Penurunan elektoral Partai besutan Prabowo Subianto itu disebabkan oleh sejumlah faktor antar lain diawali bergabungnya Gerindra ke koalisi pemerintahan Jokowi-Maruf Amin.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah saat berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu di Jakarta, Senin (14/12).
"Kekalahan Gerindra di Pilkada 2020 sudah diprediksi IPO, bahwa ada tren menurun pemilih Gerindra saat bergabung dengan kabinet," ujar Dedi Kurnia Syah.
Selain itu, keberpihakan Partai Gerindra pada petinggi Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab yang tidak terlihat hingga teranyar kasus korupsi yang menjerat kader Gerindra yang juga Menteri KKP Edhy Prabowo.
"Semakin signifikan karena sikap tak membela HRS (Habib Rizieq Shihab) saat di luar negeri hingga kasus Edhy Prabowo terungkap," kata Dedi Kurnia.
Atas dasar itu, menurut Dedi, apabila Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto angkat kaki dari kabinet diyakini bisa memulihkan kepercayaan publik pada Partai Gerindra.
"Jika Prabowo cermat, akan menguntungkan bagi Gerindra jika ia mundur dari kabinet sebagai rasa bersalah atas kasus Edhy Prabowo," ucap Dedi Kurnia.
"Karena andaipun Gerindra mendapat 2 porsi di kabinet, ia tetap menelan kerugian dari sisi elektoral parpol, terlebih jika hanya 1, Gerindra akan rugi berlipat," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: