 Utan Kayu mengatakan, gerakan ini mendapat respons yang positif dari masyarakat se­tempat. Memasuki hari kedua, masyarakat datang satu per satu untuk menyumbang.

“Antusias masyarakat cukup tinggi, yang mampir itu warga ama yang kebetulan lewat di de­pan. Anak-anak yang pulang se­kolah dan orang tua murid yang ngantar anaknya ke sekolah, juga pada mampir ke sini,” ujarnya.

Hingga pukul 10.35 WIB ke­marin kata Novalina, sudah terkumpul dana Rp 191.708.021. Nominal tersebut berasal dari sumbangan masyarakat ke dua rekening ‘Gerakan Seribu Rupiah Peduli Shafa dan Azka Penderita GBS’.

“Kalau kotak belum dibuka, kecuali hari pertama saat dek­larasi kita dapat sekitar empat juta rupiah. Rencananya kotak dari setiap Korwil akan dihitung hari Minggu nanti,” katanya.

Masih Utang 300 Juta ke RS

PT Askes akan menanggung semua biaya pengobatan Mu­hammad Azka Arriziq, penderita Guillain Bare Syndrome (GBS) yang kini dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Direktur Utama PT Askes I Gede Subawa mengatakan, kedua orangtua Azka merupakan PNS yang notabene peserta Askes. Saat ini, Azka dirawat di rumah sakit pemerintah yang bekerja sama dengan Askes.

“Penyakit GBS dikategorikan sebagai penyakit katastropik yang biayanya dijamin 100 persen oleh PT Askes,” ujarnya, kemarin.

Menurut Subawa, PT Askes me­nanggung semua biaya pe­ngo­batan untuk golongan penyakit katastropik, seperti cuci darah, kanker, jantung, dan talasemia atau donor darah.

“Kami juga memberikan penggantian full (penuh) atas biaya perawatan Azka di Bogor sebesar Rp 87 juta,” ujarnya.

Sementara itu, mengenai biaya pengobatan bocah penderita GBS lainnya, Shafa Azila, Subawa berharap ada BUMN yang akan membantu meringankan beban keluarga penderita tersebut.

Biaya pengobatan GBS ter­golong mahal. Bisa mencapai Rp 10 juta per hari. Sejauh ini ayah Shafa, Zulkarnain Febriansyah telah menghabiskan Rp 600 juta. Dia juga masih memiliki tang­gungan Rp 300 juta di RS St Ca­rolus.

13 Hari Dirawat, Habis Rp 100 Juta

Shafa Azalia dan Muham­mad Azka Arriziq, balita ber­usia 4 tahun yang menderita Guillain-Barre Syndrome (GBS) kini masih dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Anto Arianto, ayah Azka menuturkan, sebelum dibawa ke RSCM anaknya dirawat di RS Azra, Bogor selama 13 hari. Biaya perawatannya men­capai Rp 100 juta.

“Untuk RSCM ini, nanti saya usahakan untuk meng­gu­nakan Asuransi Kesehatan (Askes), karena saya kan pe­ga­wai negeri, dan saya meng­harapkan adanya bantuan biaya dari pemerintah, karena penyakit anak saya langka, jadi memang mahal biaya pe­ngobatannya,” ujarnya.

Sejak 2 Agustus lalu Azka dirawat di RSCM. Menurut Anto, anaknya belum me­nun­jukkan perkembangan yang signifikan. Putra pertamanya itu masih berbaring dengan kondisi sangat lemah  meski pelayanan medis yang dibe­rikan rumah sakit cukup baik.

“Dokter psikologi juga su­dah memeriksa keadaan anak saya, tetapi memang Azka ma­sih lemah, jadi masih per­lahan pengobatannya,” kata Anto.

Azka yang merupakan anak tunggal dari pernikahan Anto dengan Rina terserang pe­nyakit GBS pada 21 Juli 2011 dini hari.

“Azka mengeluh kakinya kebas dan pegal kepada ibu­nya, setelah dipijit dan minum susu, Azka tidur kembali. Na­mun, pagi harinya Azka me­ngeluh tangannya kaku, lalu se­gera dilarikan ke Rumah Sa­kit Umum Ciawi,” ujar Anto.

Setelah diperiksa lebih lan­jut, Azka kemudian dirujuk ke RS Azra Bogor untuk men­da­patkan perawatan lebih in­ten­sif dan bantuan ventilator. Saat itu Azka tidak sadarkan diri.

“Lalu pada 1 Agustus 2011 atas instruksi Menteri Ke­se­hatan, Ibu Endang Rahayu, Azka dipindah ke ICU gedung A RS Cipto Mangunkusumo untuk mendapat perawatan lebih in­tensif,” ucapnya.

Berbeda dengan Azka, Shafa, anak bungsu pasangan Zulkar­nain Febriansyah dan Wina sudah lebih lama didiagnosa menderita GBS. Shafa telah berjuang me­lawan penyakit ini sejak Oktober 2010 atau sudah hampir 10 bulan dirawat di ruang ICU.

“Awalnya Shafa menderita gangguan pencernaan, namun dari hasil pemeriksaan dokter pada paru-paru Shafa terdapat ber­cak karena keracunan CO2, lalu dipindahkan ke RS Saint Carolus untuk mendapat venti­la­tor yang membantunya ber­nafas. Di sinilah akhirnya Shafa didiag­nosa menderita GBS,” katanya.

Zulkarnain menyatakan setelah kurang lebih 7 hari Shafa dirawat di RSCM, sudah ada perubahan ber­arti pada putrinya. Terutama se­telah fisioterapi intensif, sudah ada pergerakan yang bisa di­lakukan.   [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA