Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Lukashenko Kerahkan Militer Ke Perbatasan, NATO: Kami Tak Mengancam Belarusia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 19 Agustus 2020, 13:33 WIB
Lukashenko Kerahkan Militer Ke Perbatasan, NATO: Kami Tak Mengancam Belarusia
Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko/Net
rmol news logo Klaim Presiden Alexander Lukashenko bahwa NATO mengerahkan militer di perbatasan Belarusia telah ditolak oleh aliansi pertahanan Atlantik Utara tersebut.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg dalam akun Twitter-nya pada Selasa (18/8) menegaskan, pihaknya tidak akan bersikap ofensif terhadap Belarusia, dan akan terus waspada menjamin keamanan negara-negara anggotanya.

"NATO tidak menimbulkan ancaman dan tidak memiliki penumpukan militer di kawasan itu," tulis Stoltenberg.

Selain itu, dilaporkan Anadolu Agency, Stoltenberg juga melakukan komunikasi lewat sambungan telepon dengan Presiden Polandia Andrej Duda terkait kondisi di Belarusia.

Keduanya sepakat, Belarusia harus menghormati hak-hak fundamental, termasuk kebebasan berbicara dan demonstrasi secara damai. Mereka juga setuju, NATO harus tetap waspada dan sangat defensif untuk mencegah agresi apapun terhadap sekutu.

Sebelumnya, Lukashenko mengumumkan pihaknya telah memerintahkan penempatan pasukan di sepanjang perbatasan barat Belarusia. Ia juga mengatakan, pasukannya siap bertempur secara penuh.

Dalam pernyataan terpisah, Kementerian Pertahanan Belarusia juga mengungkap, sistem pertahanan udaranya sudah dikerahkan di perbatasan, dengan jet tempur yang berpatroli.

Pengerahan militer dilakukan Lukashenko sebagai tindak lanjut dari klaimnya yang menyatakan protes terkait sengketa pemilihan umum (pemilu) di Belarusia merupakan campur tangan negara Barat.

Beberapa negara Uni Eropa juga telah menyatakan penolakan atas hasil pemilu Belarusia yang digelar pada 9 Agustus. Mereka menuding pemilu tersebut dilakukan secara curang agar Lukashenko bisa mengamankan masa jabatannya yang keenam.

Pasalnya, berdasarkan data Komisi Pemilihan Pusat, Lukashenko yang sudah memerintah Belarusia selama 26 tahun dinyatakan menang dengan 80,1 persen suara. Sementara pesaingnya, Svetlana Tikhanovskaya hanya mencetak 10,12 persen.

Setelah pemilu, puluhan ribu warga Belarusia turun ke jalan setiap hari, menuntut pengunduran diri Lukashenko. Sementara ia sendiri menganggap aksi protes tersebut sebagai bagian dari campur tangan asing. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA