Dalam pernyataannya pada Senin (3/7), Sall menegaskan bahwa dia tidak akan mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga dalam pemilihan tahun depan. Ini berarti membuka jalan bagi pemilihan terbuka di negara Afrika Barat yang telah lama dianggap sebagai benteng demokrasi di wilayah yang bermasalah.
"Saudara-saudaraku yang terkasih, keputusan saya setelah pertimbangan panjang adalah tidak mencalonkan diri dalam pemilihan pada 25 Februari 2024," kata Sall dalam pidato yang disiarkan televisi, seperti dikutip dari
Africa News, Selasa (4/7).
"Senegal lebih dari saya, dan penuh dengan pemimpin yang cakap untuk pembangunan negara," katanya.
Sall mengatakan dia telah berusaha memprioritaskan kemajuan negaranya, khususnya pada saat kesulitan dan ketidakpastian sosial-ekonomi.
Menjelang pidato nasional Sall, pengkritiknya yang paling sengit, Ousmane Sonko, mendesak publik untuk melakukan aksi massa dan menentangnya.
Bentrokan mematikan meletus bulan lalu antara pendukung Sonko dan pasukan keamanan, merenggut sedikitnya 16 nyawa. Gejolak itu menodai citra Senegal sebagai mercusuar stabilitas di Afrika Barat, wilayah yang terkenal dengan kudeta dan perang saudara.
Sall, 61 tahun, pertama kali terpilih pada 2012 untuk masa jabatan tujuh tahun dan sekali lagi pada 2019 untuk masa jabatan lima tahun, menyusul revisi konstitusi masa jabatan presiden.
Konstitusi Senegal telah menetapkan bahwa seorang presiden tidak dapat menjabat lebih dari dua periode - tetapi pendukung Sall berpendapat bahwa penghitung telah diatur ulang menjadi nol berkat revisi 2016.
BERITA TERKAIT: