PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah membangun underpass untuk memindahkanperpindaÂhan penumpang. Keberadaan underpass yang telah beroperasi sejak 8 Desembar 2016 ini, cuÂkup dirasakan manfaatnya oleh penumpang.
Sebagai stasiun transit, Manggarai mempunyai tingkat moÂbilitas perpindahan penumpang yang sangat tinggi setiap harinya. Sebelum ada underpass, penumpang harus melewati rel agar bisa berpindah dari peron 1 hingga 7.
Kini, penumpang yang inginberpindah jalur, tidak perlu meÂnyeberang rel yang sangat memÂbahayakan keselamatan. "Sejak ada underpass, penumpang sangat mudah bila ingin pindah peron," ujar Yanti, salah satu penumpang di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Selasa (21/3).
Pintu keluar masuk underpass berada persis di depan gerbang masuk penumpang melakukan tapin tiket. Usai melakukan tapin, penumpang langsung masuk keunderpass. Papan informasi dipasang besar-besar di atas pintu masuk. Isinya, peron satu hingga enam melewati underÂpass dengan tujuan, Jakarta Kota, Bekasi, Tanah Abang, Duri, Depok, Bogor.
Akses keluar masuk underÂpass menggunakan tangga yang cukup curam tanpa ada fasilitas eskalator. Setelah melewati tangga, penumpang lantas meÂnyusuri terowongan sepanjang 60 meter dengan lebar 7 meter. Kondisinya cukup nyaman dan sejuk karena dilengkapi 11 kipas angin berukuran besar.
Tidak hanya dingin, lantai terowongan yang dilapisi aspal itu juga bersih. Tidak terlihat satu pun sampah yang tercecer di lantai. Tiga tong sampah disiapÂkan di kedua ujung dan tengah terowongan.
Belasan papan informasi keÂberangkatan kereta dipasang di dinding maupun di langit-langit terowongan. Ada empat pintu keluar masuk di dalam terowonÂgan. Pintu pertama untuk peron 1 dan 2 jurusan Bekasi dan Jakarta. Pintu kedua, peron 2 dan 3 juruÂsan Bekasi-Stasiun Kota. Pintu ketiga peron 3 dan 4 jurusan Bekasi-Jakarta Kota. Pintu terakhir peron 5 dan 6 jurusan Jakarta Kota, Duri, Depok, Bogor.
Seluruh pintu hanya mengguÂnakan tangga yang cukup curam. Ubin yang digunakan untuk tangga juga belum diberi lapisan anti licin, sehingga masih terasa licin, khususnya saat basah.
"Kalau bisa, lantai tangga dibuat keset agar penumpang tidak jatuh saat terburu-buru mengejar kereta," ujar Yanti kembali.
Selain itu, tidak adanya eskalator di underpass Stasiun Manggarai cukup menganggukenyaÂmanan penumpang. Bahkan, penyandang disabilitas, lansia dan ibu hamil akan kesulitan bila melewati underpass. "Eskalator perlu secepatnya dipasang untuk memudahkan orang berkebutuÂhan khusus," saran Yanti.
Kendati belum ada eskalaÂtor, di tiga pintu di dalam terowongansudah ada tempat khusus eskalator yang masih berupa lobang mengangga yang cukup lebar. Di ujung lobang dipasang palang kayu agar tidak dilewati penumpang. Beberapa petugas kebersihan juga sigap mengelap tangga agar terlihat bersih.
Yanti mengaku terbantu denÂgan adanya underpass yang beraÂda di Stasiun Manggarai. Sebab, dia tidak takut lagi melakukan perpindahan antar peron karena tidak perlu lagi menyeberang rel.
"Dulu takut ketabrak kereta kalau sedang terburu-buru ngeÂjar kereta," keluh dia.
Namun demikian, perempuan berusia 40 tahun ini, mengeluhÂkan kondisi tangga yang cukup curam sehingga membahayakan penumpang bila berjalan dengan terburu-buru. Terlebih bila lantai dalam keadaan basah. "Lantai harus dibuat keset agar tidak licinbila digunakan," saran dia.
Selain itu, dia juga mengeluhkantidak adanya pagar pemisahdi tangga, sehingga cukup memÂbahayakan keselamatan penumpang yang sedang masuk atau keluar underpass.
"Kalau penumpang jalan terÂburu-buru bisa bertabrakan. Jadi harus ada pagar pemisah agar aman," saran dia kembali.
Senada, Budiyanto juga mengakubersyukur dengan adanya underpass. Sebab, saat belum ada terowongan itu, dirinya kerap kali berdesakan di tangga kecil dekat peron untuk menyeberang rel yang berada di peron 5 dan 6 jurusan Jakarta Kota-Bogor.
"Soalnya, semua penumpang yang naik dan turun KRL salingberdesakan di peron," ujar Budiyanto di Stasiun Menggarai.
Apalagi, lanjut pria berumur 38 tahun ini, saat jam sibuk, penumpang yang berlawanan arahtujuan saling bertabrakan di ujung peron jurusan Jakarta Kota-Bogor itu. Hal itu diperÂparah dengan penumpang yang membawa barang bawaan yang cukup banyak.
"Tapi Alhamdulilah, sekarang kepadatan mulai berkurang," ucap dia.
Alasannya, kata dia, setiap penumpang yang akan berpinÂdah peron satu dengan peron lainnya menggunakan underÂpass, sehingga penumpang tidak menumpuk di satu titik.
Sementara, Rita, salah satu penumpang lainnnya menyarankan kepada PT KAI untuk meÂnyediakan musholla dan toilet di underpass agar penumpang tidak naik turun saat akan membuang hajat. "Sekarang di terowongan tidak ada fasilitas apa-apa, hanya kipas dan papan informasi," ucap Rita.
Selain itu, perempuan berumur 30 tahun ini, meminta eskalator bisa secepatnya dipasang untuk memudahkan penumpang yang menggendong anaknya melewaÂti underpass. "Sekarang kasihan kalau lihat ibu-ibu harus naik tuÂrun tangga sambil menggendong anaknya," tutupnya.
Senior Manager Humas PT KAI Daop I Jakarta, Suprapto mengatakan, PT KAI akan terus meningkatkan fasilitas yang ada di underpass Stasiun Manggarai, yaitu dengan memÂbangun eskalator dan saluran irigasi. "Langkah itu dilakukan untuk terus memberikan kenyaÂmanan kepada penumpang," ujar Suprapto.
Selain eskalator, kata Suprapto, PT KAI juga sudah menyediakan jalur khusus untuk kaum difabel, lansia, ibu hamil di Stasiun Manggarai. "Jalurnya sudah ada, tetapi bukan di unÂderpass, nanti ada petugas yang membantu," tandasnya.
Suprapto mengatakan, pemÂbangunan underpass di Stasiun Manggarai ditujukan untuk mempermudah mobilitas penumpang saat bertukar peron selama berada di lingkungan stasiun. "Jadi, penumpang tidak melalui jalur kereta, karena sudah ada underpass," ucapnya.
Sebagai stasiun transit, lanjut Suprapto, di Manggarai sering terjadi perpindahan penumpang dari peron satu ke peron berikutÂnya. "Sehingga, harus ada fasiliÂtas underpass," tandasnya.
Suprapto menambahkan, pemÂbangunan underpass Stasiun Manggarai merupakan program PT KAI dan Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat.
Dia memastikan, perbaikan dan peningkatan fasilitas yang dilakukan PT KAI tidak ada kaitannya dengan urusan poliÂtik. Pembangunan fasilitas underpass di Stasiun Manggarai dan Jembatan Penyerangan Orang (JPO) di Stasiun Tanah Abang pun tidak ada kerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Kalau yang Stasiun Tanah Abang dengan PT KAI Commuter Jabodetabek. Underpass Stasiun Manggarai dengan Ditjen Perkeretaapian," tegasnya.
Latar Belakang
Underpass Dibangun Di Tujuh Stasiun Jabodetabek Yang Lahannya Sempit
Pembangunan underpass di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, merupakan satu dari tujuh underpass yang akan dibangun di tujuh stasiun di Jabodetabek.
Melalui anak usahanya, PT Kereta Api Properti Manajemen (KAPM), PT KAI akan memÂbangun underpass di enam staÂsiun lainnya, yaitu Stasiun Tebet, Cilebut, Citayam, Bojong Gede, Sudimara, Pondok Ranji hingga Maret 2017.
Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Muhammad Nurul Fadhila mengaÂtakan, pembangunan underpass untuk memfasilitasi penumpang berpindah peron, agar bisa ke peron tanpa harus melintas di atas rel.
"Perkiraan, Maret tahun deÂpan, selesai tujuh underpass di tujuh stasiun," ujar bos PT KCJ berpanggilan Fadhil ini, di Jakarta, akhir tahun lalu.
Menurut Fadhila keputusan membangun underpass, karena tujuh stasiun tidak mungkin direvitalisasi total dengan memÂperluas stasiun hingga menjadi dua lantai untuk penyeberanÂgan. Sebab, lahannya terbatas. Kondisi itu berbeda dengan staÂsiun lainnya di relasi Tangerang dan Bekasi yang masih memiliki lahan cukup untuk revitalisasi.
"Tujuh stasiun ini sempit. Memperluas peron tidak bisa. Membangun lantai dua seperti di Palmerah juga tidak bisa. Underpass adalah satu-satunya solusi tercepat," tandasnya.
Fadhil mengatakan, pembangunan underpass di enam stasiun lainnya masih dalam proses. Underpass yang dibangun akan dilengkapi dengan tangga landai (bidang miring).
"Tangganya kami buat landai dengan sudut kemiringan 30 derajat. Jadi, cukup nyaman untuk penumpang yang usianya mungkin sudah agak banyak. Apalagi yang masih muda, bisa lari," guyonnya.
Menurut Fadhil, pembangunan underpass atau Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) dilakukan di stasiun-stasiun yang tingkat pertumbuhan penumpangnya sangat tinggi, sementara luas peron tidak bisa bertambah.
"Kami membutuhkan fasilitas untuk memperlancar flow keluar dan masuk penumpang dalam kondisi aman," tandasnya.
Selain pembangunan underÂpass dan JPO, PT KCJ juga akan memperluas hall stasiun, salah saÂtunya di Stasiun Tebet. Perluasan ini dilakukan untuk menunjang integrasi antarmoda. Di Stasiun Tebet sudah ada feeder busway yang beroperasi sejak April 2016 untuk melayani penumpang dari dan ke Stasiun Tebet.
Fadhil menargetkan, jumlah penumpang kereta pada 2019 mencapai 1,2 juta penumpang per hari. Target itu diyakini bakal tercapai setelah jalur rel ganda di Stasiun Manggarai selesai.
"Jarak antar kereta akan seÂmakin singkat, bisa 2-3 menit," tandasnya.
Dia mengatakan, untuk menÂdukung pelayanan dan keamananpenumpang, pihaknya membangun penyeberangan berupa underpass dan tangga penyeÂberangan. "Penyeberangan lintas rel ini harus ditutup demi keselaÂmatan penumpang," tegasnya.
Fadhil menambahkan, peningÂkatan penumpang terjadi signifiÂkan di Stasiun Tebet. Pada Januari 2016, jumlah penumpang hanya 22.297 orang per hari, sedangÂkan pada November jumlahnya meningkat hingga 29.727 orang per hari. Sementara itu jumlah penumpang di Stasiun Bojong Gede pada Januari 2016 sebanÂyak 30.052 orang. Meningkat menjadi 35.246 orang per hari pada November.
Peningkatan cukup besar juga terjadi di Stasiun Sudimara, dari sebanyak 14.552 orang per hari pada Januari 2016, menÂjadi 18.828 orang per hari pada November. Pengguna KRL di Stasiun Cilebut juga meningkat, mencapai 18.753 orang per hari pada November 2016 jika dibandingkan pada Januari 2016 yang hanya 15.131 orang per hari.
Selain itu, lanjut Fadhila, fasiliÂtas penyeberangan berupa tangga naik juga akan dibangun di seluÂruh stasiun relasi Bekasi hingga Cikarang dari Jatinegara. Seluruh stasiun yang berada di relasi tersebut akan direhabilitasi total, sehingga memiliki dua lantai.
Lantai 2 khusus untuk peÂnyeberangan antar peron, toilet, musala, serta pintu tap masuk dan keluar. "Dari Manggarai sampai Bogor kita bangun unÂderpass. Keduanya kita bangun secara bersamaan, paralel," pungkasnya. ***