Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bus Diuji Kir, Sopirnya Tes Urine & Gula Darah

Aparat Kemenhub Turun Ke Terminal Rambutan

Selasa, 24 Maret 2015, 10:19 WIB
Bus Diuji Kir, Sopirnya Tes Urine & Gula Darah
ilustrasi
rmol news logo "Lebih baik tidak berangkat daripada tidak sampai." Imbauan itu ditulis besar-besar di spanduk yang dipasang di Terminal Kampung Ramputan, Jakarta Timur.

Membentang di lajur keluar bus antar kota. Di bawahnya berdiri sejumlah tenda biru besar. Setiap bus antar kota yang akan berangkat mengantar penumpang ke sejumlah jurusan harus men­jalani pemeriksaan di tenda ini.

Puluhan petugas berseragam khas aparat Perhubungan berkeli­aran di sekitar posko. Mereka juga mengenakan rompi oranye yang terlihat masih baru dan mencolok. Mereka menyetop setiap bus yang melintas di lajur keluar. Sopir yang busnya dicegat diminta masuk ke dalam tenda. Di dalam tenda berukuran 4x8 meter itu, sopir akan menghadap lima meja pemeriksaan kesehatan.

Dahri, sopir bus Agra jurusan Bogor-Karawang menepikan kendaraan yang dikemudikan ketika dicegat petugas.

"Mana surat-suratnya?" tanya petugas yang naik ke bus dari pintu penumpang. Dengan tang­kas, Dahri pun menunjukkan sejumlah dokumen kendaraan. Lalu berpindah tangan ke tangan ke tangan petugas. Sambil memer­iksa keabsahan dan masa berlaku surat-surat kendaraan, petugas itu menyuruh Dahri masuk ke tenda.

Seorang petugas lalu meng­gantikan posisi Dahri di kursi pengemudi. Ia mengecek pedal gas, rem dan kopling dengan cara menginjaknya. Selanjutnya menekan sejumlah tombol di dashboard dan dekat kemudi untuk mengecek fungsinya.

Petugas lain yang mengitari bus akan memberikan tanda jika lampu besar, sign, rem hingga mundur menyala. Petugas di luar bus juga mengamati body hingga ketebalan maupun kondisi ban.

Sementara petugas yang naik ke bus memeriksa kelengkapan alat-alat keselamatan. Mulai dari palu pemecah kaca hingga alat pe­madam kebakaran ringan (apar). Kendaraan yang dikemudikan Dahri dianggap laik jalan.

Dari dalam tenda, Dahri menyaksikan petugas melakukan pemeriksaan ala uji KIR terhadap busnya. Meski bus dianggap laik jalan, surat-surat kendaraan belum dikembalikan ke Dahri. Giliran pria itu yang menjalani pemeriksaan kesehatan.

"Baru kali ini saya tes kesehatan. Sebelumnya di sini (Terminal Kampung Rambutan) tidak ada kayak beginian," sebutnya.

Petugas di tenda menyerahkan tabung kecil untuk tes urine. Dahri diminta ke toilet di bela­kang tenda itu mengisi tabung tes urine. Tak lama tabung dikembalikan separuh terisi. Tabung diambil dan mulai diuji. Lima menit berlalu, hasilnya sudah bisa diketahui: urine Dahri bebas kandungan narkoba dan kencing manis.

Bukan pecandu dan pengidap diabetes tak membuat Dahri bisa melenggang meninggalkan tenda. Seorang petugas kes­ehatan dari Puskesmas Ciracas menanti Dahri di meja berikut­nya untuk pemeriksaan tekanan daerah. Hasilnya tensi darah sang sopir terdeteksi tinggi. Petugas puskesmas mencatat hasil pengukuran ke buku saku.

Pindah ke meja tengah, Dahri menjalani pemeriksaan gula darah. Salah satu jari tangannya ditusuk hingga mengeluarkan darah. Tetesannya diambil untuk dites. Hasilnya mengejutkan: kandungan gula dalam darah Dahri tinggi. Sampai 224.

Petugas wanita yang memer­iksa Dahri menasihati panjang lebar. Mulai dari pola makan, jenis yang dimakan hingga kebi­asaan ngopi. "Nggak boleh lagi minum kopi, ke puskesmas ter­dekat karena darahnya tinggi," saran petugas kesehatan itu.

Sempat berpikir sejenak, sang petugas akhirnya membubuhkan tanda tangan di selembar surat keterangan yang menyatakan Dahri laik mengemudi. Masih ada meja lagi yang harus dilalui sang sopir, yakni meja cek na­pas. Di meja ini bisa diketahui apakah pengemudi menengak miras beberapa waktu sebelum­nya. Hasilnya negatif.

Berbagai pemeriksaan keseha­tan itu makan waktu sampai 20 menit. Selama itu pula penump­ang bus menunggu sopir agar bisa berangkat dari terminal.

Dahri mengatakan tak ke­beratan menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum berangkat. "Ya positif saja agar tahu kon­disi badan," katanya. Mengikuti rekomendasi petugas kesehatan, ia berjanji akan mengganti menu makannya dari nasi ke jagung agar gula darahnya turun.

Kemarin, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) turun ke Terminal Rambutan untuk melakukan pemeriksaan terh­adap bus-bus antar kota dan para pengemudinya.

Dari pagi hingga menjelang tengah hari, petugas telah me­meriksa secara acak 19 bus antar kota berikut pengemudinya. Hanya 1 bus lolos yang lolos pemeriksaan tanpa catatan. Sepuluh bus mendapat catatan maupun tetap boleh jalan. Sedangkan 8 bus dilarang berangkat.

Hestiyanto, penguji dari Kemenhub mengatakan aksi ini akan dilakukan berkala. Ia mengungkapkan, bus yang dapat catatan namun diperbolehkan jalan karena kondisinya memang laik. Hanya kurang lengkap alat keselamatannya. Tidak ada alat pemecah kaca maupun apar. Jika bus sudah dilengkapi alat pem­adam, petugas mengecek jadwal pemeriksaan isinya.

Menteri Perhubungan Ignasius Jonan sempat meninjau pemer­iksaan yang dilakukan anak buahnya di Terminal Rambutan. Ia melihat-lihat bus Budiman ju­rusan Jakarta-Tasikmalaya yang sedang diinspeksi.

Ia menyaksikan anak buah­nya memeriksa lampu-lampu rem, roda hingga asap knalpot. Menggendong mesin standar Euro 2, bus itu mengeluarkan asap knalpot yang jernih.

Usai mengecek bus, Jonan be­ranjak ke tenda pemeriksaan kese­hatan. Para petugas menyuguhkan hasil pemeriksaan sopir dari pagi hingga menjelang siang. Bekas dirut PTKereta Api Indonesia (KAI) itu juga menyaksikan para petugas melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap sopir.

"Ini salah satu upaya untuk meningkatkan keselamatan (per­jalanan)," ujar Jonan sebelum meninggal Terminal Kampung Rambutan.
 
Uji Fisik Cuma Lihat Kondisi Badan Dan Surat-surat Bus

 Tak Ada Teknisi Di Terminal

 Kepala Terminal Kampung Rambutan Laudin Situmorang tak sanggup jika harus melaku­kan pemeriksaan kendaraan ala uji kir terhadap setiap bus yang akan meninggalkan terminal ini. Ia beralasan tidak memi­liki teknisi untuk melakukan pengujian itu.

Ia menyebutkan pemeriksaan terhadap puluhan bus di terminal kemarin, ditangani Kementerian Perhubungan (Kemenhub). "Kita hanya cek surat saja seringnya," ujar Laudin.

Selama ini, kata Laudin, pe­meriksaan kelaikan bus hanya dilakukan sebatas pandangan mata saja. Ia mencontohkan, bus yang sudah terlihat tua alias sudah doyok dan keropos dipastikan tidak boleh men­gangkut penumpang. Ini pun tak setiap hari dilakukan.

Petugas terminal hanya rutin memeriksa dokumen-dokumen kendaraan saja. Misalnya surat keterangan lulus kir. Jika surat keterangan itu sudah habis masa berlakunya, pengemudi bus ditilang.

Belum genap sebulan menja­bat Kepala Terminal Kampung Rambutan, Laudin menyebut­kan masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk mem­benahi kondisi terminal agar lebih baik.

Pria bertubuh besar itu men­gungkapkan telah menggelar operasi terhadap calo. Hasilnya tiga orang calo ditangkap dan dilaporkan ke polisi. Ia ingin memastikan penumpang nya­man naik angkutan umum dari terminal ini.

"Sekarang penjual tiket su­dah pasang papan tarif, cek saja," kata Laudin. Puluhan Perusahaan Otobus (PO) yang beroperasi di terminal ini su­dah memajang tarif perjalanan di loketnya.

Saat Kementerian Perhubungan turun mengecek kondisi angkutan umum, kemarin, han­ya sedikit bus yang masuk ke terminal. Hanya beberapa bus yang terlihat parkir menunggu penumpang.

Bus yang mejeng itu semuanya bagus. Di badannya terpasang tulisan "Euro2" bahkan ada yang "Euro3". Bisa dipastikan bus-bus itu telah lolos uji emisi.

Kenapa tidak terlihat bus jelek yang ngetem? Atau jangan-jan­gan bus itu dilarang ke terminal selama inspeksi Kemenhub? "Keberadaan bus itu situasional saja, banyak juga yang masih di jalan," kata Laudin.

Organda Minta Insentif Pajak Jika Ganti Bus Baru

Ikuti Standar Pelayanan Kemenhub
 

 Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Organisasi Angkutan Darat (DPP Organda) Eka Sari Lorena Soerbakti turut dalam rombongan Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan saat melakukan inspeksi keselamatan angkutan umum di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, kemarin.

Eka mendukung langkah pemerintah meningkatkan pelayanan angkutan umum darat. Namun, peningkatan pelayanan itu harus diimbangi dengan kepedulian pemerintah terhadap pelaku usaha Perusahaan Otobus (PO).

Menurut Eka, saat ini peru­sahaan bus mengandalkan tarif untuk memutar roda ekonomi perusahaan. Namun, tarif yang dianggap terlalu murah ini memberatkan pelaku usaha untuk bisa memberikan pe­layanan terbaik.

"Jangan hanya mengandal­kan tarif untuk memberikan pelayanan yang maksimal ke­pada masyarakat," ujar Eka.

Ia mencontohkan, tarif bus dari Jakarta ke Tasikmalaya, Jawa Barat hanya sekitar Rp 80 ribu. Tarif ini terbilang murah. Tak bisa menutupi operasional perusahaan otobus yang sudah menggunakan armada Euro3 dan Euro4.

"Harga sasis armada itu saja mencapai angka Rp 800 juta," katanya.

"Kalau hanya dari tarif sulit memenuhi standar pelayanan yang sudah dicanangkan pemerintah," ungkapnya.

Eka mengusulkan perusa­haan otobus mendapat keringanan pajak jika memperbarui armadanya agar bisa mening­katkan pelayanan.

"Kalau kami ganti kendaraan baru, itu diberikan keringanan pajak, makin banyak kend­araan yang dibeli semakin ren­dah pajaknya, jadi para pemilik armada tidak hanya mengan­dalkan tarif," tegasnya.

Ia berharap pemerintah bisa memberikan insentif seperti itu kepada perusahaan yang bergerak di jasa angkutan darat. Menurut dia, angkutan darat masih dibutuhkan.

"Pelayanan terbesar untuk distribusi orang dan barang di seluruh dunia, 60-90 persen dilakukan oleh angkutan um­um jalan raya, baik angkutan penumpang maupun barang," katanya.

Perempuan yang juga men­jabat Direktur PTEka Sari Lorena Group itu memaparkan, di Tanah Air, moda trans­portasi ini paling favorit. Sebab tarifnya terjangkau. Penumpang juga sudah pintar dalam memilih sarana untuk bepergian.

"Jika busnya jelek, mereka tidak mau naik," katanya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA