Hasilnya, sehari setelah penyemprotan cairan mikroba, bau busuk Kali Item mulai berkurang. Sudah tidak ada bau menyengat yang sehari-hari terhirup warga di sekitar Kali selebar 20 meter itu.
Beberapa pengguna kendÂaraan menghentikan laju kenÂdaraannya tepat di pinggir kali sembari mengambil gambar. Mereka terlihat nyaman karena sudah tidak ada bau busuk lagi. "Alhamdulilah, mulai pagi ini bau busuk kali sudah hilang," puji Ali, salah seorang pengguna kendaraan di Kali Sentiong, Sunter, Jakarta Utara, kemarin.
Minggu (29/7), sejumlah kelompok masyarakat turut memÂbantu Pemprov DKI yang beruÂsaha menghilangkan bau busuk Kali Item. Mulai dari Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) yang menyemÂprotkan cairan mikroba sebanyak 2500 liter, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yang meÂnebar bubuk deogone sebanyak 500 kilogram, hingga Pemprov DKI yang menyemprot cairan penghilang bau.
Sebelumnya, Pemprov DKI juga telah memasang jaring hiÂtam di atas Kali Item mulai dari Jembatan Mato hingga Jembatan Jubilee School, Kamis (19/7). Jaring selebar 20 meter dan panjang 700 meter itu, dipasang persis di atas Kali yang telah dilengkapi tanaman hias serta lampu-lampu di pinggirnya ini.
Sayangnya, warna air kali ini masih terlihat hitam. Belum ada tanda-tanda akan jernih dalam waktu dekat. Namun, sampah yang sebelumnya menumpuk, terus dibersihkan dua petugas yang menyisir kali. Menggunakan perahu kecil lengÂkap dengan tongkat penangkap sampah, petugas mengambil satu persatu sampah yang mengamÂbang di kali. "Setiap hari ada lima petugas yang diminta memÂbersihkan sampah di kali yang tertutup jaring dari pagi sampai sore," ujar salah seorang petugas Pemelihara Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara, Rasdim, kemarin.
Salah seorang warga yang tingÂgal di Kali Item, Nuril mengataÂkan, cairan mikroba yang ditebar di Kali, cukup efektif menghilÂangkan bau busuk. "Sudah tidak ada baunya. Biasanya pagi hari baunya paling menyengat," ucapnya.
Nuril menambahkan, bau busuk sudah tidak muncul lagi sejak Minggu pagi hingga Senin siang. "Sebaiknya penyemproÂtan mikroba terus dilakukan agar bau kali hilang selamanya," harap dia.
Untuk jaring hitam, Nuril menilai kurang efektif dalam upaya mengurangi bau busuk Kali. Sebab, kata pemuda 35 tahun ini, bau busuk tetap menyengat khususnya pada pagi hari. "Jadi, yang efektif itu semprotan mikroÂba dan bukan jaring," kata dia.
Senada, warga lainnya, Rustam juga mengaku senang dengan langkah Pemrov DKI yang terus berupaya membersihkan Kali Item dengan berbagai cara, termasuk dengan cairan mikÂroba dan juga serbuk deogone. "Sekarang kali sudah bersih dan tidak bau. Yang penting setiap malam sudah tidak ada nyamuk lagi," pujinya.
Padahal sebelum disemprot, kata pria 40 tahun ini, warga pinggiran Kali Sentiong selalu diganggu nyamuk yang datang dari arah kali. "Semoga pemerÂintah terus membersihkan Kali Sentiong setelah momen Asian Games tuntas," tutupnya.
Ketua Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) DKI Jakarta Peduli Sampah, Shodig Sihardianto mengaku telah menyemprotkan sebanÂyak 2.500 liter cairan mikroba ke Kali Item, Minggu (29/7). Penyemprotan cairan bakteri, kata dia, efektif menghilangkan bau. "Satu-satunya solusi hanya injeksi dengan mikroba," ujar Shodig.
Menurut Shodig, pihaknya telah melakukan uji laboratoÂrium, Sabtu (28/7). Hasilnya, pencemaran limbah di Kali Sentiong sudah terjadi selama bertahun-tahun.
Terkait warna air di kali tesebut, Shodiq menjelaskan, zat-zat organik yang terkontamiÂnasi dengan bakteri patogen akan menghasilkan asam lemak. Asam lemak ini dapat menghasilkan warna air hitam dan timbulnya bau menyengat. Bau menyengat juga bisa disebabkan sulfur yang bereaksi dengan bakteri patogen dan berubah menjadi gas sulfida. "Apabila kadar zat besi tinggi, maÂka sulfur akan bereaksi sehingga air menjadi hitam," ucapnya.
Shodiq menambahkan, zat-zat organik tersebut berasal dari limbah di sekitar Kali Sentiong. Seperti, dari limbah rumah tangga, hotel, pasar, rumah sakit, gedung perkantoran serta apartement.
Selain itu, Shodig berencana membina industri di sekitar Kali Item untuk mengolah limbah. "Hulu Kali Sentiong kan pabrik-pabrik, salah satunya pabrik tempe. Kita akan membina suÂpaya industri tersebut tetap bisa produksi," ujarnya.
Menurut Shodig, mereka akan membina pengusaha di sekitar Kali Item untuk mengelola limbah menjadi ramah lingkungan. "Limbahnya akan kita treatment pakai mikroba juga," tandasnya.
Disemprot Cairan Mikroba Atas Dan Bawah
Menurut Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Teguh Hendarwan, efek cairan mikroba yang ditebar mulai bekerja dan bau Kali Item bisa diminimalisir. "Kita uji coba, nilainya cukup baÂgus," ujar Teguh.
Menurut Teguh, penyemÂprotan akan diuji coba seÂlama lima hari. Bila hasilnya memuaskan, lanjut dia, akan ditebar ke beberapa titik lainnya. "Nanti perubahÂannya kita lihat, apa bisa dilanjutkan atau ada yang perlu ditambahkan untuk mengatasi masalah bau kali ini," ucapnya.
Teguh menuturkan, peÂnyemprotan cairan mikroba dilakukan menggunakan sistem injeksi. "Dari atas disemprotkan dan di bawah juga, sehingga nanti semacam penggelembungan yang akan mengurai bakteri bau di daÂlamnya," urainya.
Penyemprotan mikroba, lanjut dia, ditebar di lima titik, yang masing-masing berjarak 100 meter dengan kapasitas semprot sebesar 1.000 liter per 100 meter. "Nanti akan diuji coba lima hari ke depan dan dilihat hasilnya, kalau peÂrubahannya sangat signifikan, mungkin akan kita lanjutkan," tandasnya.
Selain penyemprotan, kata Teguh, pihaknya juga melakukan penambahan jarÂing hitam di beberapa titik sepanjang 200 meter. "Jaring itu ditambah, sebelumnya 700 meter," ucapnya.
Menurutnya, penambahan pemasangan waring sepanÂjang 200 meter itu merupaÂkan instruksi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Pemasangan waring diangÂgap efektif menghalau sinar matahari. "Waring dianggap dapat mengurangi bau air Kali Item," ucapnya.
Tambahan waring, lanjutÂnya, dipasang meneruskan sambungan yang sudah ada ke arah selatan. "Jika tidak ada waring, maka sedimenÂtasi lumpur mudah naik karena terpaan sinar matahari," pungkasnya.
Latar Belakang
Enam Cara Untuk Hilangkan Aroma Tak Sedap Menyeruak ke Wisma Atlet Pemerintah Provinsi DKI Jakarta cukup dipusingkan bau busuk Kali Sentiong atau Kali Item. Pasalnya, kali tersebut berdekatan dengan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, temÂpat kontingen Asian Games menginap.
Untuk menghilangkan bau kali tersebut, Pemprov DKI Jakarta bersama perkumpulan masyarakat melakukan berbagai cara untuk menghilangkan bau busuk. Seperti, aerator, nano nubble, blower, suface aerator. Empat alat tersebut dipasang Pemprov DKI.
Seperti diketahui, nano bubble menghasilkan gelembung udara dengan ukuran nano. Sedangkan aerator dan surface aerator menghasilkan gelembung udara dengan ukuran mikro.
Gelembung-gelembung udara itu diharapkan dapat memperÂbaiki kualitas air Kali Item seÂhingga tidak lagi menimbulkan bau tak sedap.
Cara kedua, kain waring atau jaring hitam selebar 20 meter di aliran Kain Item yang memiliki panjang 689 meter. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, pemasangan kain waring bertujuan mengurangi penguapan di Kali Item yang diharapkan dapat mengurangi bau tidak sedap.
"Dengan penguapan dikuranÂgi, maka harapannya nanti dari hilir sudah dikurangi potensi poÂlutannya, dicegah di lokasi yang ada, dikurangi pencahayaan panas matahari sehingga menÂgurangi evaporasi. Harapannya tidak tercium," ujar dia.
Cara ketiga, rekayasa aliran Kali Item. Ini merupakan upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR). Ada 27 pompa mobile milik pemerintah pusat dan Pemprov DKI sudah bekerja memompa air dari hulu Kali Sentiong, lewat Kali Item, ke hilir di Kali Sunter.
Staf Khusus Kementerian PUPR Firdaus Ali mengatakan, pihaknya berupaya "mengganti" air di Kali Item dengan aliran kali lain. "Yang penting itu penggelontoran, flushing dengan dredging. Juga mengendalikan pencemaran ke dalamnya," ucapnya.
Cara keempat, penyemprotan penghilang bau yang dilakukan Pemprov DKI. Gubernur DKI Anies Baswedan mengatakan, penyemprotan tersebut dilakuÂkan untuk menetralisir agar Kali Item tidak menimbulkan bau busuk.
Cara kelima dengan menuÂangkan cairan mikroba sebanÂyak 2.500 liter. Upaya itu diÂlakukan oleh Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama), Minggu (29/8).
Ketua Kagama DKI Jakarta Peduli Sampah Shodiq Sihardianto mengatakan, penyemÂprotan dilakukan di lima titik sepanjang aliran Kali Sentiong.
Cara keenam dengan menebar bubuk penghilang bau yang diÂnamakan bubuk deogone, yang dilakukan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sebanyak 500 kilogram.
Peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia, Tri Panji mengatakan, bubuk deogone bekerja dengan cara mendegradasi material yang berwarna dan berbau seÂcara oksidatif. Setelah bubuk ini dituangkan, maka senyawa penyebab bau akan dioksidasi. "Bubuk ini terbuat dari jamur pelapuk putih yang mengoksidaÂsi senyawa yang membuat bau," ujar Tri di Kali Sentiong.
Tri menjelaskan, jamur peÂlapuk putih bekerja melapukkan sisa material. Kerja jamur jenis ini adalah memakan sesuatu yang warnanya bukan putih. "Jika ada tanaman yang warÂnanya coklat bakal dimakan oleh jamur ini. Apalagi warna lain, sehingga seperti warna tekstil juga bisa hilang," jelasnya.
Selain itu, kata Tri, karena jaÂmur ini bersifat oksidatif, maka tumbuhan tersebut bisa menÂgoksidasi senyawa yang tadinya dalam kondisi anaerob menjadi aerob. Anaerob adalah kondisi yang tidak membutuhkan okÂsigen untuk hidup, sedangkan aerob sebaliknya. "Proses itu yang membuat baunya hilang," ucapnya.
Formula tersebut, kata Tri, bisa digunakan untuk mengÂhilangkan bau dan warna limÂbah yang ada di kali. Bubuk deogone juga pernah digunakan di Kali Grogol dan limbah di perkebunan karet yang baunya jauh lebih menyengat dibanding Kali Item. ***
BERITA TERKAIT: