Diantar anaknya, seorang warga berinisial SW mendaÂtangi Posko Pendaftaran dan Penanganan Warga RW 05 Kalijodo, yang berada di halaman kantor Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Dia tiba di lokasi sekitar jam 12 siang dengan membawa dua buah map warna biru. Map terseÂbut berisi persyaratan pendafÂtaran, yaitu Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk (KTP), bukti pembayaran PBB, surat-surat rumah, foto rumahnya sendiri, serta foto kopi semua berkas tersebut. Begitu tiba, dia menuju ke seorang petugas yang berada di tengah.
Terdapat lima pegawai Kecamatan Penjaringan yang dituÂgaskan menerima berkas warga. Mereka duduk di balik beberapa meja kayu yang dijejerkan jadi satu. Pada masing-masing meja terdapat tumpukan folmulir yang harus diisi petugas, dalam rangka memeriksa kelengkapan berkas yang dibawa warga.
SW pun segera membuka mapbirunya, dan memperlihatkan seÂmua persyaratan yang dibawanya. Sekitar 10 menit kemudian, penÂcatatan data SW dan keluarganya usai. Sembari menutupi wajahnya dengan map yang berisi berkas asli dan slip bukti pendataan, dia bergegas menuju ke parkiran moÂtor yang ada di belakang posko. SW sempat menghindari para awak media, karena tidak bersedia diwawancara.
Pantauan di lokasi, warga yang mendaftar kebanyakan menutupi wajahnya saat jurnalis mengambil suasana pendaftaran di posko itu. Mereka bahkan enggan diÂwawancara jurnalis televisi karena khawatir mendapat intimidasi bila wajahnya terlihat di layar kaca.
Dia mengaku tadinya engÂgan untuk mendaftar ke Posko Kecamatan. Namun, karena mendengar sudah banyak warga yang mendaftar untuk mendapatÂkan rumah susun (rusun) secara diam-diam, ia akhirnya memilih untuk mendaftar pula.
"Itu sebenarnya rumah mertua saya, tapi mereka sudah meningÂgal. Makanya, saya sebagai perÂwakilan yang ditunjuk mengurusi pendaftaran rusun," ujarnya.
Bila sebagian besar warga tidak mendaftar untuk mendaÂpatkan rusun, SW justru merasa perlu mengurus pendaftaran, karena dirinya bukan pemilik bar atau losmen seperti kebanyakan warga yang tinggal di sana.
"Rumah saya sempit, cuma 3x4 meter. Itu pun tidak bertÂingkat. Yang lain mungkin sudah punya duit, jadi tak masalah mau digusur. Kalau kami yang kena gusur, ya tak punya apa-apa lagi," tutur SW.
Warga Kelurahan Pejagalan ini mengatakan, dirinya berharap mendapatkan rumah susun di Daan Mogot. Alasannya, karenalokasinya yang berdekatan dengantempat tinggalnya saat ini.
"Kalau di Rusun Marunda atau Cakung ya kita keberatan juga, jauhnya bukan main, padahal kerÂjaan kita ada di Teluk Gong sini. Berapa ongkosnya buat bolak-balik setiap hari," ucapnya.
Sementara itu, MH (34), warga Kelurahan Pejagalan, mengakusudah bosan merasakan stigÂma dari masyarakat luas yang memojokkan warga Kalijodo. "Kami juga maunya hidup norÂmal kayak orang lain, tak mau dikata-katain tinggal di daerah prostitusi. Kalau ditanya sama orang tinggal dimana, terus saya jawab di Kalijodo, bawaannya kayak di neraka," cerita MH.
Hal serupa juga diungkapkan HJ (44), warga lainnya. Dia mengaku tidak tahan mendengar pemberitaan di berbagai media baik televisi, koran, radio atauÂpun internet yang menjadi bahan perbincangan seluruh warga di sekitar rumahnya. "Sebenarnya saya tak terlalu masalah mau dipindah. Asalkan bisa mendapat tempat yang layak dan aksesnya tidak terlalu jauh dari tempat yang saya tinggali sekarang," kata HJ.
HJ mengaku menafkahi istri dan empat anaknya dengan bekerjasebagai sopir angkot. Setiap hari dirinya harus menyetor ke pemilik mobil, dan membawa uang ke rumah Rp 50-100 ribu.
"Semoga saja nanti bisa dibantu saat pindahan ke rusun. Harapannya, kalau sudah tinggal di rusun, kami bisa lebih sejahtera dan tidak lagi dicap sebagai warga tempat prostitusi. Kami tidak ada sangkut-pautnya denÂgan lokalisasi itu," tutupnya.
Kasie Sosial Kecamatan Penjaringan Putu Suryawan mengatakan, pendaftaran untuk relokasi ke rusun dibuka sejak pukul 07.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Namun, hal tersebut sangat fleksibel, bergantung ada ada atau tidaknya warga yang mau mendaftar. "Yang mendafÂtar, tidak berhubungan dengan prostitusi," ujar Putu.
Menurutnya, dari 24 warga yang mendaftar tersebut, belum ada yang pekerja seks komersial (PSK). "Memang belum ada yang mendaftar, tapi kami harap mereka mau dilatih untuk alih pekerjaan, saat diberikan pemÂbimbingan oleh petugas terkait," tambah Putu.
Selama dua hari pendaftaran, ada delapan KK yang mendaftar pada Senin (15/2), dan 10 KK pada Selasa (16/2) dengan total keseluruhan 60 jiwa. Hingga keÂmarin, sampai pukul 16.00 WIB, ada enam warga Kelurahan Pejagalan yang mendaftar.
Lebih lanjut, Putu menjelasÂkan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemprov DKImelalui Pusat Pelatihan Kerja Daerah Jakarta Utara di Jalan Gereja Tugu, Kelurahan Semper Barat, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, membuka delaÂpan jenis pelatihan bagi warga Kalijodo. Delapan jenis pelatihan tersebut, yakni pelatihan kejuruan tata boga, pelatihan kejuruan teknik pendingin, pelatihan keÂjuruan tata graha, pelatihan kejuÂruan teknik listrik, dan pelatihan kejuruan tata busana.
"Juga ada pelatihan kejuruan operator komputer, pelatihan otomotif sepeda motor, dan pelatihan otomotif diesel bensin," jelas dia.
Sementara itu, salah satu staf Kecamatan Penjaringan Wagiman menerangkan, pihaknya memÂberikan tiga penawaran terhadap warga Kalijodo yang ingin mendaftar. Pertama untuk alih profesi, kemudian pulang kamÂpung, dan pindah ke rusun. Sementara ini, semua yang sudah mendaftar memilih opsi rusun. "Tapi belum tahu rusun mana nanti yang dibagikan. Itu nanti urusan Dinas Perumahan," ucapÂnya di posko.
Wagiman memaparkan, warga yang ingin pindah ke rusun harus membawa beberapa syarat, antara lain KTP DKI Jakarta serta Kartu Keluarga. Selain dua syarat tersebut, bagi yang memiÂliki tempat tinggal sendiri di Kalijodo, juga wajib membawa bukti kepemilikan rumah.
"Karena yang punya rumah dulu yang diutamakan. Kalau yang punya rumah sudah dapat rusun semua, baru nanti misalÂnya ada yang ngontrak-ngontrak kami kasih," tuturnya.
Dia mengungkapkan, kemarin ada lima KK Kalijodo mencabut pendaftaran relokasi dari lahan milik negara ke rusun. Alasannya, mereka mendapat intimidasi. Mereka mencabut pendaftaran relokasi, padahal nama-nama pendaftar telah disamarkan untuk menghindari intimidasi dari warga lain yang menolak penertiban Kalijodo.
Relokasi akan dilakukan, naÂmun waktunya belum diketahui pasti karena masih ada proses yang dilakukan seperti surat peringatan (SP) 1 hingga 3, dan berakhir dengan surat perintah bongkar (SPB).
Gubernur Jakarta Ahok Rabu pagi menghadiri apel bersama TNI, Polri dan Satpol PP di lapangan Jayakarta di Makodam Jaya, Cililitan, Jakarta Timur. Apel ini untuk pengamanan KTT OKI, antisipasi banjir, sampai penertiban Kalijodo. Satpol PP, Polri dan TNI sudah berjaga di tempat yang terkenal sebagai lokasi prostitusi ini.
Latar Belakang
"Kalau Mau Masuk, Masuk Aja Mas..."
Hingar bingar dan geliat kehidupan malam di kawasan prostitusi Kalijodo, pada Selasa malam (16/2) sepi. Situasi itu terjadi setelah Pemprov DKI, Kodam Jaya dan Polda Metro Jaya sepakat untuk menutup akses bagi pengunjung kafe.
Keadaan Kalijodo pun berubah. Lantunan musik, wanita malam dan pengunjung tak seramai biasanya. Kafe-kafe yang beÂrada di sepanjang Jalan Inspeksi Banjir Kanal Barat (BKB), banyak tidak beroperasi.
Meski begitu, ada sebagian keÂcil kafe yang masih menjalankan usahanya. Hanya, meski tetap beroperasi, mereka menutup pintu tempat hiburannya, atau membuka sedikit pintu masuk.
Tidak ada musik yang disetel atau perempuan malam mejeng secara vulgar. Calo yang menawari gadis pun tidak muncul. Namun, sejumlah orang yang diduga tenaga keamanan, mengawasi di depan kafe. Hanya sesekali sejumlah pria atau perempuan keluar masuk kafe, namun menutup pintu lagi.
Di dalam sebuah kafe, pekerja kafe tidak melakukan rutinitasÂnya. Mereka hanya duduk dan menonton televisi tentang berita rencana penertiban Kalijodo. Kondisinya sangat berbeda, tidak sepertimalam-malam sebelumnya.
Seorang wanita pemilik warungrokok di samping sebuah kafe mengatakan, banyak pemiÂlik kafe memilih tutup saat ini. "Sebenarnya dari Senin diminta tutup, tapi pada bandel aja," ujar perempuan tersebut.
Namun, ia mengatakan, pemiÂlik kafe masih membuka layanan hiburan malam. "Kalau mau masuk, masuk aja mas. Tapi tidak ada musik. Mau minum di dalam, saya rasa masih bisa," ujarnya.
Sementara itu, tidak ada penuÂtupan seperti yang disebutkan. Akses Jalan Inspeksi BKB masih dibuka seperti biasa. Warga banÂyak berlalu lalang dengan sepeda motornya.
Sebelumnya, Gubernur DKIJakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, Polda Metro Jaya dan Kodam Jaya sudah sepakat menutup pintu masuk kawasan Kalijodo. Hal itu dilakukan agar tidak ada lagi warga yang menyambangi tempat ini.
Para pekerja seks komerÂsial (PSK) kesal menghadapi perkembangan ini. Pasalnya, sejak pernyataan keras yang diuÂcapkan Ahok, jumlah tamu yang hendak berkencan dengan para PSK tersebut jauh berkurang. Ini berdampak langsung pada penurunan pendapatan mereka sehari-hari.
"Sekarang sudah sepi banget. Sebelum ribut-ribut, bisa daÂpat dua sampai lima tamu dari malam sampai subuh. Sekarang dapat satu tamu saja susahnya minta ampun karena sepi dan harus rebutan sesama teman," ujar PSK berinisial M di area lokalisasi Kalijodo.
Menurutnya, dalam kondisi normal, dengan seharian bekerja sejak Pukul 20.00 WIB hingga Pukul 04.00 WIB, dirinya bisa mendapatkan penghasilan antara Rp 400 ribu hingga Rp 2 juta. Besar uang yang didapatnya terganÂtung tips yang diberikan tamu.
"Dari induk semang paling ngasih Rp 50 ribu setiap hari, selebihnya kita tergantung dari tamu. Makanya kita service seÂbaik mungkin supaya para tamu puas dan mau datang kembali dan memberikan tips yang beÂsar," tuturnya.
PSK lainnya, D juga berÂcerita tentang penurunan jumÂlah tamu. Makanya, dia harus berhemat dalam mengeluarkan biaya kebutuhan hidup sehari-hari. "Biasanya makan makanan anter,sekarang nasi warteg. Kalau dipaksakan dengan gaya hidup sebelum ribut-ribut ini, bisa tekor," tandasnya.
Ia mengaku terpaksa menjadi PSK untuk memenuhi kebutuhan hidup adik-adiknya yang masih bersekolah di Indramayu, Jawa Barat. D mengirimkan uangbuÂlanan melalui ATM, meski pada keluarga ia mengaku bekerja sebagai buruh pabrik. "Sekarang pusing karena pendapatan berkurang," tambahnya. ***