Jika satu saja partai pendukungnya, baik Golkar, Hanura atau Nasdem, tidak bersepakat soal siapa pengisi pos Calon Wakil Gubernur lalu mengundurkan diri dari rencana mengusungnya, maka Ahok dipastikan batal berlaga.
"Ahok harus menyadari dia tidak dalam kondisi ideal untuk petantang-petenteng. Kalau ada satu partai tidak setuju Wagub maka dia mundur maka Ahok tidak bisa maju," jelas pengamat politik, Hendri Satrio, dia dalam diskusi "Tensi Tinggi Pilkada Jakarta", di Cikini, Jakarta, Sabtu pagi (13/8).
Dia yakin, saat ini Ahok butuh tambahan dukungan partai. Masalahnya, sejauh ini parpol di luar Nasdem, Hanura dan Golkar, sudah tahu betul track record Ahok yang kurang baik dalam berpolitik. Ahok sekian kali lompat partai demi kepentingan karir politik.
Sebetulnya, lanjut dia, parpol yang paling dibutuhkan Ahok saat ini adalah PDI Perjuangan. Tetapi, PDIP meminta syarat, yaitu Ahok harus menjadi anggota partainya. Inilah yang membuat keduanya tidak bisa bertemu.
"PDIP ingin menang 100 persen. Cagub cawagubnya dari kader dia, sementara Ahok bukan kader PDIP. Seandainya Ahok masuk PDIP, akan sangat menyenangkan," jelasnya.
Di sisi lain, Hendri menyarankan PDIP tidak perlu takut-takut mencalonkan kader internal. Masih ada banyak nama yang cukup bagus untuk dimajukan ke Jakarta meskipun kader tersebut saat ini masih memimpin di daerah lain.
"Dulu ketika Jokowi di (walikota) Solo, semua orang minta dia ke Jakarta (Pilkada Jakarta 2012)," ucap Hendri.
"PDIP partai yang memiliki pengkaderan paling bagus sejak Orde Baru. Apapun caranya, apakah mesti booming dulu di Solo atau Surabaya, dia enggak perlu takut karena ada calon lain yang kuat," tambahnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: