Kemarin siang, tak tampakada yang berbeda dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di SMANegeri 112. Padahal, sebagian sambungan listrik di sekolah yang terletak di Jalan Pesanggrahan Nomor 2, RT 10, RW 5, Meruya Utara, Kembangan, Jakarta Barat itu, tengah diputus PLN.
KBM tetap berlangsung. Sarana dan prasarana pendukung KBM yang memerlukan aliran listrik pun masih dioperasikan. Tiap LCD proyektor dan pendÂingin ruangan yang dipasang di masing-masing kelas, masih beroperasi seperti biasa. Siswa masih belajar menggunakan LCD proyektor dengan suhu ruangan kelas yang sejuk.
Kesejukan pun terasa di luar ruangan kelas. Lingkungan sekolah terasa asri. Sejumlah pohon ditanam di halaman sekolah. Suasana makin asri dengan dinding yang dicat hiÂjau, dilapis keramik berwarna senada. Tanaman-tanaman yang digantung di pot-pot kecil di setiap lantai bangunan, makin menambah keasrian lingkungan sekolah yang terdiri dari tiga lantai ini.
Hari itu, aliran listrik aula dan mesjid di lingkungan sekolah masih belum beroperasi seperti biasa. Agar tetap bisa dipakai unÂtuk berbagai kegiatan dan ibadah, pihak sekolah menyambung kaÂbel dari gardu yang masih hidup ke aliran listrik aula dan masjid. Tampak sambungan kabel warna putih di bagian depan, di selasar sekolah dengan panjang lebih dari 10 meter. Dengan sambungan tersebut, air di masjid sekolah tersebut tetap mengalir dan dapat digunakan untuk wudhu.
Namun, perbedaan kapasitas antara listrik yang masih hidup dengan yang terkena pemutusan dari PLN, membuat pihak sekoÂlah harus menyiasati pemakaian alat listrik.
Pantauan Rakyat Merdeka, pihak sekolah mematikan alat-alat yang tidak terlalu mendesak untuk dipakai. Seperti kipas-kipas angin di dalam masjid.
Wakil Kepala SMAN 112 Bidang Sarana dan Prasarana Satya Winarah mengatakan, pihaknya sudah membuat laporan ke PLN. Dari laporan tersebut, kedua belah pihak sudah bersepakat dan sambungan listrik tetap menyala, meski sebagian.
"Proses KBM normal, kan kami kemarin sudah lapor PLN. Kita sudah ada kesepakatan, sudah menyala lagi. Kita ada dua gardu, yang satu masih tetap menyala, ya kita tarik kabel, Sekarang masalahnya sudah clear, tinggal menunggu yang satu menyala lagi," ucap Satya.
Kata dia, aliran listrik yang diputus tidak mengganggu KBM di ruangan kelas. Hanya listrik di aula dan masjid saja yang terputus. Untuk ruangan kelas, semuanya hidup. LCD di dalamkelas hidup, termasuk AC. "Masjid kan butuh air untuk wudhu, makanya kita tarik kaÂbel," ujarnya.
Terkait penghematan pengÂgunaan alat-alat listrik, menuÂrutnya, tidak ada yang merasa terganggu. Memang di masjid ada beberapa alat listrik yang dimatikan, seperti kipas angin.
"Di masjid hawanya kan seÂjuk. Yang penting kita bisa belaÂjar seperti biasa. Kita masuk dan pulang sekolah seperti biasa," tutur Satya.
Ia menambahkan, pemutusan listrik terjadi karena belum membayar iuran listrik selama satu bulan. "Kita hanya belum bayar satu bulan. Intinya, yang paling penting KBM tidak terÂganggu," tandasnya.
Selain di SMA 112, aliran listrik di SMA 65, Jakarta Barat pun sempat diputus. Meski deÂmikian, KBMdi sekolah yang berada di Jalan Raya Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, tampak biasa saja.
Di SMA 65 pun, listrik yang padam hanya setengah, memÂbuat para peserta didik tidak mengetahui adanya mati listrik. Karena efeknya tidak terlalu beÂsar. "Saya tidak tahu kalau mati listrik," kata seorang siswi SMA 65 yang menolak disebutkan namanya.
Wakil Sarana Prasarana SMA 65, Muhamad Faisal mengaÂtakan, padamnya listrik hanya sebagian. Sehingga, proses beÂlajar mengajar tidak terganggu. "Ruang kelas tidak mati. Tapi memang, AC ruangan kelas seÂbagian mati," ungkapnya.
Karena AC tidak menyala, lanjut Faisal, peserta didik menÂgalami kegerahan. Agar pelajar tidak kegerahan, maka jendela dibuka sedikit.
"Gerah memang, tapi selama ini proses belajar masih efektif," ucapnya.
Dia menjelaskan, pemutusan listrik karena belum membayar tagihan pada Juni 2017. Dia amat kaget karena pemutusan listrik tidak melalui proses pemÂberitahuan.
"Sekarang kami sudah memÂbuat surat ke Dinas Pendidikan dan PLN. Supaya bisa diselesaiÂkan masalah ini," pintanya.
Kepala Suku Dinas (Kasudin) Pendidikan Wilayah IIJakarta Barat Uripasih menyebut, pemÂadaman listrik tanpa ada surat pemberitahuan.
"Itu langsung diputus saja listriknya. Baru sebulan tidak bayar. Ini kan untuk sosial, seÂharusnya mengerti," ujarnya.
Uripasih menambahkan, sekoÂlah-sekolah di Jakarta Barat yang mengalami pemadaman listrik adalah SMA112, SMA65 dan SMA85 di Srengseng. "Tapi tidak mati total, ada sebagian ruÂangan yang masih dialiri listrik," tuturnya.
Latar Belakang
Sekolah Tidak Bisa Bayar Listrik Karena Dana Bantuan Operasional Belum Cair Belum cairnya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOP) jadi penyebab menunggaknya pemÂbayaran listrik sejumlah SMA Negeri di Jakarta Barat.
Kepala Suku Dinas (Kasudin) Pendidikan Wilayah IIJakarta Barat Uripasih mengatakan, BOP dicairkan setiap tiga bulan sekali. Jadi, lanjutnya, kalau Juli dan Agustus belum bayar, berarti September baru akan dibayarkan sesuai cairnya dana BOP karena sistemnya triwulan.
"Pemutusan listrik sekolah di Jakarta Barat baru terjadi kali ini. Soalnya, memang biasanya uang listrik itu dibayar tiga bulan sekali," jelas Uripasih.
Uripasih mengaku telah menÂjalin komunikasi dengan Bank DKI untuk meminta dana talangan.Tapi, sambungnya, Bank DKI perlu informasi jumlah tagihannya. "Saya juga sudah mengirimkan ID langganan lisÂtrik SMA-SMA tersebut untuk dicek besaran tagihannya. Saya akan minta datanya kepada PLN lagi," ucapnya.
Meskipun sejauh ini belum ditemui kendala dari pemutusan listrik tersebut, dia berharap PLN memiliki kebijaksanaan untuk memahami pola penerimaan dana BOP tersebut.
"Harapan kami, uang listrik bisa dibayar tiga bulan sekali," ucap Uripasih.
Menurut Manajer Komunikasi, Hukum dan Administrasi PT PLN Distribusi Jakarta Raya, Aries Dwianto, pihaknya melakukan pemutusan listrik secara otoÂmatis terhadap sekolah-sekolah tersebut pada 21 Juli 2017.
"PLN Area Kebon Jeruk akan menyalakan kembali listrik di tiga sekolah tersebut apabila ada pelunasan pembayaran reÂkening listrik dari sekolah-sekolah tersebut," ujar Aries, kemarin.
Menurut dia, pemutusan tersebut dilakukan setelah meÂlewati masa pembayaran yang telah ditetapkan, yakni tanggal 1-20 setiap bulannya. Aries meÂnambahkan, pemutusan tersebut telah sesuai dengan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) yang telah ditandatanÂgani setiap pelanggan PLN.
"Di mana pembayaran rekening listrik lewat tanggal 20, dianggap terlambat dan dapat dikenai pemutusan aliran lisÂtrik. Apabila pelanggan telah menunggak rekening listrik selama 3 bulan, aliran listrik akan dibongkar rampung dan diberhentikan jadi pelanggan PLN," jelasnya.
Menurut Aries, PLN Distribusi Jakarta Raya pada 2017 telah memasang shunt trip pada beberapa meteran paska bayar pelanggan, yakni sebuah alat yang diletakkan dalam kWh meter paska bayar. Pemasangan itu memungkinkan PLN untuk melakukan proteksi, kontrol dan monitoring dari jarak jauh terhadap kWh meter paska bayar.
"Ini termasuk pemadaman seÂcara otomatis kepada pelanggan paska bayar yang menunggak pembayaran setelah lewat masa pembayaran," terangnya.
Terpisah, Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Bowo Irianto mengatakan, Dinas Pendidikan DKI akan meminjam dana keÂpada Bank DKI untuk melunasi tunggakan listrik beberapa sekoÂlah yang diputus PLN. Pinjaman dana itu dilakukan melalui sistem perjanjian kerja sama.
Menurut Bowo, saat ini Bank DKI masih menyelesaikan adÂministrasi penjanjian kerja sama tersebut. "Pinjam dana, nanti biÂasanya ada kerja sama MoU dengan Bank DKI," ujar Bowo.
Bowo menuturkan, Dinas Pendidikan harus meminjam dana talangan terlebih dahulu karena dana BOP belum cair. Pencairan dana BOP dengan sistem cashless itu, dilakukan setiap tiga bulan sekali, seperti Maret, Juni, dan September.
"Ketika periode September uang belum masuk, sementara sekolah tidak boleh memunÂgut dari masyarakat, maka kami sebenarnya sudah ada manajeÂmen kerja sama dengan Bank DKI," tuturnya.
Menurut Bowo, pemutusan listrik tidak hanya terjadi di Jakarta Barat. "Timur juga ada. Pengalaman ini masih terjadi di beberapa wilayah, tapi tidak semua," ucapnya.
Sebelumnya, pada November 2016, sejumlah SMA Negeri di Jakarta Timur pun terkena peÂmutusan aliran listrik dari PLN. Salah satunya, SMA Negeri 48 yang berada di Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar.
M Misbakhul Munir, Wakil Kepala SMAN 48 Jakarta bidang Sarana Prasarana dan Hubungan Masyarakat mengatakan, pemuÂtusan dilakukan karena adanya tunggakan ke PLN. Menurutnya, tunggakan tersebut telah berÂlangsung sejak tiga bulan sebeÂlumnya. Sama seperti di Jakarta Barat, tunggakan terjadi karena belum turunnya dan BOP.
PLN, lanjut Munir, sempat beberapa kali memberikan peringatan kepada sekolahnya terkait tunggakan listrik. Tunggakan yang harus dibayar sekolah tersebut mencapai Rp 118juta. Karena sekolah tidak memiliki dana untuk membayar tunggaÂkan, PLN memutus aliran listrik. Akibatnya, kegiatan belajar mengajar (KBM) pun sempat terganggu.
Lebih lanjut Munir menjelasÂkan, setelah melalui berbagai neÂgosiasi antara Dinas Pendidikan dan PLN, listrik di sekolahnya disambung kembali. KBM pun dapat dilakukan seperti biasa.
"Untungnya, tidak ada alat-alat elektronik yang rusak akibat pemutusan tersebut. Karena di sini cukup banyak yang digunaÂkan, seperti lampu, proyektor, kipas, AC, absensi murid dan guru, air untuk kamar mandi, bel sekolah dan lainnya," urai Munir. ***
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.