Hal ini diutarakan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto, ketika bicara mengenai keyakinannya terhadap peluang PDIP mengusung gubernur petahana Basuki Purnama atau Ahok di Pilkada Jakarta tahun depan.
"Ada masalah harga diri yang disinggung Pak Ahok. Ini fatal. Harga diri baik sebagai ketua umum (Megawati) atau sebagai partai," kata dia dalam diskusi "Tensi Tinggi Pilkada Jakarta", di Cikini, Jakarta, Sabtu pagi (13/8).
Menurutnya, PDIP sudah matang menakar kapasitas dan karakter Ahok. Di sisi lain, dari waktu ke waktu PDIP selalu mendengarkan suara "wong cilik". Karena itu Prijanto sangat yakin PDIP tidak akan mengusung Ahok.
Dalam catatannya, Ahok pernah menghina harga diri PDIP menyusul munculnya desakan agar partai banteng gembrot itu mengusung sang incumbent untuk Pilkada 2017. Saat itu, Ahok malah meminta agar PDIP meminta izin lebih dulu ke organisasi relawannya, Teman Ahok.
"Saat itu ada kader PDIP mengatakan Ahok silakan ikut mekanisme partai. Bukan direspons baik-baik malah nada menantang. Ahok mengatakan, kalau PDIP mau dukung saya maka tanya dulu Teman Ahok," ungkap Prijanto.
"Ada lagi, ketika Ahok didukung tiga parpol dan dia akhirnya memilih tidak jadi independen, dia katakan sudah tiga cukup tiga partai, tidak usah sosialisasi lagi ke partai lain," tambahnya.
Selain soal harga diri PDIP yang menurutnya sudah dilukai Ahok, dia juga yakin PDIP dengan segala sarana dan prasarananya telah menakar Ahok dengan baik.
"Predikat politikus paling buruk adalah kutu loncat," kata Prijanto merujuk pada kebiasaan Ahok berpindah-pindah partai.
Prijanto mengakui, setahunya, karaketer PDIP adalah partai konsisten. Tetapi, dalam politik selalu ada kemungkinan lain. Dan kalau ternyata PDIP, dalam hal ini Megawati, akhirnya memutuskan mendukung Ahok, maka yang timbul adalah persepsi publik bahwa PDIP partai inkonsisten.
"Mengapa sedemikian mahalnya membanting harga diri?" ujar Prijanto.
[ald]
BERITA TERKAIT: