Kunker yang dipimpin I Made Urip dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini juga untuk mendapat masukan dari Kementerian Sosial (Kemensos), dan Kementerian Pertanian (Kementan) terkait rencana pelaksanaan program BPNT, dimana sebelumnya Bulog ditunjuk sebagai penyalur beras mulai September-Desember 2019.
"Program BPNT mengakibatkan kegiatan serapan dan penyaluran beras Bulog tidak seimbang. Satu sisi Bulog harus menyerap gabah dan beras petani agar harga di petani tidak jatuh. Sisi lain, penyaluran melalui program Rastra semakin terbatas. Saat ini stok beras Bulog sangat banyak, bahkan sebagian ada yang rusak," ungkap Made dalam rapat di Kantor Bulog Divre Sulselbar, Senin (22/7).
Sementara itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi yang mewakili Kementan, menyampaikan bahwa pihaknya melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya beras.
Cadangan Beras Pemerintah (CBP) menurut Agung harus dijaga dalam batas yang aman sepanjang waktu, dan khususnya pada akhir tahun minimal 1,5-2 juta ton.
"Untuk itu kami tetap mendorong Perum Bulog melakukan penyerapan gabah atau beras petani, apalagi dalam bulan Agustus akan masuk panen gadu. Namun kami juga mendukung bahwa Bulog menjadi penyalur beras untuk program BPNT, sehingga terjadi keseimbangan antara penyerapan dan penyaluran," jelas Agung.
Ia menuturkan, selain terkait panen raya gadu, sergap harus tetap dioptimalkan, mengingat adanya kebijakan Pemerintah melalui surat edaran Menteri Sosial yang memutuskan Bulog menjadi penyalur beras untuk program BPNT, juga adanya kebijakan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga atau Operasi Pasar (OP) beras oleh Perum Bulog yang diperpanjang sampai akhir tahun 2019.
"Kebijakan tersebut diperkirakan akan membutuhkan beras Bulog sekitar 800-900 ribu ton yang disalurkan ke masyarakat. Untuk itu harus tetap diimbangi dengan penyerapan gabah dan beras petani agar stok beras di Bulog aman," tegas Agung.
Stok beras Bulog saat ini kata Agung telah berkisar 2,3 juta ton, dan kebutuhan BPNT dan OP sampai akhir tahun 2019 di prediksi sekitar 900 ribu ton.
"Untuk mengamankan stok CBP kegiatan sergap tetap harus didorong dan ditingkatkan. Apalagi Sulawesi Selatan pada bulan Agustus diprediksi panen 250 rb hektar atau produksi sekitar 1,25 juta ton GKG" pungkas Agung.
BERITA TERKAIT: