WAWANCARA

Rico Rustombi: Ada Garis Serangan Fitnah Yang Konsisten Terus Ditarik Ke Arah Paslon Kami

Jumat, 06 Januari 2017, 10:07 WIB
Rico Rustombi: Ada Garis Serangan Fitnah Yang Konsisten Terus Ditarik Ke Arah Paslon Kami
Rico Rustombi/Net
rmol news logo Pengusaha muda ini heran bukan kepalang saat mendengar terdakwa penista agama, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mempolitisir proses hukum yang dijalaninya dengan mengungkap saksi pelapor Gusjoy Setiawan adalah pendukung jago cagub-cawagub no 1.

Rico meminta, agar Ahok fokus saja menghadapi kasus hukumnya. Jangan mengaitkan kesaksian di persidangan dengan pilihan politik Gusjoy di Pilkada DKI Jakarta. Sebab kedua hal tersebut jelas berbeda, dan tidak berhubungan.

Menurut dia, setiap orang punya pilihan politik sendiri-sendiri di pilkada. Terkait pilihan Gusjoy yang memilih mendu­kung Agus-Sylvi itu tentunya timses pun tidak bisa melarang­nya, karena itu bagian dari kehidupan berdemokrasi.

"Jadi saya tegaskan sekali la­gi, pemberian dukungan Gusjoy dan kesaksian Gusjoy dalam sidang Pak Ahok itu tidak ada kaitannya sama sekali sekali dengan paslon (pasangan calon gubernur-wagub) Agus-Sylvi," ujar Rico.

Seperti diketahui, seusai sidang ketiga yang digelar tertutup beberapa hari lalu, Ahok men­gungkapkan Gusjoy Setiawan saat dicecar pengacaranya, akhirnya mengakui dirinya ada­lah pendukung pasangan calon gubernur nomor urut satu terse­but. Ahok merasa dirugikan den­gan hal tersebut. Menanggapi hal tersebut, berikut penuturan Juru Bicara Agus Sylvi, Rico Rustombi;

Seusai disidang, Ahok men­gungkapkan ternyata Gusjoy merupakan pendukung paslon Agus-Sylvi. Bagaimana Anda menanggapinya?

Perlu dipahami publik bahwa kasus Pak Ahok yang sedang berjalan saat ini adalah masalah penistaan agama, bukan masalah perseteruan dengan paslon kami. Jadi jangan campur adukkan atau dikaitkan dengan dukungan kepada paslon kami.

Gusjoy ini bukan timses atau­pun relawan dari tim Agus-Sylvi yang terdaftar di KPUD DKI Jakarta. Jadi saya tegaskan bahwa status Gusjoy dalam perkara Pak Ahok itu tak ada hubungan apa pun dengan de­klarasi dukungan dia terhadap paslon kami.

Dan patut diketahui, bahwa sepanjang perjalanan tahapan pilkada hingga kini, kami ban­yak menerima deklarasi du­kungan dari berbagai kelompok masyarakat. Tentunya dukungan itu tidak mungkin dong kami tolak.

Tapi bukankah Gusjoy per­nah mendeklarasikan dukun­gan terhadap Agus-Sylvi?
Memang. Tapi dukungan tersebut diberikan oleh Gusjoy jauh sebelum masa kampanye yang dimulai, 28 Oktober 2016. Itu pun Gusjoy hanya sebagai pen­dukung biasa, bukan anggota tim sukses ataupun relawan resmi yang terdaftar di KPUD. Dengan demikian, kesaksian Gusjoy yang menyatakan sebagai pendukung Agus dalam sidang Ahok sama sekali tidak ada korelasinya den­gan pencalonan Agus.

Lantas Anda melihat pernyataan Ahok setelah persidangan itu sebagai apa?

Anda tentunya bisa dong membedakan antara kesaksian di depan hukum dengan preferensi politik seseorang. Di depan ha­kim, preferensi subyektif tidak ada nilai pembuktian sedikit pun. Hukum hanya melihat fakta peristiwa dan argumentasi para pihak.

Jadi Anda melihat pernyataan Ahok itu hanyalah manuver dalam pilkada saja..
Kami sangat mengerti upaya 'framing' berbagai pihak untuk menciptakan kaitan itu. Bahkan terlalu sistematis upaya itu. Ada garis fitnah yang konsisten terus ditarik ke arah paslon kami. Tim riset kami memperhatikan bah­wa propaganda hitam, tudingan kejam, fitnah yang makin ab­surd, kini makin meluas sejalan dengan makin luasnya dukungan rakyat pada Agus-Sylvi.

Terasa jelas ada kepanikan dan kemarahan melihat hasil survey paslon kami yang terus membaik. Tapi semua gerakan-gerakan itu tak mempengaruhi niat kami untuk terus bergerilya, menguatkan harapan rakyat pada perubahan Jakarta. Bagi kami, kejujuran hati rakyat dalam men­erima kehadiran Agus-Sylvi ada­lah benteng utama penahan fit­nah. Tidak ada yang lebih kokoh dari hati rakyat. Itulah sumber legitimasi politik sesungguhnya. Dan kami sangat berterima kasih pada kebaikan hati rakyat.

Memangnya sejauh ini apa saja pola-pola serangan dalam bentuk fitnah yang diarahkan ke Agus-Sylvi?
Fitnah itu sudah ada sejak hari pertama deklarasi paslon kami. Dan popularitas Agus-Sylvi tak tergerus sampai hari ini. Anomali? Ya, anda kaget bahwa semakin difitnah, semakin elek­tabilitasnya membaik. Fitnah itu ada batas rasionalnya. Semacam hukum "diminishing return" bagi mereka yang kalap.

Kami juga telah mempelajari pola dan mekanisme fitnah itu. Temanya itu-itu saja. Dan yang mengejutkan adalah kami me­nemukan bahwa pemfitnah itu juga berasal dari kalangan yang terdidik. Sangat dangkal moral semacam itu.

Seandainya kami harus be­reaksi serius terhadap fitnah, maka kami akan membalasnya dengan finah balik yang lebih kejam. Tetapi kami tidak laku­kan itu. Kami terlalu serius memikirkan masa depan Jakarta. Kami hanya peduli dengan merosotnya indeks kebahagiaan rakyat ibukota saat ini. Kami tak punya waktu melayani mening­ginya indeks kebencian para penghalang kami. Dan mereka yang membenci persaingan poli­tik sehat, tentu akan memakai cara-cara culas. Bukan politik semacam itu yang ada dalam kultur paslon kami. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA