Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Spanduk Cemungut Ya Bikin Pengemudi Nyengir

Jelang Tanjakan Kali Kenteng

Senin, 25 Juni 2018, 10:05 WIB
Spanduk Cemungut Ya Bikin Pengemudi Nyengir
Foto/Net
rmol news logo Sabtu (23/6) atau seminggu setelah Lebaran, arus balik pe­mudik yang melewati jalan tol fungsional Solo-Salatiga menuju Jakarta masih tinggi. Ribuan kendaraan yang mayoritas ber­pelat Batau Jakarta, memenuhi jalan selebar tujuh meter itu. Mereka membawa barang ber­lebih hingga ke atap mobil. Di tol tersebut, kondisi jalan cukup mulus, sehingga kendaraan bisa dipacu hingga 80 Km/jam.

Namun, menjelang pintu tol Salatiga yang telah beroperasi, kendaraan harus melambat karena kondisi jalan tol belum sepenuh­nya mulus. Hanya berupa beton dasar atau lean concrete yang masih kasar dan membahayakan pengendara bila melaju dengan kecepatan tinggi. Apalagi, jalan mulai menyempit ditambah den­gan banyaknya kendaraan pribadi yang lewat. Di sepanjang jalan tol juga banyak terpasang rambu-rambu batas kecepatan kendaraan maksimal 40 km/jam.

Di pinggir jalan tol, masih banyak kendaraan berat yang terparkir, seperti truck, beco hingga crane. Bahkan, girder berukuran besar dan panjang juga banyak terlihat di pinggir jalan tol yang masih gratis ini. Sehingga, dituntut kewaspadaan tinggi pengemudi agar terhindar dari kecelakaan.

Saat akan melewati Kali Kenteng yang berada di Desa Koripan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, antrean mulai mengu­lar panjang. Pasalnya, kendaraan yang sebelumnya dua jalur me­nyempit menjadi satu jalur (bottle neck) saat melintas tanjakan sepanjang 200 meter itu.

Tanjakan ini merupakan bagian dari tol fungsional yang dioperasikan saat arus mudik Lebaran 2018, karena jembatan Kali Kenteng yang terdapat persis di atasnya belum selesai dan masih dalam proses pembangunan.

Sebelum melewati jalanan tersebut, pengendara disambut spanduk lucu dari Satlantas Polres Semarang. Isinya, "Cemungut ya, Lewat Kali Kenteng kali ini jadi kenangan terindah". Begitu juga dengan spanduk kecil yang berisi imbauan ke pengemudi untuk mengoper ke gigi satu, atau L untuk matic juga AC harus dimatikan.

Spanduk tersebut cukup men­gusir ketegangan pengemudi sebelum menanjak dan menu­runi jalan tersebut. "Spanduk itu bikin senyum atau nyengir sebe­lum naik tanjakan curam yang menegangkan," ujar Yuro, pe­mudik asal Solo, Jawa Tengah.

Sebelum menanjak, penge­mudi akan dihadapkan denganturunan curam. Namun, di sepanjang jalan tersebut telah dipasang pagar pengaman, tolo-tolo dan moveable concrete barrier (MCB) untuk membantu pengguna jalan dalam melewati titik dengan sudut elevasi atau kemiringan maksimal 7,24 de­rajat tersebut.

Disiapkan pula derek di lokasi untuk kondisi darurat. Tidak ketinggalan sejumlah petugaske­polisian dan masyarakat berjaga-jaga sembari membawa ganjal ban di jalan selebar 5 meter itu. Jarak antara mobil satu dengan yang lain juga harus berjauhan agar tidak terjadi tabrakan bila tidak kuat menanjak.

"Alhamdulillah, mobil kuat menanjak walaupun pake gigi dua. Tapi, AC dimatikan agar tenaga kuat," ujar Yuro yang menumpang kendaraan berjenis MPV kecil ini.

Kendaraan yang melewati tanjakan ini berusia muda. Sedangkan kendaraan tua dan pick upyang sarat muatan, dilarang melewati tanjakan ini. PTJasa Marga melakukan filterisasi terhadap kendaraan yang masuk di pintu gerbang. Kendaraan tersebut diminta berputar dan keluar tol terdekat. Menariknya, mobil jenis Low Cost Green Car (LCGC) berkapasitas 1000 cc yang sempat viral tidak kuat me­nanjak di Kali Kenteng, masih banyak dijumpai melewati tanja­kan tersebut saat arus balik.

Yuro mengaku penasaran dengan tanjakan Kali Kenteng, yang ramai diberitakan saat arus mudik lalu. "Walaupun harus menunggu lama tidak masalah, yang penting bisa lewat dan cepat sampai Semarang," ujar pria 24 tahun ini.

Yuro mengatakan, ingin men­coba sensasi tanjakan dan tu­runan Kali Kenteng. Kebetulan seminggu setelah Lebaran, ia mengajak serta seluruh keluar­ganya untuk mencoba ruas tol fungsional Solo-Salatiga.

Senada, Rahman pengen­dara asal Cirebon, Jawa Barat juga mengaku penasaran dengan tanjakan Kali Kenteng. Sebab, kata dia, kondisi tanjakan yang curam cukup membuat adrenalin pengemudi terpacu. "Sambil co­ba-coba keahlian mengemudi," ujar Rahman.

Rahman mengaku rela menunggu kendati petugas PT Trans Marga Jateng (TMJ) mengarahkan untuk menghindari jalan ini. "Tadi ada yang mengarahkan keluar di daerah Boyolali, karena saya akan menuju ke Semarang. Tapi kurang seru kalau tidak mencoba jalur tanjakan ini," ucap pria berumur 40 tahun ini.

Arus Balik Selesai, Tol Fungsional Ditutup

Pimpinan Proyek (Pimpro) PTJasamarga Solo Ngawi (JSN) Edi Broto mengatakan, layanan arus balik di tol fungsional di­operasikan hingga hari terakhir kemarin, setelah digunakan se­jak Senin (18/6). "Rata-rata ada 850 kendaraan yang melintas di tol ini setiap jamnya," ujar Edi.

Menurut Edi, hal itu sesuai arahan pihak kepolisian, tol fungsional juga dibuka selama 24 jam nonstop hingga hari terakhir tersebut.

Dia menambahkan, kepada­tan tol fungsional Solo-Salatiga lebih tinggi saat arus balik dibandingarus mudik. "Jadi, kami menerapkan operasional 24 jampada ruas tol tersebut untuk memperlancar arus ba­lik," tandasnya.

Setelah masa angkutan Lebaran 2018 berakhir pada Minggu, 24 Juni, kata Edi, tol fungsional kembali ditutup untuk pemantapan pengerjaan proyek yang belum selesai.

"Kami targetkan selesai pada Oktober-November 2018. Akhir tahun nanti harapannya ruas tol bisa operasional secara penuh," tuturnya.

Sedangkan Kapolda Jawa Tengah Irjen Condro Kirono mengatakan, akan mempertebal pasukan saat arus balik Lebaran, khususnya di tol fungsional wilayah Jawa Tengah.

"Perkuatan pasukan ditam­bahkan pada simbol-simbol pengalihan seperti di pertigaan tol fungsional ke Ngasem dan Kali Kenteng," ujar Condro.

Khusus di jembatan Kali Kenteng, kata Condro, kepolisian akan membuat pagar betis untuk mengantisipasi mobil pemudik yang mengalami kendala.

Tak lupa Condro mengimbau pengendara yang akan melewati Kali Kenteng agar kendaraan yang tidak laik jalan lebih baik menggunakan transpotasi um­um. "Kita akan seleksi di depan gerbang," tandasnya.

Condro juga meminta peng­endara mematuhi rambu-rambu lalu lintas di sepanjang jalan Kali Kenteng. "Waskita sudah profesional, elevasinya 7,5 dera­jat sehingga aman," ucapnya.

Memang kata Condro, lebar Jalan Kali Kenteng tidak bisa dua kendaraan langsung sehingga masih satu lajur sehingga pada saat di bawah petugas sudah me­nyampaikan rambu-rambu yang ada. "Misalnya masuk gigi 1 atau gigi rendah, kemudian berhati-hati satu per satu," saran dia.

Selain itu, lanjut Condro, pihaknya juga menambah pasukan di beberapa gerbang tol seperti Banyumanik dan lainnya untuk mengurai kepadatan arus balik. "Di Gate Banyumanik ada tam­bahan 10 petugas, ada yang jalan juga jemput bola ke pengendara didampingi petugas," kata dia.

Juga, lanjutnya, di gerbang tol Krapyak ada rekayasa lalu lintas. "Jumlah personel seki­tar 300-an yang dikerahkan," pungkasnya.

Latar Belakang
Mobil 1.000 Cc Ternyata Tidak Kuat Lalui Tanjakan Curam Kali Kenteng


 Jembatan Kali Kenteng merupakan bagian dari ruas tol fungsional Solo-Salatiga sepan­jang 32 Km. Jembatan tersebut diproyeksikan selesai pekerjaan­nya dalam waktu dua bulan dan memiliki panjang 600 meter.

Selama arus mudik Lebaran 2018, jalan tol dibuka sejak 8 Juni hingga 17 Juni untuk rute Salatiga-Solo. Sedangkan arus balik atau Solo-Salatiga dibuka sejak 18 Juni hingga 24 Juni. Setelah itu, jalan tol tersebut kembali ditutup untuk dilakukanpenyempurnaan pengerjaan proyek yang belum selesai.

Proyek tersebut ditargetkan rampung bulan November 2018 dan dapat beroperasi pada akhir tahun 2018. Karena jembatan belum selesai, pihak Waskita Karya selaku kontraktor jalan tol mem­bangun jalur darurat selebar 7 meter dengan panjang 200 meter yang berada di bawah jembatan agar bisa dilalui pemudik.

Saat arus mudik, tol fungsional dilewati sebanyak 56.317 kendaraan atau sebanyak 8 ribu kendaraan per hari. Sedangkan saat arus balik, jumlahnya lebih besar, mencapai rata-rata 800 kendaraan setiap jamnya.

Saat arus mudik 2018, Jembatan Kali Kenteng men­dadak terkenal setelah mobil berjenis LCGC dengan kapasitas 1000 CC tidak kuat menanjak karena tingkat tanjakan yang curam. Walhasil, polisi berlari kecil menuruni jalan curam un­tuk membantu sambil membawa sepotong balok kayu.

Ia berlutut dan menaruh balok kayu di belakang roda sebuah mobil berwarna metalik yang nyaris meluncur deras dari tan­jakan. Ini adalah cuplikan video saat mobil LCGC Daihatsu Ayla sempat gagal melintasi tanjakan Kali Kenteng, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (9/6).

Karena banyak mobil tidak kuat menanjak, sehingga sem­pat viral di media sosial bahwa tanjakan Kali Kentang mem­punyai kemiringan 57 derajat. Walaupun akhirnya dibantah oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang menyatakan kemiringan tersebut hanya 5,7 derajat, atau kenaikan ketinggian 10 meter setiap 100 meter.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuldjono memastikan, Jembatan Kali Kenteng di ruas tol fungsional Salatiga-Kartasura aman dilalui karena kemiringan di titik tersebut hanya 7 derajat, bukan 57 derajat. "Korlantas pakai sepeda saja bisa lewat, mobil harusnya bisa lewat. Kalau tidak, itu mobilnya bermasalah atau pengemudinya," kata Basuki, beberapa waktu lalu.

Menurut Basuki, kemiringan di titik Kali Kenteng adalah 7 derajat. Dengan kemiringan itu, kendaraan jenis apapun semesti­nya bisa lewat di ruas itu. "Jadi, aman sekali," kata dia.

Untuk membuktikan tanjakanKali Kenteng aman dilalui, Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Royke Lumowa langsung mengecek kondisi di lokasi.Tak tanggung-tanggung, Royke menjajal tanja­kan tersebut bukan dengan mobil atau sepeda motor, melainkan sepeda lipat.

"Sepeda yang kecil ini saja mampu melewati, maka kendaraan pun tidak ada alasan tidak mampu," ucap Royke.

Untuk menguji lokasi tanjakan, Royke mengayuh sepeda itu mulai dari titik awal overpass hingga garis akhir dengan jarak tempuh sekitar 200 meter. Bila sebuah kendaraan tak mampu melintasi jalur tanjakan ini, Royke justru mempertanyakan kemahiran sang pengemudi.

Sebaliknya, bila memang kendaraan tetap tak bisa melaju, maka di sekitar lokasi disiagakan sejumlah petugas yang dapat membantu mengganjal ban agar tidak melorot.

Artinya, kata dia, patokannya sepeda saja bisa lewat apalagi mobil. "Apalagi ini sepeda kecil, bukan sepeda MTB atau sepeda yang memang didesain bisa untuk melalui jalan tanjakan," tandasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA