Hal itu disampaikan oleh Ketua Bawaslu RI, Rahmat Bagja, dalam acara Konsolidasi Nasional (Konsolnas) Perempuan Pengawas Pemilu di Hotel Grand Mercure, di Jalan Harmoni, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (20/12).
Bagja menerangkan, di masa awal Bawaslu berdiri pada rentang waktu sekitar tahun 2004, komposisi perempuan dalam struktur keaanggotaan Bawaslu RI melebihi 30 persen.
"Bawaslu punya sejarah perempuannya, komisioner, melebihi jumlah laki-laki. Jadi jangan tanyakan masalah komitmen," ujar Bagja.
Jelang tahapan Pemilu Serentak 2024 yang semakin padat, Bagja berharap akan banyak lagi perempuan yang siap untuk ikut "nyemplung" secara aktif dalam pelaksanaan pemilu.
"Pemilu depan mata, saya yakin teman-teman (perempuan yang hadir dalam acara) semua telah menyiapkan diri untuk bekerja membangun demokrasi Indonesia. dan telah terbukti pada 2018, 2019, dan 2020," urainya.
Lebih lanjut, Bagja meyakini peranan perempuan di dalam pemilu menentukan arah keberpihakan bangsa dan negara Indonesia terhadap perkembangan perempuan.
"Pemilu itu adalah memperjuangkan visi dan misi ke depan para pemimpin untuk perhatian pada perempuan. Itu hubungan perempuan dengan pemilu," paparnya.
"Jika salah memilih pemimpinnya, maka karakter bangsa ini terhadap perempuan akan bermasalah. Maka maju dan tegaknya demokrasi bangsa ada pada bahu perempuan juga," demikian Bagja menambahkan.
BERITA TERKAIT: