Namun kalangan aktivis kecewa dengan hasil kerja Pansel KPK tersebut. "Hasil seleksi Panitia Seleksi Capim KPK sangat mengecewakan," tegas aktivis antikorupsi, Dahnil Anzar Simanjuntak, petang ini.
Pertama, beberapa calon yang diloloskan tersebut dianggap lemah dan bisa bermasalah di kemudian hari. Apalagi, Pansel KPK memiliki perspektif agar KPK fokus pada pencegahan sedangkan polisi dan jaksa penindakan. Padahal nama KPK saja memakai kata 'pemberantasan' bukan 'pencegahan'.
"Perspektif ini berbahaya, berangkat dari usaha untuk mengkebiri peran KPK, dan termasuk beberapa sosok yang berpotensi bukan memperkuat KPK tetapi justru melemahkan KPK," tegasnya.
Kedua, Dahnil juga menyoroti pembagian bidang terhadap delapan capim KPK yang lolos tersebut. Ke-8 capim KPK itu dibagi dalam bidang pencegahan (Saut Situmorang-Surya Chandra) bidang penindakan (Alexander Marwata-Basariah Panjaitan), bidang manajemen (Agus Rahardjo-Sujanarko) dan bidang supervisi (Johan Budi-Laode Muhammad Syarif).
"Itu terasa tidak tepat," sambungnya.
Pasalnya, ada dua nama lain, yakni Busyro Muqodass dan Robby Arya Brata yang sudah lolos proses seleksi.
"Lantas mereka mau dimasukkan di bagian mana? Mengingat keduanya lolos di tahap seleksi dengan timsel berbeda," ucap inisiator Gerakan Berjamaah Melawan Korupsi ini.
Ketiga, Dahnil berharap DPR bisa terbuka dan memperhatikan kelemahan-kelemahan yang sudah dilakukan Pansel KPK dengan tidak memilih mereka yang berpotensi bermasalah tersebut.
"Saya percaya banyak anggota DPR khususnya Komisi 3 yang komitmen terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia," demikian Dahnil yang juga Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah ini.
[zul]
BERITA TERKAIT: