Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jasad Pilot Tidak Ditemukan, Keluarga Tabur Bunga di Laut

Akhir Misi Pencarian Korban AirAsia QZ8501

Senin, 30 Maret 2015, 09:34 WIB
Jasad Pilot Tidak Ditemukan, Keluarga Tabur Bunga di Laut
ilustrasi
rmol news logo Buku Yasin merah itu dia baca. Sesekali bibirnya yang komat-kamit membaca untaian doa terhenti. Sapu tangan lantas diambilnya untuk mengusap air mata yang tak terbendung dari kelopak yang mulai keriput.

 Itulah yang dilakukan Rohana, ibu pramugari AirAsia QZ8501 Khairunissa Haidar. Dia mengungkapkan, sejak anak bungsunya meninggal dalam tugas, buku Yasin tersebut senantiasa menemaninya.

Selain untuk mengirim doa bagi Si Adek (panggilan sayang Rohana buat Khairunissa), buku Yasin itu merupakan pengobat rindu. Sebab, foto Khairunissa dengan pakaian pramugari merah-merah sengaja dicetak di lembaran awal buku Yasin tersebut.

"Memang berat, tapi ibu beru­saha mengikhlaskan kepergian­nya," ujar Rohana berusaha tegar saat menabur bunga di atas dek kapal feri Satya Lencana III.

Rohana dan keluarga korban AirAsia QZ8501 diundang un­tuk melakukan tabur bunga di perairan lokasi jatuhnya pesawat naas itu.

Dalam acara itu, Rohana da­tang bersama suami (Haidar Fauzi) dan anak sulungnya, Dayat Zein. Haidar dan Dayat memang terlihat lebih tegar. Ketika Rohana mulai menitik­kan air mata, keduanya berupaya memeluk.

Rohana termasuk 98 orang yang dibawa manajemen AirAsia untuk doa bersama dan tabur bunga di muara Sungai Kumai kemarin. Kegiatan itu dimaksud­kan sebagai bentuk penutupan misi search and rescue (SAR) Basarnas.

Sebenarnya, misi tersebut telah berakhir 3 Maret lalu. Namun, atas permintaan AirAsia dan keluarga korban, misi SAR dilanjutkan hingga 11 Maret.

Basarnas menyatakan tidak bisa lagi memperpanjang misi karena secara institusi aturan­nya memang seperti itu. Nah, doa bersama dan tabur bunga di sekitar lokasi kejadian diharapkan manajemen AirAsia bisa mengobati kekecewaan para keluarga korban. Terutama yang jasad keluarganya belum ditemukan.

Sengaja keluarga tidak diajak ke lokasi tempat penemuan bangkai pesawat. Selain karena jauh, cuaca yang tak mendukung dikhawatirkan malah mengganggu fisik para peserta tabur bunga. Apalagi, secara psikis mereka masih begitu terpukul.

"Kami pilih muara Sungai Kumai ini karena airnya mengalir hingga laut tempat pesawat ditemukan. Harapan kami, doa dan harumnya bunga ini bisa sampai ke sana (lokasi penemuan pesawatâ€"red)," ujar Dirut AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko.

Para keluarga itu diangkut dengan kapal feri. Dibutuhkan waktu 1,5 jam dari Pelabuhan Panglima Utar ke muara Sungai Kumai. Di sepanjang perjalanan itulah tergambar bagaimana sebenarnya para keluarga masih terpukul karena kehilangan orang-orang yang dicintai. Meskipun mereka kadang masih bisa bercanda dan menikmati pemandangan laut.

"Duh, nek liak laut gini, rasane pengen nangis ae (kalau melihat laut begini, rasanya ingin menangis saja)," celetuk seorang perempuan di selasar kapal. Matanya terlihat sembap dan dia pun tak mau diwawan­carai. Dia hanya mengaku salah seorang keluarga penumpang AirAsia yang jasadnya belum ditemukan.

Dalam acara itu juga terlihat keluarga Kapten Pilot Iriyanto. Antara lain sang istri RR Widya Sukati Putri, 48, dan dua anaknya, Angela Anggi Ranastianis, 25, serta Arya Galih Gegana, 8.

Sepanjang perjalanan, si kakak yang 17 tahun lebih tua kerap menghibur adiknya. Dengan membawa tongsis, keduanya juga tampak beberapa kali ber­foto selfie di selasar kapal.

"Setelah badan pesawat di­angkat dan tidak ada harapan lagi, kami sekeluarga sudah ikhlas kalau jasad bapak tidak ditemukan," ujar Angela.

Karena itu, keluarganya me­nyambut positif ketika AirAsia menyelenggarakan acara doa dan tabur bunga di sekitar lokasi kejadian.

Angela menjelaskan, kondisi keluarganya kini jauh lebih tegar daripada ketika masih awal-awal pencarian pesawat. Bahkan, adiknya pun tetap ingin menjadi pilot sesuai cita-cita Iriyanto.

"Kami semua sudah menya­dari bahwa ini risiko dari tugas," tuturnya.

Namun, ketegaran Angela tersebut mulai luruh ketika kapal berhenti di muara Sungai Kumai. Saat itu acara inti dimulai, yakni upacara penghormatan untuk para korban. Upacara yang dip­impin Kepala Basarnas F.H.B. Soelistyo tersebut berlangsung di atas dek kapal.

Ketika doa dipanjatkan ber­gantian oleh para pemuka agama, tetes air mata para keluarga mulai tak terbendung. Lebih-lebih saat tabur bunga. Lagu Gugur Bunga yang mengiringi acara membuat para keluarga, kru AirAsia, dan para undangan tak bisa menahan tetes air mata. Termasuk Widya dan Angela. Air mata keduanya terus berurai.

Ketika melakukan tabur bun­ga, Widya sempat memanggil anak bungsunya yang tidak ikut ke atas dek kapal. Kru AirAsia membawa Arya mendekat ke ibu dan kakaknya di dek atas.

"Dik, sini doakan papa sambil taburkan bunganya," ajak Widya lirih.

Bocah kelas II sekolah dasar itu hanya mengangguk, menu­ruti perintah ibunya. Sementara kakaknya, Angela, terus me­nangis sambil memegang pagar dek kapal.

Para kru AirAsia juga larut dalam duka. Pilot, pramugari, mekanik, ground staff, dan bagian lainnya berpelukan dengan beberapa keluarga penumpang. Mereka berupaya saling men­guatkan. Seperti tulisan dalam baju yang digunakan para kru: "Together We Stand. All for One, One for All".

Bukan hanya bunga yang ditabur para keluarga. Ada keluarga juga yang ikut melarung barang-barang kenangan maupun milik korban. Misalnya, ada yang melarung boneka Hello Kitty berukuran besar dari selasar lantai 2. Beberapa penumpang bahkan membawa tambahan bunga dari Surabaya.

"Dari Musibah Ini, Kami Dapat Keluarga Baru…"

 Ronny Martan, salah seorang keluarga penumpang AirAsia QZ8501, mengaku masih sangat berharap operasi dilanjutkan. Sebab, masih ada dua anggota keluarganya yang belum ditemukan. Namun, dia memahami bahwa hal itu tak mungkin dilakukan Basarnas.

Dalam peristiwa tersebut, Ronny kehilangan tiga keluarganya, yakni paman dan bibi be­serta satu anak mereka.

"Jasad yang ketemu hanya satu, yakni bibi saya. Tapi, bagaimana lagi, semua sudah berbuat yang terbaik. Termasuk AirAsia," ujar pria asal Dompu, NTB, yang berdomisili di Surabaya itu.

Keluarga korban lainnya, Lucas Joko Pramudyono, men­gatakan bahwa sejauh ini pe­layanan yang diberikan AirAsia cukup responsif. Dia mencon­tohkan bagaimana keinginan ke­luarga korban agar operasi tetap dilanjutkan bisa dengan cepat disampaikan ke Basarnas.

"Dengan adanya perpanjangan operasi pencarian kemarin, saya rasa ini kegiatan rescue yang pal­ing panjang," ucapnya.

Laki-laki asal Malang itu juga mengapresiasi kegiatan doa ber­sama dan tabur bunga di sekitar lokasi kejadian. Menurut Lucas, tidak semua keluarga korban bisa melakukan kegiatan terse­but secara sendiri-sendiri.

Dalam insiden 28 Desember 2014 itu, Lucas kehilangan satu orang keluarganya, Nanang Priyo Widodo. Untungnya, jenazah Nanang telah ditemukan di seki­tar badan pesawat.

Lucas sempat didapuk memberikan sambutan mewakili anggota keluarga korban lain­nya. Dia mengungkapkan, tak mudah memang menghapus duka karena kehilangan orang tercinta.

"Kami memang kehilangan keluarga, sulit melupakan itu. Namun, dari peristiwa ini, kami mendapatkan ratusan keluarga baru. Baik itu sesama keluarga korban maupun pihak-pihak lain yang selama ini mem­bantu operasi SAR AirAsia," paparnya.

Pemda Mau Gelar Ritual Beborsih Banua di Pangkalan Bun
  Tutup Misi Pencarian Korban

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat akan menggelar upacara penutu­pan operasi pencarian korban AirAsia di halaman kantor Bupati Kobar pada 15 April mendatang.

Selain itu, juga ada ritual Beborsih Banua pada 17 April nanti. Dua kegiatan tersebut dibahas dalam rapat antara Bupati Kobar Ujang Iskandar, kepala SKPD, dan tokoh masyarakat di kantor bupati.

Ujang Iskandar mengatakan, rapat ini merupakan pemanta­pan untuk penutupan evakuasi secara menyeluruh, baik dari pusat hingga daerah. Penutupan juga dirangkai dengan tabur bunga.

"Persiapan ini sangat pent­ing mengingat banyak hal yang harus didiskusikan," kata Bupati Kobar dua periode ini.

Proses pencarian korban di­lakukan sejak akhir tahun 2014 hingga diputuskan dihentikan pada 11 Maret lalu. Pangkalan Bun dijadikan posko utama un­tuk pencarian korban, sehingga pemkab perlu mempersiap­kan penutupan secara resmi. Bahkan, kata Ujang, penutu­pan bakal dihadiri oleh sejum­lah menteri.

"Yang sudah bersedia hadir Kepala Basarnas. Menteri yang lain bakal kita coba hubungi," ujarnya.

Acara penutupan bakal meli­batkan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Selain upacara, pemkab juga melaksanakan bersih kampung sebagai upaya memohon kepada Yang Maha Kuasa agar selalu dilindungi dan dijauhkan dari bala bencana.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar Hermon F Lion menambahkan, rapat ini meru­pakan rapat pemantapan seka­ligus pembentukan panitia.

"Sebelumnya telah dilaksanakan rapat di kantor BPBD Kobar, dan berdasarkan hasil rapat tadi diputuskan bahwa kegiatan penutupan operasi SAR di Kobar akan dikemas dalam dua kegiatan," ungkap Hermon.

Setiap 16 Januari Korban Ngumpul Peringati Musibah
 
Musibah bisa mempererat hubungan manusia. Lucas Joko Pramudyono merasa mendapatkan "keluarga baru" setelah peristiwa jatuhnya pe­sawat AirAsia Qz8501. Yakni mereka yang sama-sama ke­hilangan anggota keluarga dalam insiden 28 Desember 2014 itu.

Perasaan yang sama juga muncul di antara korban yang lolos dari musibah serupa. Itulah yang dialami pilot Abdul Rozaq, awak kabin maupun penumpang pesawat Garuda yang mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo pada 16 Januari 2002.

"Sampai sekarang, kami masih sering kontak. Mereka bertukar kabar dan selalu bersyukur setiap ada musibah pesawat terbang," kata Rozaq, pilot yang berhasil mendarat­kan pesawat di air dengan utuh dan minim korban.

Sejak peristiwa 13 tahun tahun lalu, hubungan antara kru dan penumpang pesawat Garuda yang naas itu erat. Setiap tanggal 16 Januari mereka berkumpul untuk mensyukuri lolos dari musibah.

"Dari 54 penumpang itu biasanya ada 10-15 orang yang berkumpul. Kumpul-kumpul saja, ingat-ingat pas tanggal 16 Januari," ujar Rozaq.

"Kumpulnya sih bisa di mana saja. Pernah juga kumpul karena diundang ke Mataram, ada mantan pejabat Mataram juga penumpangnya," lan­jutnya.

Rozaq mengajak sang istri Istiqomah (57), bekas pramu­gari Garuda, juga putra-putrin­ya. "Ya mengajak anak-anak, mengingatkan kembali bahwa kami diberi hidup kedua kali. Kita kan sudah tidak mungkin kalau hidup lagi, mengingat detik-detik kematian sudah di depan mata," tutur ayah dari 3 putra dan 2 putri ini.

Pernah pula Rozaq mengajak anak-anaknya mensyukuri "hidup kedua" ini dengan napak tilas ke lokasi pendaratan darurat itu di Desa Serenan, Juwiring, Klaten, Jawa Tengah.

"Iya dulu pernah napak tilas, sendirian sama keluarga saja," ujarnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA