Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Rumah Eni Saragih Termegah Dibanding Rumah Di Sekitarnya

Dihiasi Tanaman Dalam Pot Besar

Rabu, 18 Juli 2018, 11:28 WIB
Rumah Eni Saragih Termegah Dibanding Rumah Di Sekitarnya
Eni Maulani Saragih/Net
rmol news logo Anggota DPR Eni Maulani Saragih, ditangkap KPK karena diduga terlibat kasus korupsi PLTU Riau 1. Dia diciduk pada Jumat sore (13/7) di rumah dinas Menteri Sosial Idrus Marham, di Jakarta.

 Sehari-hari, Eni dan keluar­ganya disebut tinggal di sebuah rumah di Jalan Swadaya Nomor 10, RT 4, RW 4, Larangan, Kota Tangerang, Banten. Hingga be­berapa hari usai ditangkap KPK, rumah tersebut sepi. Bahkan, hampir tak ada aktivitas berarti di rumah tersebut.

Pantauan kemarin, bentuk bangunannya tampak megah. Bangunan utama terdiri dari dua lantai berkelir putih. Pilar-pilar tinggi yang juga dicat putih serta kaca jendela berukuran besar, membuat rumah tersebut terlihat paling megah dibanding rumah-rumah di sekitarnya.

Halaman rumah juga cukup besar, sehingga mampu menam­pung beberapa kendaraan roda empat. Halaman rumah tersebut juga dihiasi tanaman-tanaman di pot berukuran besar.

Siang itu, suasana rumah sepi. Pagarnya tertutup rapat. Hanya ada petugas keamanan berjaga di pos yang berada di pintu masuk. Saat dijumpai, petugas tersebut enggan berkomentar. Dia tampak bergegas masuk ke arah dalam rumah.

Menurut keterangan beberapa warga setempat, jauh sebelum rumah tersebut terlihat megah, tadinya hanya berukuran kecil. Salah seorang warga bahkan menyebut, sebelumnya rumah itu hampir tidak layak tinggal.

"Yah mas, dulu rumah itu kecil banget. Seukuran gubuk. Kasihan juga dulu kalau ingat. Sekitar tahun 1977," ujar warga Larangan, Kota Tangerang, yang meminta identitasnya tidak disebutkan.

Namun, disebutnya, satu demi satu rumah yang berada di kanan kirinya dibeli untuk memperluas rumah ini. Menurut warga terse­but, Eni melakukan renovasi besar-besaran pada 2017 hingga rumah tersebut menjadi sebuah rumah mewah.

"Dulu itu rumahnya belum semewah ini, masih biasa saja. Tapi, sekitar setahun kemarin, dia bangun rumah jadi besar seperti ini. Pas mau bangun rumah ini pun ia membeli satu akses jalan warga. Banyak rumah di Jalan Swadaya 7 dibeli sama dia,"  sambung warga itu.

Sejak itu, kata dia, Eni jarang keluar rumah. Meski demiki­an, dia menyebut Wakil Ketua Komisi VII DPR itu rajin meng­gelar pengajian bersama warga. Dikatakan, politikus Golkar ini sering mengadakan pengajian malam Jumat dan Senin.

"Kalau malam Jumat itu untuk anak-anak saja. Selesai pen­gajian, anak-anak itu dikasih uang,"  ujarnya

Sedangkan pengajian yang dilaksanakan pada malam Senin, lanjut warga tersebut, untuk ibu-ibu warga sekitar. "Istri saya sering banget ikut yang untuk ibu-ibu. Tapi, nggak tahu Ibu Eni ikut atau tidak," ucapnya.

Di mata warga sekitar, ke­luarga Eni dikenal sebagai keluarga yang berkiprah di dunia politik. Warga sekitar makin mengenalnya setelah sang suamimenang dalam pemilihan Bupati Temanggung periode 2018-2023.

"Suaminya ini pas mau nyalon juga ngadain pengajian. Kita dapat bingkisan dan diminta mendoakan supaya suaminya bisa terpilih," ujarnya.

Selain suaminya, dua adik Eni, satu perempuan dan satu laki-laki diketahui mendaftar sebagai calon anggota legislatif atau caleg DPRD Kota Tangerang Selatan.

Seorang tetangga yang lain mengatakan, Keluarga Eni memang dikenal sebagai klan poli­tikus atau keluarga yang banyak aktif di bidang politik. "Aktif berpolitik semua. Suaminya baru menang Pemilihan Bupati Temanggung. Cuma kalau suaminyabeda partai," katanya.

Menurutnya, Eni kecil me­mang tumbuh besar di Kota Tangerang. Ayahnya asal Sumatera Utara, sedangkan ibu­nya dari Madiun, Jawa Timur.

Sepengetahuan tetangganya itu, Eni memang menjadi tu­lang punggung keluarga yang harus menafkahi kedua adiknya. Ketika usianya 20 tahun, Eni aktif terjun ke dunia politik serta memiliki beberapa usaha yang diketahui salah satunya usaha batu bara.

Ketua RT Tidak Datangi Kediaman Eni
Ogah Dikira Berpikir Macam-macam

Ketua RT setempat, Murtado mengaku tidak meman­tau rumah Eni yang berjarak sekitar 500 meter dari ru­mahnya itu.

Murtado mengetahui Eni Saragih ditangkap dari pem­beritaan media. "Saya di ru­mah saja sejak penangkapan. Saya tidak datang ke rumah­nya, takut disangka berpikir bagaimana-bagaimana oleh pihak keluarga atau Eni," ujar Murtado.

Hingga Sabtu pagi, kata Martado, pihaknya tidak menerima panggilan atau laporan terkait adanya petu­gas yang akan datangke ru­mah warganya tersebut. Dia pun mengaku tidak terlalu mengenal keluarga Eni.

"Belum ada perkemban­gan. Tidak ada laporan terkait penangkapan atau kedatan­gan KPK. Kalau saya mau ke rumahnya juga tidak kenal dengan keluarganya atau suaminya," ucap Murtado.

Sebagai Ketua RT, dirinya juga tidak pernah didatangi untuk bersilaturahmi oleh pihak keluarga Eni. Dia pun hanya mengetahui Eni memi­liki dua anak yang masih bersekolah.

"Sejak menjadi anggota DPR, sudah jarang sekali terli­bat dalam kegiatan RT, apalagi mampir. Paling saya hanya mengetahui kedua putranya, yang satu baru ingin masuk SMA dan yang kecil masih SD," ucap Murtado.

Latar Belakang
Proyek PLTU Riau-1 Distop Sementara

Eni Ditangkap Di Rumah Mensos

KPK mengamankan Wakil Ketua Komisi VII DPR Eni Maulani Saragih. Setelah memeriksa dan menetapkan Eni sebagai tersangka, KPK melakukan sejumlah penggeledahan, salah satunya di rumah Dirut PLN Sofyan Basir.

Peristiwa ini terjadi pada Jumat (13/7). Saat itu, Eni yang tengah berada di rumah dinas Menteri Sosial Idrus Marham untuk menghadiri undangan acara ulang tahun anak Idrus, ditangkap KPK.

Hari itu, tim KPK mengidenti­fikasi ada penyerahan uang dari sekretaris pengusaha Johannes Budisutrisno Kotjo, Audrey Ratna Justianty sebesar Rp 500 juta kepada staf sekaligus keponakan Eni, Tahta Maharaya. Penyerahan uang ini dilakukan di ruang kerja Audrey di lantai delapan Graha BIP Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

Sekitar pukul 14.27, tim mengamankan Tahta di parkiran basement Gedung BIP. "Dari tangan TM diamankan uang sejumlah Rp 500 juta dalam pecahan Rp 100 ribu dan dibungkus amplop coklat yang dimasukkan ke dalam plastik warna hitam,"  jelas Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan.

Tim kemudian mengamankan Audrey di ruang kerjanya pukul 14.30. Dari Audrey diamankan dokumen tanda terima penyerahan uang Rp 500 juta kepada keponakan Eni. "Setelah itu tim mengamankan JBK di ruang kerjanya di Graha BIP. Tim juga turut mengamankan sejumlah pihak, seperti pegawai dan sopir JBK," kata Basaria.

Sedangkan tim KPK lainnya bergerak ke Jalan Widya Chandra untuk mengamankan Eni dan sopirnya pada pukul 15.21. Pada pukul 16.30, tim mengamankan staf Eni di Bandara Soekarno Hatta.

"Dini hari tadi pada 14 Juli 2018, tim mengamankan tigaorang lainnya, yaitu MAK (M Al Khafidz) suami EMS dan dua staf EMS. Ketiganya diamankan di rumah EMS di daerah Larangan, Tangerang" jelasnya.

Basaria menyampaikan, uang Rp 500 juta yang diterima Eni Maulani Saragih merupakan penerimaan keempat dari total Rp 4,8 miliar. Uang ini diduga sebagai komitmen fee 2,5 persen dari nilai proyek pembangunan PLTU Riau-1.

Eni disebut menerima uang pertama kali pada Desember 2017 sebesar Rp 2 miliar, Maret 2018 sebesar Rp 2 miliar, pada tanggal 8 Juni 2018 sebesar Rp 300 juta dan terakhir Rp 500 juta saat KPK melakukan OTT.

"Diduga, uang diberikan melalui staf dan keluarga. Peran EMS untuk memuluskan proses penandatangan kerjasama terkait pembanguann PLTU Riau-1," jelasnya.

Eni sebagai penerima suap disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau huruf b, atau Pasal 11 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tipikor, sebagaimana diubah menjadi UU Nomor 20 Tahun 2001, juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP, juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP.

Sedangkan Johannes Budisutrisno Kotjo yang merupakan pemegang saham Blackgold Natural Resources Limited, sebagai pemberi suap disangkakan me­langgar Pasal 5 ayat 1 huruf a atau huruf b, atau Pasal 13 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tipikor, juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA