Membentang di lajur keluar bus antar kota. Di bawahnya berdiri sejumlah tenda biru besar. Setiap bus antar kota yang akan berangkat mengantar penumpang ke sejumlah jurusan harus menÂjalani pemeriksaan di tenda ini.
Puluhan petugas berseragam khas aparat Perhubungan berkeliÂaran di sekitar posko. Mereka juga mengenakan rompi oranye yang terlihat masih baru dan mencolok. Mereka menyetop setiap bus yang melintas di lajur keluar. Sopir yang busnya dicegat diminta masuk ke dalam tenda. Di dalam tenda berukuran 4x8 meter itu, sopir akan menghadap lima meja pemeriksaan kesehatan.
Dahri, sopir bus Agra jurusan Bogor-Karawang menepikan kendaraan yang dikemudikan ketika dicegat petugas.
"Mana surat-suratnya?" tanya petugas yang naik ke bus dari pintu penumpang. Dengan tangÂkas, Dahri pun menunjukkan sejumlah dokumen kendaraan. Lalu berpindah tangan ke tangan ke tangan petugas. Sambil memerÂiksa keabsahan dan masa berlaku surat-surat kendaraan, petugas itu menyuruh Dahri masuk ke tenda.
Seorang petugas lalu mengÂgantikan posisi Dahri di kursi pengemudi. Ia mengecek pedal gas, rem dan kopling dengan cara menginjaknya. Selanjutnya menekan sejumlah tombol di dashboard dan dekat kemudi untuk mengecek fungsinya.
Petugas lain yang mengitari bus akan memberikan tanda jika lampu besar, sign, rem hingga mundur menyala. Petugas di luar bus juga mengamati body hingga ketebalan maupun kondisi ban.
Sementara petugas yang naik ke bus memeriksa kelengkapan alat-alat keselamatan. Mulai dari palu pemecah kaca hingga alat peÂmadam kebakaran ringan (apar). Kendaraan yang dikemudikan Dahri dianggap laik jalan.
Dari dalam tenda, Dahri menyaksikan petugas melakukan pemeriksaan ala uji KIR terhadap busnya. Meski bus dianggap laik jalan, surat-surat kendaraan belum dikembalikan ke Dahri. Giliran pria itu yang menjalani pemeriksaan kesehatan.
"Baru kali ini saya tes kesehatan. Sebelumnya di sini (Terminal Kampung Rambutan) tidak ada kayak beginian," sebutnya.
Petugas di tenda menyerahkan tabung kecil untuk tes urine. Dahri diminta ke toilet di belaÂkang tenda itu mengisi tabung tes urine. Tak lama tabung dikembalikan separuh terisi. Tabung diambil dan mulai diuji. Lima menit berlalu, hasilnya sudah bisa diketahui: urine Dahri bebas kandungan narkoba dan kencing manis.
Bukan pecandu dan pengidap diabetes tak membuat Dahri bisa melenggang meninggalkan tenda. Seorang petugas kesÂehatan dari Puskesmas Ciracas menanti Dahri di meja berikutÂnya untuk pemeriksaan tekanan daerah. Hasilnya tensi darah sang sopir terdeteksi tinggi. Petugas puskesmas mencatat hasil pengukuran ke buku saku.
Pindah ke meja tengah, Dahri menjalani pemeriksaan gula darah. Salah satu jari tangannya ditusuk hingga mengeluarkan darah. Tetesannya diambil untuk dites. Hasilnya mengejutkan: kandungan gula dalam darah Dahri tinggi. Sampai 224.
Petugas wanita yang memerÂiksa Dahri menasihati panjang lebar. Mulai dari pola makan, jenis yang dimakan hingga kebiÂasaan ngopi. "Nggak boleh lagi minum kopi, ke puskesmas terÂdekat karena darahnya tinggi," saran petugas kesehatan itu.
Sempat berpikir sejenak, sang petugas akhirnya membubuhkan tanda tangan di selembar surat keterangan yang menyatakan Dahri laik mengemudi. Masih ada meja lagi yang harus dilalui sang sopir, yakni meja cek naÂpas. Di meja ini bisa diketahui apakah pengemudi menengak miras beberapa waktu sebelumÂnya. Hasilnya negatif.
Berbagai pemeriksaan kesehaÂtan itu makan waktu sampai 20 menit. Selama itu pula penumpÂang bus menunggu sopir agar bisa berangkat dari terminal.
Dahri mengatakan tak keÂberatan menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum berangkat. "Ya positif saja agar tahu konÂdisi badan," katanya. Mengikuti rekomendasi petugas kesehatan, ia berjanji akan mengganti menu makannya dari nasi ke jagung agar gula darahnya turun.
Kemarin, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) turun ke Terminal Rambutan untuk melakukan pemeriksaan terhÂadap bus-bus antar kota dan para pengemudinya.
Dari pagi hingga menjelang tengah hari, petugas telah meÂmeriksa secara acak 19 bus antar kota berikut pengemudinya. Hanya 1 bus lolos yang lolos pemeriksaan tanpa catatan. Sepuluh bus mendapat catatan maupun tetap boleh jalan. Sedangkan 8 bus dilarang berangkat.
Hestiyanto, penguji dari Kemenhub mengatakan aksi ini akan dilakukan berkala. Ia mengungkapkan, bus yang dapat catatan namun diperbolehkan jalan karena kondisinya memang laik. Hanya kurang lengkap alat keselamatannya. Tidak ada alat pemecah kaca maupun apar. Jika bus sudah dilengkapi alat pemÂadam, petugas mengecek jadwal pemeriksaan isinya.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan sempat meninjau pemerÂiksaan yang dilakukan anak buahnya di Terminal Rambutan. Ia melihat-lihat bus Budiman juÂrusan Jakarta-Tasikmalaya yang sedang diinspeksi.
Ia menyaksikan anak buahÂnya memeriksa lampu-lampu rem, roda hingga asap knalpot. Menggendong mesin standar Euro 2, bus itu mengeluarkan asap knalpot yang jernih.
Usai mengecek bus, Jonan beÂranjak ke tenda pemeriksaan keseÂhatan. Para petugas menyuguhkan hasil pemeriksaan sopir dari pagi hingga menjelang siang. Bekas dirut PTKereta Api Indonesia (KAI) itu juga menyaksikan para petugas melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap sopir.
"Ini salah satu upaya untuk meningkatkan keselamatan (perÂjalanan)," ujar Jonan sebelum meninggal Terminal Kampung Rambutan.
Uji Fisik Cuma Lihat Kondisi Badan Dan Surat-surat Bus Tak Ada Teknisi Di Terminal Kepala Terminal Kampung Rambutan Laudin Situmorang tak sanggup jika harus melakuÂkan pemeriksaan kendaraan ala uji kir terhadap setiap bus yang akan meninggalkan terminal ini. Ia beralasan tidak memiÂliki teknisi untuk melakukan pengujian itu.
Ia menyebutkan pemeriksaan terhadap puluhan bus di terminal kemarin, ditangani Kementerian Perhubungan (Kemenhub). "Kita hanya cek surat saja seringnya," ujar Laudin.
Selama ini, kata Laudin, peÂmeriksaan kelaikan bus hanya dilakukan sebatas pandangan mata saja. Ia mencontohkan, bus yang sudah terlihat tua alias sudah doyok dan keropos dipastikan tidak boleh menÂgangkut penumpang. Ini pun tak setiap hari dilakukan.
Petugas terminal hanya rutin memeriksa dokumen-dokumen kendaraan saja. Misalnya surat keterangan lulus kir. Jika surat keterangan itu sudah habis masa berlakunya, pengemudi bus ditilang.
Belum genap sebulan menjaÂbat Kepala Terminal Kampung Rambutan, Laudin menyebutÂkan masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk memÂbenahi kondisi terminal agar lebih baik.
Pria bertubuh besar itu menÂgungkapkan telah menggelar operasi terhadap calo. Hasilnya tiga orang calo ditangkap dan dilaporkan ke polisi. Ia ingin memastikan penumpang nyaÂman naik angkutan umum dari terminal ini.
"Sekarang penjual tiket suÂdah pasang papan tarif, cek saja," kata Laudin. Puluhan Perusahaan Otobus (PO) yang beroperasi di terminal ini suÂdah memajang tarif perjalanan di loketnya.
Saat Kementerian Perhubungan turun mengecek kondisi angkutan umum, kemarin, hanÂya sedikit bus yang masuk ke terminal. Hanya beberapa bus yang terlihat parkir menunggu penumpang.
Bus yang mejeng itu semuanya bagus. Di badannya terpasang tulisan "Euro2" bahkan ada yang "Euro3". Bisa dipastikan bus-bus itu telah lolos uji emisi.
Kenapa tidak terlihat bus jelek yang ngetem? Atau jangan-janÂgan bus itu dilarang ke terminal selama inspeksi Kemenhub? "Keberadaan bus itu situasional saja, banyak juga yang masih di jalan," kata Laudin.
Organda Minta Insentif Pajak Jika Ganti Bus Baru Ikuti Standar Pelayanan Kemenhub
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Organisasi Angkutan Darat (DPP Organda) Eka Sari Lorena Soerbakti turut dalam rombongan Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan saat melakukan inspeksi keselamatan angkutan umum di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, kemarin.
Eka mendukung langkah pemerintah meningkatkan pelayanan angkutan umum darat. Namun, peningkatan pelayanan itu harus diimbangi dengan kepedulian pemerintah terhadap pelaku usaha Perusahaan Otobus (PO).
Menurut Eka, saat ini peruÂsahaan bus mengandalkan tarif untuk memutar roda ekonomi perusahaan. Namun, tarif yang dianggap terlalu murah ini memberatkan pelaku usaha untuk bisa memberikan peÂlayanan terbaik.
"Jangan hanya mengandalÂkan tarif untuk memberikan pelayanan yang maksimal keÂpada masyarakat," ujar Eka.
Ia mencontohkan, tarif bus dari Jakarta ke Tasikmalaya, Jawa Barat hanya sekitar Rp 80 ribu. Tarif ini terbilang murah. Tak bisa menutupi operasional perusahaan otobus yang sudah menggunakan armada Euro3 dan Euro4.
"Harga sasis armada itu saja mencapai angka Rp 800 juta," katanya.
"Kalau hanya dari tarif sulit memenuhi standar pelayanan yang sudah dicanangkan pemerintah," ungkapnya.
Eka mengusulkan perusaÂhaan otobus mendapat keringanan pajak jika memperbarui armadanya agar bisa meningÂkatkan pelayanan.
"Kalau kami ganti kendaraan baru, itu diberikan keringanan pajak, makin banyak kendÂaraan yang dibeli semakin renÂdah pajaknya, jadi para pemilik armada tidak hanya menganÂdalkan tarif," tegasnya.
Ia berharap pemerintah bisa memberikan insentif seperti itu kepada perusahaan yang bergerak di jasa angkutan darat. Menurut dia, angkutan darat masih dibutuhkan.
"Pelayanan terbesar untuk distribusi orang dan barang di seluruh dunia, 60-90 persen dilakukan oleh angkutan umÂum jalan raya, baik angkutan penumpang maupun barang," katanya.
Perempuan yang juga menÂjabat Direktur PTEka Sari Lorena Group itu memaparkan, di Tanah Air, moda transÂportasi ini paling favorit. Sebab tarifnya terjangkau. Penumpang juga sudah pintar dalam memilih sarana untuk bepergian.
"Jika busnya jelek, mereka tidak mau naik," katanya. ***