Murni, sapaan korban, ditemuÂkan tewas di kamar rumahnya, Jalan Makmur Nomor 23, RT 03, RW 03, Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di wajahnya juga ditemuÂkan luka.
Penuturan beberapa tetangga, Murni tinggal sendiri di rumah tersebut. Dari pantauan, rumah tersebut berada di pemukiman padat. Kendaraan roda empat tidak bisa masuk hingga ke deÂpan rumah. Jaraknya kira-kira 50 meter ke jalan yang lebih besar.
Rumah tersebut bercat biru muda dengan aksen putih pada kusen pintu jendela. Untuk ukuÂran rumah di sekitarnya, tempat tinggal korban terbilang cukup luas dengan ukuran kira-kira 10x8 meter persegi.
Halamannya pun terbilang cukup lega dan sejuk dengan sebuah pohon jambu yang ditanam persis di depan rumah. Saat didaÂtangi, Jumat lalu, rumah tersebut dalam keadaan kosong.
Sebuah garis polisi masih melintang dari jendela di sebelah kanan pintu depan hingga ke jenÂdela kiri melewati pintu. Sebuah karangan bunga dari "Direksi dan Staff PT Stadin Strukturindo Konsultan" belum dibereskan dari teras rumah.
Saat didatangi, bagian depan rumah masih terpasang tenda terpal yang menutupi hampir seluruh halaman. Selain itu, tumpukan kursi plastik diletakÂkan di halaman rumah tersebut. "Bekas dipakai tahlilan," kata seorang tetangga.
AR, kakak kandung Murni, diduga jadi pelaku tunggal daÂlam kasus pembunuhan ini. Hal itu menimbulkan keterkejutan sejumlah tetangga. Para tetangga tak menyangka AR tega mengÂhabisi adik perempuannya itu.
"Kita tidak nyangka. Begitu tahu kakak Murni pelakunya, kita merasa korban dibunuh dua kali," kata W, salah satu tetangga korban saat berbincang dengan Rakyat Merdeka.
Sebelum AR ditangkap polisi, W malah mengira bahwa pelakuÂnya adalah perampok yang menyatroni rumah korban. "Tapi kan katanya tak ada barang yang diambil dari korban," ucap W.
Selain itu, Murni dan kakaknya, AR juga terlihat rukun-rukunsaja. Tetangga tidak pernah melihat dua kakak beradik dari tiga berÂsaudara itu, bertengkar di muka umum. "Tapi kalau di dalam, kita tidak tahu ya," tuturnya.
Lebih lanjut, kata W, Murni tinggal sendiri di rumah itu. Ibunya Murni sudah tinggal bersama suami ketiganya yang merupakan Ketua RT 03. Ibu Murni hanya tinggal sekitar 100 meter dari rumah Murni. Dia biÂlang, ibunda Murni acap datang untuk membantu hidup anaknya, dengan memasak makanan dan mencuci pakaian bagi korban.
AR yang jadi pembunuh Murni, dan tinggal di Bekasi, dulu sering pulang ke rumah yang ditingÂgali Murni itu pada akhir pekan. Setelah AR menikah sekitar pertengahan 2016, pelaku juga kerap datang bersama istrinya.
Para tetangga tidak mengeÂtahui apa motif sebenarnya AR tega menghabisi Murni. Namun, ada kabar AR diduga menghabisi Murni karena masalah warisan. Dikatakan, warisan itu adalah rumah yang ditinggali Murni.
Kasat Reskrim Jakarta Timur AKBP Sapta Maulana menegaskan, kakak kandung Murniati sebagai pelaku tunggal. "Dalam kasus ini, tidak ada indikasi pelaku lain," kata Maulana.
Dia menambahkan, sebelumÂnya AR tidak punya niat untuk membunuh adik kandungnya, Murniati. AR datang menemui korban di rumah ini pada Selasa (10/1) dini hari untuk membiÂcarakan rumah warisan.
"Malam itu, dia datang mau ngomongin rumah. AR sudah sering membicarakan keingiÂnannya menjual rumah warisan almarhum ayahnya itu dengan korban. Namun, korban menolak karena tidak punya tempat tingÂgal lagi," jelasnya.
Saat itu, lanjut Sapta, korban sedang tidur, namun terbangun saat kakaknya datang. "Mungkin korban jadi bete dan abangnya malah bertanya masalah itu, padahal sudah beberapa kali dibahas," terangnya.
Kakak beradik itu, kemudian terlibat keributan. Hingga akhirnya AR kalap dan membenturkan kepala korban ke tembok, hingÂga akhirnya korban meninggal. Mengetahui adiknya meninggal, AR melarikan diri lewat pintu deÂpan. Percekcokan kakak-beradik ini, sempat didengar tetangga yang mengontrak di rumah korban.
Sapta menambahkan, kunci rumah Murniati telah ditemuÂkan polisi. "Kunci sudah ditemukan kemarin di kawasan Setu," tandasnya.
Latar Belakang
Kunci Rumah Jadi Salah Satu Petunjuk Untuk Bongkar Pembunuhan Murniati Murniati ditemukan tewas di kamar rumahnya di Cipayung, Jakarta Timur. Polisi kemudianmenangkap tersangka kasus pemÂbunuhan mahasiswi Universitas Muhammadiah Jakarta (UMJ) itu berdasarkan barang bukti yang ada.
Kunci rumah Murniati menÂjadi salah satu petunjuk bagi polisi untuk mengungkap kasus pembunuhan ini. Pelaku diduga mengambil salah satu kunci ruÂmah yang sebelumnya dipegang sang ibu untuk membuka rumah korban.
Dalam keterangannya, kepoliÂsian menunjukkan sejumlah barang bukti. Dari barang bukti itulah polisi yakin, pelaku pembunuhan Murniati ialah kakak kandung korban, Abdul Rachman (AR).
Kapolres Jakarta Timur Kombes Agung Budijono memamerkan sejumlah barang bukti tersebut. Misalnya, sebuah gulÂing yang digunakan ARuntuk membekap Murniati hingga tewas. Ada juga kunci rumah yang dipakai AR untuk masuk ke rumah Murniati.
Selain itu, pakaian tersangka dan korban yang dipakai saat keÂjadian tersebut. Ada juga sebuah sepeda motor Jupiter MX warna putih, bernomor polisi B 4034 TBR. "Motor tersebut yang dikendarai AR saat berkunjung ke rumah Murniati," ucap Agung.
Sedangkan modus operandi perkara pembunuhan ini, yakni tersangka datang ke rumah korÂban pada Selasa (10/1). Agung menambahkan, penganiayaan terhadap Murniati terjadi pada pukul 02.00 WIB.
Sebelum penganiayaan terjadi, sambung Agung, ARsempat berbincang dengan Murniati layaknya kakak dan adik. Kemudian, keduanya terlibat cekcok mengenai harta warisan. Tersangka AR menginginkan rumah tersebut dijual, namun Murniati menolak. "Adapun perÂmasalahan cekcok mulut yang berkaitan dengan harta warisan, karena ketidaksinkronan dari dua belah pihak," tuturnya.
Kemudian, tersangka AR tersulut emosi, lalu membekap Murniati dengan guling hingga tewas. "Korban dibenturkan kepalanya ke tembok dan terjatuh. Lalu, mulutnya dibekap dengan tangan kanan, mukanya ditutup dengan guling hingga korban meninggal dunia," urai Agung.
Setelah mendapati adiknya sudah terlentang tidak bernyawa, AR meninggalkan rumah terseÂbut. Agung menambahkan, tidak ada barang yang dibawa AR. "Pelaku tidak membawa apa-apa," pungkasnya. ***