Demikian antara lain disampaikan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza UL Haq saat berpidato dalam kegiatan kaderisasi instruktur Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur di Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Jumat, 18 April 2025.
Menurutnya, kepemimpinan inovatif telah dicontohkan para pendahulu, salah satunya KH Ahmad Dahlan.
"KH Ahmad Dahlan adalah teladan utama dalam konteks inovasi kepemimpinan tersebut. Gagasan pendirian amal usaha Muhammadiyah seperti sekolah, panti asuhan, rumah sakit dan lain-lain adalah inovasi dalam merespons konteks sosial politik masa itu," kata Wamen Fajar.
Fajar mengurai, para pakar kepemimpinan bersepakat bahwa musuh utama inovasi adalah kemandegan atau sudah nyaman dengan formula-formula inovasi lama.
"Konteks masyarakat, sosial-politik sudah berubah maka formula untuk merespon situasi juga harus baru. Harus inovatif," tegas Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini.
Kepemimpinan inovatif menjadi isu strategis dalam penguatan kaderisasi. Tidak hanya di lingkungan Muhammadiyah, tapi juga dalam konteks bangsa yang lebih luas.
Kaderisasi merupakan elan vital sebuah organisasi, termasuk memastikan dan memberikan ruang diaspora kader yang lebih luas di ruang publik.
"Muhammadiyah telah membuktikan dalam sejarah republik ini dengan menyiapkan kader-kader terbaiknya untuk memimpin di ruang publik," lanjutnya.
Di akhir pidatonya, Wamen Fajar menegaskan komitmen Muhammadiyah untuk bangsa Indonesia, termasuk komitmen inklusivitas atau keterbukaan kader-kader Muhammadiyah pada kolaborasi dengan banyak pihak.
"Kader Muhammadiyah harus menjadi pemimpin untuk semua pihak guna melahirkan kebijakan dan keberpihakan pada seluruh lapisan masyarakat," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: