Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Lubang Bekas Galian Sudah Ditutup Aspal

Proyek Sodetan Ciliwung-Kanal Banjir Timur Molor

Rabu, 11 Februari 2015, 10:00 WIB
Lubang Bekas Galian Sudah Ditutup Aspal
ilustrasi, Proyek Sodetan Ciliwung-Kanal Banjir Timur
rmol news logo Proyek pengendalian banjir Jakarta yang dikerjakan pemerintah pusat berjalan lambat. Belum rampung, ibukota keburu dihantam banjir. Kawasan Istana pun sempat tergenang.
 
Salah satu proyek pengenda­lian banjir adalah pembuatan so­detan yang menghubungan Kali Ciliwung dengan Kanal Banjir Timur (KBR). Selama ini, air Kali Ciliwung dibuang ke Kanal Banjir Barat (KBB). Pada 2013 lalu, tanggul KBB di Latuharhary jebol akibat tingginya debit air. Kawasan Sudirman-Thamrin terendam. Bahkan, Istana keban­jiran hingga sebetis.

Sejak peristiwa itu, muncul rencana mengalihkan sebagian air Kali Ciliwung ke KBT lewat sodetan sepanjang 1,2 kilometer. Mulai dikerjakan akhir 2013, kemajuan proyek ini tak menggembirakan.

Sesuai rencananya, sodetan akan dibuat di kedalaman 9 meter di bawah tanah. Sodetan yang memiliki diameter 3,5 meter akan dibuat dari dua titik. Yakni sisi outlet di kawasan Kebon Nanas, Jakarta Timur. Kemudian sisi inlet di Kampung Bidaracina. Penggalian dari sisi outlet dan inlet akan bertemu di titik arriving shaft. Titik ini berada di tengah badan Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) III, Cipinang Cempedak.

Rakyat Merdeka menelusuri area sodetan sepanjang 1,2 kilo­meter, mulai dari titik outlet, ar­riving shaft hingga outlet. Pintu proyek titik outlet di pinggir KBT terbuka kurang satu meter. Sebuah rubber cone berada di tengahnya. Selain pekerja berpakaian lengkap, dilarang melintas area tersebut.

Di sisi kanan pintu, terdapat pos keamanan tempat melapor siapa pun yang datang. Di pos itu Wahyu berjaga. Ia tak mem­perkenankan Rakyat Merdeka masuk ke lokasi titik outlet karena berbahaya. "Sekarang lagi musim banjir," dalihnya.

Lahan bekas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina, di Jalan DI Panjaitan, Kebon Nanas dijadikan tempat untuk menaruh alat berat un­tuk penggalian titik outlet. Di antaranya dua mata bor raksasa setinggi empat meter, eskavator, dan alat bor.

Tidak banyak aktivitas terlihat dari depan pintu proyek. Melongok ke dalam, hanya terlihat sebuah crane yang menjulang hingga ketinggian sekitar 15 meter. Sebuah tali menjulur kencang ke bangian bawah.

Di rangka crane tertulis ajakan utamakan keselamatan dan kesehatan kerja. Di sisi kiri imbauan tersebut, terpampang lambang PT Wika. Perusahaan Wijaya Karya (Wika) adalah kontraktor dalam proyek tersebut.

Deru alat-alat berat bekerja tak terdengar dari depan pintu proyek. Suara bising kendaraan di Jalan DI Panjaitan, lebih nyaring di area tersebut. Melongok ke dalam pintu proyek, tidak ter­lihat para pekerja wara-wiri di sore hari kemarin.

Menurut Wahyu, jumlah pekerja jauh berkurang dibandingkan aktivitas akhir tahun 2014. Ia mengungkapkan titik outlet sudah ditanam mesin bor rak­sasa. Mesin bor dari Jepang itu memiliki tinggi empat meter. Bor itu ditaruh pada kedalaman 12 meter.

"Ada dua bor yang ditanam," terang Wahyu.

"Tapi belum bisa ngebor, banyak kendala," kata Wahyu. Salah satu kendalanya belum rampung pembebaskan lahan yang terkena proyek ini.

Bergeser ke titik arriving shaft di tengah badan Jalan Otista III, tak terlihat ada pengerjaan proyek. Enam bulan lalu, di jalanan itu macet parah lantaran di ten­gah jalan ada penggalian lubang. Kini arus lalu lintas di jalan penghubung dari Jalan Otista ke Kebon Nanas ini lancar.

Tak terlihat lubang bekas penggalian arriving shaft di jalan ini. Semua lubang bekas galian sudah tertutup. Kemudian ditu­tupi aspal. Jalan itu pun kembali mulus.

Yatno, penjaga warung di jalan ini menyebutkan penggalian sudah rampung sejak September 2014. Penggalian dimulai Mei 2014. "Ini jalan Otista III lancar sejak enggak ada proyek itu," katanya.

Rakyat Merdeka kemudian menelusuri kawasan Kampung Bidaracina yang akan dijadikan titik inlet. Di kawasan itu, sama sekali tidak ada tanda-tanda pengerjaan proyek. Baik pen­empatan alat-alat berat, maupun para pekerja.

Pekan lalu, Sekertaris Kotamadya Jakarta Timur, Arifin mendatangi pemukiman warga yang terkena proyek sodetan Ciliwung-KBT. "Untuk kepentingan pembangunan sodetan tersebut, memang akan ada pembebasan lahan milik warga," kata Arifin kepada warga.

Ibnu S, perwakilan dari PT Wijaya Karyaâ€"yang mengerja­kan sodetanâ€"mengklaim proyek ini tetap berjalan. Pihaknya akan melakukan pengeboran di keda­laman 16 meter di bawah tanah dengan alat yang didatangkan dari Jepang.

Saat pengeboran dilaksana­kan, kata Ibnu, tidak akan terjadi kegaduhan di atasnya. "Tidak akan ada getaran di atasnya," pungkasnya.

Ditargetkan Selesai Maret 2015, Baru Rampung 11 Persen

Lahan Belum Dibebaskan

Penyelesaianpembua­tan sodetan Ciliwung-Kanal Banjir Timur (KBT) dipastikan mundur. Kepala Balai Besar Ciliwung-Cisadane, Teuku Iskandar menyebut proyek sodetan ini tak selesai tepat waktu.

"Realisasi pekerjaan baru rampung 11 persen dari target 64 persen per Januari 2015," kata Iskandar.

Belum rampungnya pem­bebasan lahan di titik inlet di Bidaracina, Jakarta Timur menghambat proyek ini. Titik inlet adalah tempat masuknya air Kali Ciliwung yang akan dialihkan ke KBT. Titik ini be­rada di kedalaman 12 meter.

PT Wijaya Karya sebagai kontraktor, Iskandar menu­turkan, akhirnya mengambil solusi pekerjaan alternatif. Mereka mulai mengebor gorong-gorong kembar berdiameter 3,5 meter dari titik outlet di samping Kanal Banjir Timur, Kebon Nanas.

"Empat cincin gorong-gorong yang masing-masing sepanjang 2,5 meter sudah masuk secara horizontal pada pekan lalu," ujarnya.

Iskandar menambahkan, bor raksasa yang dibeli PT Wijaya Karya punya kemampuan menembus tanah sepanjang 600 meter. Terhitung sejak pengeboran dimulai, kata dia, mata bor akan muncul di titik arriving shaft di Jalan Otista III, setelah 120 hari.

"Berarti bila pengeboran tuntas sampai Jalan Otista III, pekerjaan rampung 50 persen," kata Iskandar.

Dia menargetkan bila pembebasan lahan di Bidara Cina tak menemui hambatan, so­detan bisa rampung pada Desember 2015. Saat itu, dua gorong-gorong kembar mampu mengalirkan volume air Kali Ciliwung hingga 60 meter kubik per detik.

Sekadar informasi, proyek yang dikerjakan PT Wika sebe­sar Rp 492,6 miliar itu menga­lami revisi target penyelesaian. Dari jadwal pekerjaan semula yakni Desember 2013-Maret 2015, diperpanjang hingga Desember 2015.

Panjang sodetan memben­tang sejauh 1,27 km dengan diameter berupa dua gorong-gorong. Satu gorong-gorong berdiameter 3,5 meter. Tercatat, pekerjaan yang sudah diram­pungkan hingga kini adalah titik outlet KBT, dan arriving shaft di Jalan Otista III.

Yang sedang dikerjakan, pengeboran dan pasang cincin beton. Sedangkan yang belum dikerjakan sama sekali adalah pembebasan 299 bidang tanah di Bidara Cina. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA