Sebagai gantinya, para anggota NATO memberikan opsi lain berupa jaminan keamanan pada Kyiv yang akan diberikan setelah perang berakhir dan pada tahun-tahun sebelum menjadi anggota penuh aliansi.
Menurut Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg pemberian jaminan keamanan terhadap Ukraina perlu dilakukan untuk memastikan sejarah buruk tidak terulang kembali dan agresi Rusia benar-benar dihentikan.
"Oleh karena itu kita perlu memiliki kerangka kerja untuk memberikan jaminan keamanan Ukraina setelah perang berakhir," ujarnya, seperti dimuat
AFP.
Menteri Luar Negeri Estonia, Margus Tsahkna mendukung wacana tersebut untuk memberitahu Rusia bahwa NATO tidak akan tinggal diam.
"Kita harus memberikan jaminan pertahanan yang kuat kepada Ukraina," tegas Tsahkna.
Melalui program jaminan tersebut, NATO akan mendorong program pertahanan selama satu dekade ke depan senilai 500 juta dolar AS atau Rp 7,3 triliun untuk membantu militer Ukraina beralih ke standar Barat.
Hingga kini, NATO belum memberikan keputusan atau menggelar diskusi apapun terkait rencana masuknya Ukraina dalam keanggotaan setelah perangnya selesai.
Terdapat perbedaan pandangan antara negara anggota terkait keanggotaan Ukraina. Terlebih NATO juga tengah berusaha agar konflik tidak meluas dan menciptakan Perang Dunia Ketiga.
Oleh sebab itu, saat ini fokus NATO adalah membantu Ukraina membebaskan wilayahnya dari aneksasi Rusia.
BERITA TERKAIT: