Mereka meninggalkan yang halal dan mengharamkan kepada diri dan orang lain dengan anggapan pilihan sikap itu paling sejalan dengan Al-Qur'an dan sunnah. Mereka tidak segan-segan menghina aliran dan mazhab yang dianut orang yang berbeda pendapat dengannya sebagai aliran sesat. Mereka mengambil sikap berlebihan kepada orang lain yang berbeda dengan pendapatÂnya, misalnya menuduh orang lain sebagai ahli bid’ah dan mengklaim diri sebagai ahli sunnah sejati, bahkan tidak segan-segan mengkafirkan dan memfatwakan kebolehan menghalalkan darah orang yang berbeda dengan pendapatnya.
Mereka juga menganggap orang lain sebagai kelompok jahiliah modern, yang tak layak diikuti. Mereka mengharamkan bermakmum kepada orang yang berada di luar kelompoknya dan menganggap sia-sia shalat di belakang orang yang fasiq. Mereka juga menuduh ulama yang tidak sejalan dengannya sebagai ulama sesat (
ulama' al-su') dan melecehkannya secara terbuka. Mereka selalu memisahkan diri dengan umat Islam yang tidak sejalan dengannya di dalam melakukan berbagai aktivitas, termasuk ibadah shalat berjamaah. Mereka tidak mau berpartisipasi dalam gagasan yang dirintis atau diprakarsai oleh orang-orang dari luar kelompoknya.
Mereka melakukan interpretasi dalil agama sesuai dengan ideologinya, tidak peduli itu kontroversi di kalangan umat mayoritas. Mereka tidak takut dan terbiasa hidup di dalam perbedaan dan keterasingan dengan umat mainstream. Mereka bisa saja memoÂtong ayat atau hadis untuk mengambil dasar pembenaran terhadap ajarannya, misalnya ayat-ayat jihad di ambil pertengahan atau potongan yang mendukung perjuanganÂnya, seperti "…maka bunuhlah orang-orang musyrikin (non-muslim) itu di mana saja kaÂmu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. ….". Potongan ayat ini diambil dari pertenÂgahan Q.S. al-Taubah [9]: 5. Mereka juga sering mengabaikan sabab nuzul ayat dan sabab wurud hadis demi untuk memokuskan makna ayat kepada ajarannya. Mungkin saja ayat atau hadis itu menunjuk kepada satu kasus yang yang sangat spesifik tetapi diperlakukan secara general, contohnya: "Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka…." (Q.S. al-Baqarah [2]:191). Ayat ini turun sebagai direction dalam salah satu peperangan Nabi di Madinah.
Mereka selalu beranggapan bahwa penafÂsiran yang berbeda dengannya salah, sekaÂlipun secara logika dan kaedah keilmuan benar, mereka selalu yakin dengan pendapÂatnya yang dianggap paling benar. Mereka juga selalu aktif berdakwah di berbagai tempat sepertinya tak pernah kenal lelah. Di dalam melakukan dakwahnya mereka selalu menyampaikannya secara eksklusif dan terang-terangan tanpa rasa takut atau canggung.
Sepertinya mereka tidak takut dengan segala risiko karena mereka sangat yakin Tuhan selalu bersamanya dan merestui perjuangannya. Mereka juga pintar mencari simpati dan perhatian masyarakat umum (
grassroot) dengan menampilkan sesuatu yang berbeda dengan mayoritas. Mereka seÂlalu berusaha mengambil alih rumah ibadah dengan berbagai cara dari tangan orang lain, karena cara ini dianggap paling efisien dan efektif. Mereka juga solid di dalam mengumÂpulkan dana untuk mendanai seluruh kegiaÂtannya. Umumnya mereka memiliki sumber dana rutin dan tetap dari para anggotanya, dan sesekali mendapatkan bantuan dana dari luar negeri.