Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tak Laku Dilelang, Artefak dari Kapal China Dipajang di KKP

Harta Karun di Perairan Indonesia

Rabu, 18 Februari 2015, 10:00 WIB
Tak Laku Dilelang, Artefak dari Kapal China Dipajang di KKP
ilustrasi
rmol news logo Etalase di kantor Sekretariat Panitia Nasional Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) di lantai 7 gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadi tempat memamerkan benda-benda yang sudah berusia ratusan tahun. Artefak yang dipajang di sini adalah hasil pengangkatan harta karun di perairan Nusantara.
 
Mangkok, teko, manik-manik dan koin diangkat dari perai­ran Cirebon, Jawa Barat, 16 tahun silam. "Ada juga meriam dari perairan Belitung Timur, Kepulauan Riau," ujar Yuki, pegawai Sekretariat Panitia Nasional.

Meriam yang panjangnya sekitar 1 meter itu terbuat dari batu. Di kepalanya ada ukiran naga. Sementara di bagian be­lakang meriam ada tempat me­nyulut mesin. Asal-usul meriam ini masih diteliti.

Yuki membuka lemari kaca yang sebelumnya dikunci. Perlahan-lahan, perempuan yang bergelar sarjana arkeologi itu mengeluarkan harta karun yang ditemukan di perairan Cirebon dikeluarkan.

Kata dia, artefak ini sering dipamerkan untuk kepentingan akademis maupun pameran di museum. Terakhir, dipinjam untuk dipamerkan di Medan.

Harta karun ini diangkat dari badan kapal kargo asal China yang tenggelam ratusan tahun lalu di perairan Cirebon. Keberadaan harta karun ini setelah nelayan menemukan bangkai kapal pada 2004 lalu. Kapal itu karam di perairan dangkal. Kedalamannya hanya 187 kaki.

Proses pengangkatan dilakukan PT Paradigma Putra Sejahtera (PPS) bekerja sama den­gan perusahaan yang berbasis di Dubai, yaitu Cosmix Underwater Research Ltd. Cosmix milik Luc Heymens, pemburu harta karun asal Belgia.

Dua perusahaan tersebut melakukan penyelaman sampai 22 ribu kali untuk mengangkut harta karun itu dari dasar laut selama periode Februari 2004 sampai Oktober 2005. Dengan modal yang besar dan teknologi canggih, akhirnya harta karun tersebut berhasil diangkat.

Harta karun tersebut berupa batu rubi, perhiasan emas, batu kristal dari Dinasti Fatimiyah, gelas dari Iran, dan porselen indah dari China peninggalan tahun 976 Masehi.

Ada juga vas bunga terbesar dari Dinasti Liao peninggalan tahun 907 sampai 1125 M, dan keramik Yue Mise dari era Lima Dinasti (907-960 M) berwarna hijau khusus untuk Kaisar.

Yang lainnya, bebatuan ber­harga seperti 11.000 mutiara, 4.000 rubi, 400 safir merah, dan lebih dari 2.200 batu akik. Diperkirakan nilai total harta karun itu Rp 720 miliar.

Hanya sebagian kecil arte­fak yang dipajang di kantor Sekretariat Panitia Nasional BMKT. Selebihnya disimpan disimpan di gudang yang be­rada di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Gudangnya mirip pabrik. Luasnya seperempat lapangan bola. Di dalamnya disimpan harta karun hasil pengangkatan dari laut. Ditempatkan dalam rak besi bertingkat empat.

"Di warehouse (gudang) kebanyakan dari (perairan) Cirebon," terang Yuki.

Sekalipun disimpan seadanya selama bertahun-tahun, Yuki memastikan tidak ada artefak yang rusak akibat tak dirawat khusus. Ia menyebutkan, benda-benda tersebut telah melalui proses desalinasi (pemisahan) kadar garam. Sebelum disimpan, seluruh harta karun itu direndam dalam air tawar hingga hilang kadar garamnya.

"Tanpa proses desalinasi, harta karun terangkat dari lautan akan rusak," jelasnya.

Harta karun yang diangkat dari perairan Cirebon ini per­nah dilelang. Namun tak laku. Tercatat sudah tiga kali digelar lelang yakni pada 5 Mei, 21 Juni dan terakhir 14 Oktober 2010. Artefak ini tak laku bukan karena tak punya nilai sejarah. Namun karena lelangnya boron­gan. Bukan eceran.

Rusman Hariyanto, Kepala Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan mengatakan, pe­serta lelang harus menyetorkan uang jaminan 20 persen dari harga taksiran Rp 720 miliar. Jumlahnya sekitar Rp 16 juta dolar AS.

"Itu pun harus dirupiahkan juga," ujar Rusman.

Menurut dia, banyak kolektor yang berminat atas harta karun itu. Namun, mereka tak mampu jika harus membeli secara bo­rongan. Pihaknya tengah melobi Kementerian Keuangan agar memperbolehkan BMKT dijual secara satuan, sehingga uang jaminannya juga tak besar.

Lantaran investor yang men­gangkat harta karun ini sudah mengeluarkan modal besar, diputuskan 271.834 artefak hasil pengangkatan dari laut Cirebon dibagi dua.

Sebanyak 900 artefak yang menjadi bagian pemerintah RI diserahkan kepada Kementerian Pendidikan untuk keperluan pendidikan dan penelitian. Sisanya disimpan di gudang di Sekretariat Panitia Nasional BMKT di Cileungsi.

Harry Widianto, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah mengatakan, harta karun laut Cirebon yang diserahkan untuk keperluan penelitian disimpan di Galeri Nasional di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat.

"Kondisinya masih baik," ujar Harry.

Pemburu Harta Karun Raup Rp 923 Miliar
Dilelang di Singapura

Harta karun yang paling menarik perhatian yang diangkat dari perairan Cirebon ada­lah gagang pedang berlapis emas. Artefak itu diminta pemerintah dan disimpan di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.

"Harta karun Cirebon kita simpan dalam brankas di kantor biar aman," ujar Kepala Perlindungan, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Widiyati.

Widiyati bilang, pemerintah memiliki hak untuk mengam­bil satu unit setiap jenis harta karun yang ditemukan di perai­ran Indonesia. Termasuk, harta karun dari perairan Cirebon.

Dikatakan, ada dua gagang pedang berlapis emas yang di­angkat dari kapal kargo China yang karam di perairan Cirebon ratusan tahun lalu. Satu bagian pemerintah. Satu lagi hak Cosmix, perusahaan milik Luc Heymens, pemburu harta karun dari Belgia.

Selain gagang pedang emas, artefak lainnya yang diangkat dari perairan Cirebon adalah batu berukir dan kristal khas dari Dinasti Fatimiyah di Mesir, gelas minum dari Mesopotamia, mutiara, perunggu dan emas dari Malaysia dan porselen kekaisa­ran China.

Berbeda dengan pemerintah, Cosmix berhasil menjual semua harta karun yang menjadi jatah­nya. Dalam lelang yang digelar di Singapura, Luc Heymans bisa mengantongi 80 juta dolar AS atau setara Rp 923 miliar dari perburuan harta karun di perairan Cirebon. Jumlah yang fantastis.

Pemerintah Mau Angkat Harta Karun di Perairan Bintan

Pemerintah kembali akan mengangkat harta karun dari dasar laut. Kali ini kapal China yang karam di perairan Bintan, Kepulauan Riau. Kapal yang memuat barang-barang berhar­ga itu berasal dari masa Dinasti Ming (1368-1644 M).

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga bakal menggandeng Cosmix, perusa­haan milik Luc Heymens, pem­buru harta karun asal Belgia. Perusahaan itu telah memiliki perwakilan di Jakarta.

Rusman Hariyanto, Kepala Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan, KKP, menjelaskan, harta karun yang akan diangkat di perairan Bintan itu termasuk kategori Benda Muat Kapal Tenggelam (BMKT). BMKT itu bisa diangkat jika masa tenggelamnya sudah lebih dari 50 tahun.

Kapal yang akan diangkat, sebut dia, sudah dalam kondisi hancur. Tim Cosmix Asia telah melakukan penyelaman pada Januari lalu. Hasilnya, di dalam kapal itu ditemukan beberapa benda penting peninggalan zaman Dinasti Ming seperti mangkok, guci hingga perkakas rumah tangga lainnya.

"Jadi ini kan sudah dilaku­kan tim survei 1 bulan yang lalu. Dari situ mereka ambil contoh, yaitu 10 benda diambil ke atas dan disetujui untuk diangkat. Ada mangkok dan ada piring," imbuhnya.

Menurut Rusman, proses pengangkatan kapal ini tinggal menunggu izin dari Pemerintah Daerah (Pemda) setempat. Nantinya proses pengang­katan melibatkan TNI AL, Kepolisian, KKP hingga Dinas Kebudayaan setempat.

"Setelah diangkat biaya yang dikelurkan perusahaan kan 100 persen kita hitung. (Harta ka­runnya) kita jual dan lelang. Kalau laku 50 persen untuk negara, 50 persen untuk peru­sahaan swasta. Tetapi kita pilih BMKT untuk koleksi negara," pungkasnya.

Sebelumnya, pemerin­tah bersama Cosmix pernah melakukan pengangkatan di perairan Cirebon Jawa Barat, tahun 2004-2005. Artefak yang diketemukan dibagi dua antara pihak pemerintah dengan in­vestor swasta yang menang­gung biaya pengangkatan.

Tak laku dilelang borongan, artefak bagian pemerintah akhirnya disimpan di gudang Sekretariat Panitia Nasional BMKT di Cileungsi, Bogor. Sebagian diserahkan ke Kementerian Pendidikan un­tuk keperluan pendidikan dan penelitian.

Bagaimana dengan harta karun Bintan? Rusman bilang, usai diangkat dari laut akan disimpan di gudang di Bintan. Beberapa artefak akan dipi­lih dan diserahkan ke museum untuk dipamerkan maupun pe­nelitian. Sisanya dilelang. Pola bagi hasil lelang juga sama: 50 persen untuk pemerintah dan 50 persen untuk Cosmix. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA