Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pabrik Kosmetik Palsu Tertutup Sampai Atap

Di Tengah Pemukiman Padat

Senin, 21 Mei 2018, 10:29 WIB
Pabrik Kosmetik Palsu Tertutup Sampai Atap
Foto/Net
rmol news logo Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap pabrik kosmetik palsu di Tambora, Jakarta Barat. Sejumlah barang bukti pun diamankan dari pabrik tersebut.  

 Proses produksi kosmetik pal­su itu dilakukan di sebuah rumah yang berada di Jalan Pengukiran IV, No 36, RT 5, RW 2, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora. Penggerebekan dilakukan pada Selasa (15/5).

Dari pantauan, rumah terse­but berada di tengah-tengah pemukiman padat penduduk. Tak sulit menemukannya karena berada di pinggir jalan besar yang kerap dilalui kendaraan warga. Bangunannya terdiri dari tiga lantai.

Meski demikian, bagi warga sekitar atau yang hanya sekadar lewat, cukup sulit mengetahui aktivitas di rumah tersebut. Pasalnya, bangunan terkesan sangat tertutup. Pagar berkelirhitam dibuat cukup tinggi hinggamenyembung dengan atapbagian depan. Tak ada celah untuk masuk selain membuka pagar.

Hari itu, bangunan tersebut tampak sepi. Tak ada lagi aktivi­tas untuk keperluan investigasi baik dari Kepolisian maupun BPOM. Tak ada garis polisi. Sedangkan pagar rumah dengan lebar bagian depan sekitar tiga meter itu terkunci dan digembok dari dalam.

Masyarakat sekitar pun tak be­gitu tertarik melihat atau penasa­ran terhadap bangunan tersebut. Namun, memang, masih ada satu dua warga sekitar maupun pelintas yang masih melirik ke arah rumah tersebut.

Sementara itu, di balik pagar rumah yang terkunci rapat, kondisinya tampak sangat beran­takan. Sampah-sampah kardus teronggok begitu saja. Demikian juga dengan cat dinding rumah yang juga tampak berantakan. Di beberapa sisi, cat dinding mulai terkelupas.

Berada di pemukiman dan jalan raya yang cukup ramai, tak membuat banyak warga sekitar yang mengetahui aktivitas di rumah tersebut. Meski demikian, memang ada yang warga yang sudah menaruh curiga sebelum penggerebekan dilakukan.

Sandi, salah seorang warga sekitar mengaku tak tahu aktivi­tas di rumah tersebut sebelum penggerebekan aparat. Soalnya, pemilik dan para karyawan pabrik kosmetik palsu tersebut terkenal tertutup lantaran jarang terlihat di sekitar lokasi pabrik.

Dia mengatakan, pernah me­lihat sosok pria bertubuh gemuk di sekitar lokasi pabrik kosmetik palsu itu. Namun, dia melihat pria gemuk itu hanya beberapa kali. Terutama pada pagi hari. Pria tersebut terlihat saat hen­dak masuk ke dalam rumah tiga lantai yang dijadikan pabrik kosmetik palsu itu.

Selain itu, sosok pria gemuk tersebut juga dikatakan sebagai orang yang tak pernah sekali pun berbincang-bicang dengan warga sekitar. Padahal, dia ser­ingkali melemparkan senyuman ramah saat warga sedang melihat ke arah pria gemuk itu.

"Tidak pernah sosialisasi. Saya pernah lihat beberapa kali waktu dia mau masuk, tapi dia langsung masuk saja, tidak negur warga juga," kata Sandi.

Tak hanya Sandi, warga lainnyabernama Imeng juga mengu­tarakan hal yang sama. Menurut Imeng, sosok pria gemuk itu memang beberapa kali terlihat di rumah berpagar hitam itu. Warga sekitar tak pernah ada yang mengetahui aktivitas yang dilakukan pria yang diketahui berinisial AI itu.

Bahkan, dari informasi yang didapatnya, selama rumah itu telah diisi oleh AI yang sebelum­nya adalah warung kelontong, pria itu tak pernah melaporkan kegiatannya kepada pihak RT se­tempat. Ditambah, anak buahnya pun turut tertutup.

"Warga sini tidak ada yang tahu kalau itu pabrik, karena me­mang belum ada izin. Apalagi, memang orang-orang di sana itu tertutup. Padahal, sudah enam bulan tinggal dan aktif di rumah itu," kata Imeng.

Bukan Cuma Pabriknya, Pekerjanya Pun Tertutup

Berbeda dengan keduanya, pedagang mi ayam tepat di samping rumah itu yang biasa dipanggil Pak Kumis, menga­takan para pekerja pabrik itu kerap membeli dan menyantap mi ayam buatannya. Namun, diakuinya, para pekerja pabrik itu memang tak pernah men­ceritakan yang dilakukannya di rumah tersebut.

Bahkan, dirinya mengaku sempat menanyakan hal itu. Sayang, para pekerja itu hanya mengatakan mereka bekerja se­bagai buruh tanpa menjelaskan secara rinci kegiatannya.

"Kalau pagi ada saja yang datang makan di sini. Terus masuk ke dalam, tapi kalau ditanya, jawabnya kerja saja," kata Kumis.

Dia pun tak pernah menyang­ka bahwa kegiatan pekerja di rumah tersebut memproduksi kosmetik palsu. Andai saja tahu lebih cepat, kata dia, mungkin saja warga sudah melaporkan­nya dari awal.

"Soalnya, anak-anak suka ramai. Apalagi, Pos RW nggak jauh," tutur Kumis.

Di sisi lain, seorang warga sekitar mengaku sudah curigaterhadap rumah tersebut. Penyebabnya, kondisinya yang selalu tertutup dan tidak mau berbaur dengan warga sekitar. Dia belajar dari penggerebekan-penggerebekan tempat sejenis di wilayah lain.

"Di tempat-tempat lain kan bi­asanya begitu. Kalau nggak pernah berbaur, nggak pernah sosialisasi, apalagi katanya belumlapor RT, ya patut dicurigai. Saya curiga, tapi warga kan ng­gak mungkin ngegerebek kalau nggak punya izin," tuturnya.

Dia berharap, kasus ini me­nyadarkan warga lain untuk lebih peduli terhadap lingkun­gan sekitarnya. Apalagi, warga yang belum terlalu lama dan rumahnya dijadikan tempat kegiatan usaha. "Masih untung bukan teroris. Kalau teroris kan lebih repot. Mudah-mudahan ini yang terakhir di daerah sini," tandasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA