Hanya sebatas Roy Suryo cs yang disingkat RRT (Roy, Rismon, dan Tifa) atau untuk klaster kedua saja. Bukan untuk klaster pertama Eggi Sudjana dan empat tersangka lainnya.
Ada yang menduga bahwa dua klaster ini sebetulnya memang sudah pecah. Sebab, pembagian kuasa hukumnya sudah mulai rumit dan selalu ada klarifikasi-klarifikasi sebelum pembelaan dimulai.
Semakin menguat setelah Gelar Perkara Khusus yang dilakukan Polda Metro Jaya, kemarin. Klaster RRT solid mengatakan itu palsu, tapi klaster Eggi Sudjana sudah mulai ada yang berbunyi bahwa itu asli. Bercabang.
Tapi sejauh ini masih terlihat solid. Klaster-klaster itu memang bukan dari mereka, tapi dari penyidik dalam penerapan pasal-pasal. Klaster RRT lebih berat, karena dijerat oleh UU ITE dengan ancaman 12 tahun penjara.
Refly Harun dengan tegas menolak semua pasal yang dikenakan terhadap RRT. UU ITE yang mengatakan RRT itu mengedit atau memanipulasi ditolak karena mereka bukannya mengedit, tapi mengatakan ijazah itu palsu.
Mengatakan ijazah Jokowi palsu, kalau ijazah itu asli berarti pencemaran nama baik, fitnah, dan lain-lain, dan bisa dijerat KUHP, tapi Refly Harun dengan canggih dan lihai mengatakan itu berbasisnya penelitian ilmiah dan kebebasan berpendapat yang dijamin oleh Konstitusi.
Turun gunungnya Refly Harun, sebelumnya Denny Indrayana, satu isi menguatkan posisi RRT. Tapi di sisi lain memperjelas bahwa posisi RRT sedang tidak baik-baik saja alias semakin tersudut.
Tapi, ya, wajar saja. Lawan mereka Jokowi yang adalah mantan Presiden RI dua periode. Dan Kapolrinya masih orang yang sama, yang dulu dilantik Jokowi. Hanya keajaiban saja RRT bisa selamat, apalagi menang.
Refly Harun mengatakan bahwa Polri dan KPK masih dikuasai tangan-tangan Jokowi. Ini diketahuinya justru dari orang dalam lingkaran istana.
Entah benar, entah tidak, tapi semua orang bisa memvalidasi di lapangan.
Menariknya, baik Refly Harun maupun sebelumnya Denny Indrayana, adalah alumni UGM sendiri. Termasuk RRT, dan bahkan Jokowi sendiri.
Dulu saling dukung, saling membanggakan, kini justru saling menjatuhkan.
ErizalDirektur ABC Riset & Consulting
BERITA TERKAIT: