Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tempat Istirahat Khusus Copet Malah Kosong

Melihat Arus Balik Di Terminal Tirtonadi, Solo

Senin, 11 Juli 2016, 09:14 WIB
Tempat Istirahat Khusus Copet Malah Kosong
foto:net
rmol news logo Libur Lebaran telah usai. Jutaan orang yang sebelumnya mudik ke kampung halaman, harus kembali ke rutinitas pekerjaannya masing-masing.

Aktivitas arus balik juga terjadi di Terminal Bus Tirtonadi Solo, Jawa Tengah, kemarin. Ribuan pemudik memadati termi­nal terbesar di Jawa Tengah ini.

Hari menjelang siang. Dewi duduk termenung di selasar terminal ini. Wanita berumur 26 itu, tampak gelisah menunggu bus yang akan mengantarkannya ke Yogyakarta.

"Sudah sejam menunggu, be­lum ada bus. Kalau ada, penuh terus," keluh Dewi yang men­genakan kaos warna hijau ini.

Dewi harus kembali ke Yogya karena Senin ini, sudah harus masuk kerja setelah menda­pat libur selama seminggu pada momen Lebaran.

"Besok harus masuk, kalau tidak bisa, dipotong gaji 10 persen," ujar pekerja swasta di Yogya ini, kemarin.

Karena takut dipotong gaji, wanita berambut panjang ini, terpaksa berjejal ria dengan para penumpang lain agar bisa tiba di Yogya tadi malam. "Lumayan, bisa istirahat sebentar sebelum paginya kerja lagi," ujarnya.

Senada, Nurdin, pria asal Sumber, Solo, juga terpaksa menumpang bus untuk balik ke Jakarta karena sudah kehabisan tiket pesawat dan kereta api.

"Terpaksa naik bus seharga Rp 450 ribu. Soalnya besok sudah mulai masuk kerja," ujar Nurdin, kemarin.

Pria berumur 35 tahun ini me­mastikan, Senin ini dia akan telat masuk ke kantor karena kondisi jalanan yang macet. Apalagi di sepanjang jalan tol kemacetan sangat parah.

"Tadi sudah izin sama atasan kalau besok telat kerja," ujar pekerja swasta di bilangan Kebun Jeruk, Jakarta Barat ini.

Namun, Nurdin memperkira­kan, sepertinya Senin sore atau bahkan malam hari dia baru sam­pai Jakarta. "Kalau gitu, terpaksa tidak masuk kerja sekalian," tuturnya.

Untuk itu, dia berharap agar manajemen tempatnya bekerja bisa memaklumi kondisi jalanan yang macet, sehingga tidak sam­pai ada pemotongan gaji.

Berdasarkan pengamatan, ratusan bus yang datang ke Terminal Tirtonadi, langsung dikerubuti puluhan penumpang. Mareka harus berdesak-desakan saat menaiki kendaraan yang diinginkan.

Terminal Tirtonadi menjadi salah satu terminal favorit para pemudik yang tinggal di Jawa Tengah. Pasalnya, terminal seluas5 hektare ini bersih dan rapi. Penataan keberangkatan dan kedatangan penumpang dan bus juga baik.

Seluruh bangunan terminal juga telah dilengkapi pendingin ruangan. Kendati demikian, kar­ena kondisi terminal yang padat, suasana menjadi panas.

Untuk keberangkatan pen­umpang dipisah antara tujuan, wilayah Timur maupun Barat. Wilayah Timur meliputi, Jalur 1 Sragen, Madiun, Surabaya dan Banyuwangi. Jalur 2 Wonogiri, Pacitan, Tawangmangu, Karanganyar, Matesih, Blitar dan Kediri. Jalur 3 Purwodadi, Blora, Pedesaan, Karangdowo, Seminkelir, Bekonang, Jatipuro, Batujamus dan Karanggede.

Wilayah Barat meliputi, Jalur 1 Lintas Sumatera, Bandung, Jakarta. Jalur 2 Klaten, Yogyakarta, Purwerejo, Kebumen, Purwokerto. Jalur 3 dan 4 Boyolali, Bawen, Wonosobo, Magelang dan Semarang.

Setiap ruang tunggu penumpang dilengkapi kursi duduk yang terjajar rapi. Namun, karenabanyaknya penumpang, banyak yang tidak kebagian tempat duduk.

Di sepanjang penghubung terminal berdiri puluhan kios yang menjajakan makanan kecil. Sarana tempat ibadah juga terse­dia di di tengah-tengah terminal.

Menariknya, di tempat keda­tangan bus berdiri tenda yang tidak terlalu besar. Di tenda warna putih itu juga ada tempat duduk. Tapi, tidak ada satu pun penumpang yang berani duduk di situ. Maklum saja, tenda tersebut khusus untuk copet. Sebuah spanduk dipasang di tenda berbentuk kerucut itu. Bunyinya "Tempat Istirahat Copet," dengan huruf besar.

Sutrisno, Kepala Urusan Pengaturan dan Pengawasan Lalu Lintas Terminal Tirtonadi mengamini, pihaknya memang memasang tenda khusus untukcopet. "Itu hanya pesan moralbahwa copet tidak boleh masuk terminal," ujar Sutrisno di Terminal Tirtonadi Solo.

Sutrisno menyatakan, para co­pet hanya boleh istirahat di tenda itu. "Tapi, hasilnya tidak ada satu pun copet yang berani duduk di tenda itu," ujarnya.

Dia menambahkan, ide pem­buatan tenda tersebut berasal dari Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo yang meng­inginkan ada tenda yang tidak hanya untuk penumpang, tapi juga copet.

Selain itu, kata Sutrisno, se­lama musim mudik dan balik Lebaran, keamanan di terminal ini juga ditambah. Dari petugas Linmas 4 orang, TNI/Polri 4 orang dan dari Denpom TNI sebanyak 2 orang.

"Mereka berjaga selama 24 jam dengan sistem shift setiap 8 jam," sebut dia.

Menurut Kepala Terminal Tirtonadi Solo, Jawa Tengah, Eko Agus Susanto, puncak arus balik di terminal ini terjadi pada Sabtu (9/7). Pada H+3 itu, kata Eko, ada 1.985 bus yang diberangkatkan ke sejumlah daerah.

"Jumlah total penumpang yang berangkat sebanyak 30 ribu," ujar Eko.

Menurut Eko, jumlah tersebut belum termasuk tujuh bus ekstra yang diberangkatkan dan me­nampung 247 penumpang.

Dia menyebut, jumlah pen­umpang di Terminal Tirtonadi pada arus balik H+3 meningkat dibanding H+2 atau Jumat (8/7), dimana bus berangkat berjumlah 1.679 yang menampung kurang dari 25 ribu penumpang. "Untuk hari Minggu ini, tidak sepadat Sabtu," kata dia.

Kendati sudah memasuki arus balik Lebaran, Eko mengatakan, masih banyak pemudik yang da­tang ke Terminal Tirtonadi.

Dia mencatat, penumpang yang datang berjumlah 26.431 orang. Sedangkan jumlah bus yang tiba, 1.887 unit. "Faktor kemacetan menjadi penyebab utama masih banyaknya penumpang yang masuk ke terminal, karena banyak bus yang terlam­bat," ujarnya.

Kemacetan, lanjutnya, mem­buat pihak terminal memberang­katkan busekstra sebanyak tujuh unit untuk mengangkut 247 penumpang.

Latar Belakang
Mereka Meninggal Setelah Hadapi Macet Parah

Kemacetan parah saat mudik Lebaran, masih menghantui para pemudik. Bahkan, macet parah saat arus mudik di exit tol Brebes Timur mengakibatkan 8 korban jiwa.

Mereka adalah, Sundari (58) asal Purworejo. Penyebab ke­matian suspec decom cordis. Meninggal di bus Pahala Kencana yang terjebak macet. Kejadian pada 4 Juli 2016.

Kedua, Susyani (36) asal Cibinong, Bogor, meninggal saat turun dari Bus Rosalia Indah setelah pusing terjebak kemacetan di Jalan Karangbale, Larangan. Kejadian tanggal 4 Juli 2016 pukul 18.30 WIB.

Ketiga, Sariyem (45) asal Banyumas. Korban diturunkan dari bus travel di klinik dr Desy Wanacala karena pingsan kele­lahan lalu meninggal.

Keempat, Suharyati (50). Kejadian tanggal 4 Juli pukul 23.00 WIB. Meninggal saat turun dari bus Sumber Alam setelah terjebak kemacetan di Jalan Karangbale, Larangan.

Kelima, Poniatun (46) asal Madureso, Kebumen. Kejadian tanggal 4 Juli 2016 pukul 20.00 WIB. Pemudik ini turun dari Bus Zaki Trans di Rumah Makan Mustika Indah, Ciregol, Tonjong.

Keenam, Rizaldi Wibowo (17) asal Kendal, meninggal dalam bus. Kejadian tanggal 5 Juli 2016 pukul 06.30 WIB.

Ketujuh, Suhartiningsih (49) asal Jakarta, meninggal dalam mobil pribadi. Korban diba­wa ke Puskesmas Larangan. Kejadian tanggal 5 Juli 2016 pukul 06.30 WIB.

Kedelapan, Sumiatun (67) asal Pademangan Serpong, Tangerang, meninggal dunia di dalam bus. Lokasi di Dukuh Siramin, Desa Slatri. Dirujuk ke RSUD Brebes. Kejadian tanggal 5 Juli 2016.

Kendati demikian, berdasarkan data Kementerian Perhubungan (Kemenhub), prosentase korban kecelakaan turun 21 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Tahun ini jumlah ke­celakaan tercatat sebanyak 1.289 kasus, sementara tahun lalu se­banyak 1.622 kecelakaan.

Adapun untuk korban mening­gal dunia berkurang 25 persen, yakni 328 korban pada 2015 dan 244 korban tahun ini. Kakorlantas Polri, Irjen Agung Budi Maryoto meminta agar pemudik tidak khawatir dan bisa melakukan arus balik dengan lancar.

"Kami sudah mengevaluasi, jadi masyarakat jangan trauma atau takut untuk lewat Cipali-Brebes Timur karena karakteristik arus balik dan mudik berbeda," ujar Agung.

Menurut Agung, waktu mudik, kendaraan melewati jalan besar, highway, tol, menuju jalan arteri. "Kalau arus balik, sebaliknya," kata dia

Agung menjelaskan, salah satu penyebab kemacetan pada arus mudik kemarin karena banyaknya permasalahan di jalan arteri. Seperti perbaikan jem­batan yang belum selesai, palang pintu pelintasan kereta api yang setiap 20 menit ditutup, adanya pasar tumpah, hingga BBM yang sulit diperoleh.

Agung memprediksi, kon­disinya berbeda saat arus balik. Jalur yang menuju Jakarta se­bagian besar mengarah ke jalan tol, sehingga tak terjadi kepada­tan kendaraan di jalan arteri.

"Mereka sudah pelan-pelan karena berbagai hambatan tadi, tapi sesudah masuk tol, ada highway, jadi bebas hambatan," jelasnya.

Sementara, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyebut, kelancaran arus mudik dan balik dipengaruhi oleh tiga hal utama, yakni penyediaan prasarana, rekayasa lalu lintas, dan perilaku pengemudinya.

"Sekarang prasarana sudah diberikan," ujar Basuki.

Dia mencontohkan, bila Jembatan Sipait di Pekalongan tidak selesai, pasti lebih parah kemacetannya. "Sekarang ting­gal rekayasa, seperti penam­bahan gardu dan contra flow," ujarnya.

Mengenai tempat istirahat (TI) di tol yang selalu penuh sesak saat arus mudik dan ba­lik, Basuki mengatakan, hal itu menjadi salah satu hal yang tak bisa dihindari.

"Ada 1,6 juta mobil yang meninggalkan Jabodetabek ke wilayah Jawa. Di tempat istira­hat misalnya, sudah ada 100 toi­let, tapi pasti tidak akan cukup," tandasnya.

Ke depannya, kata dia, bila hasil evaluasi arus mudik dan arus balik tahun ini ternyata tempat istirahat menjadi salah satu sarana yang perlu ditambah jumlahnya, maka akan dilakukan penambahan.

Hal itu dilakukan, lanjut Basuki, agar penumpukan manusia di tempat istirahat bisa dikurangi karena arus mudik dan arus balik dilakukan jutaan manusia.

"Jadi, dalam satu waktu, sama dengan the greatest festival," tutupnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA