Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ada Poster Jimmy Hendrix Sampai Amy Winehouse

Museum Bahaya Narkoba Hendropriyono

Jumat, 06 Februari 2015, 09:49 WIB
Ada Poster Jimmy Hendrix Sampai Amy Winehouse
AM Hendropriyono
rmol news logo Departemen Keperawatan Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr Mintohadjo tampak sepi. Pintunya dari kaca hitam dikunci. Di belakang departemen ini berdiri gedung Tarempa berlantai empat. Akses masuk ke gedung tempat perawatan ini hanya bisa lewat Departemen Kesehatan.
 
Ada juga poster bergambar bagian-bagian tubuh yang men­gelupas kulitnya, memperlihat­kan daging dan tulang. Jari-jari tangan yang membusuk dan akhirnya putus. Bagian tubuh itu rusak akibat menggunakan narkoba bernama Krokodil. Narkoba jenis desomorphine itu diberi nama Krokodil karena dampaknya bisa menyebabkan bagian tubuh tercabik seperti digigit buaya.

Griya Anti Narkoba didirikan bekas Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono bersama bersama Komisaris Jenderal (Purn) Gorries Mere dan Inspektur Jenderal (Purn) Benny Mamoto. Dua nama terakhir adalah bekas Kepala dan Deputi Penindakan Badan Narkotika Nasional (BNN).

Griya Anti Narkoba yang berdiri di lahan seluas 1 hektar di Taman Indraloka ini merupakan museum narkoba pertama di Jakarta. Griya ini dibangun da­lam tanah milik Hendropriyono. Sedangkan konsep museumnya dibuat Benny.

"Sebelumnya Pak Benny su­dah mendirikan Yayasan Wale Anti Narkoba (YWANI) di Tompaso, Manado," kata Yadi, pen­jaga tempat ini.

Museum ini diresmikan pada 25 Juni 2014 oleh Gubernur DKIJakarta saat itu, Joko Widodo. Pendirian museum ini didukung aparat yang pernah terlibat da­lam pemberantasan narkoba di negeri ini. Mereka tergabung da­lam Asosiasi Purnawira Penegak Hukum Narkotika Indonesia (AP2HNI). Ketuanya Brigjen (Purn) Jeanne Mandangi.

Museum ini dibuka pukul 10.00-17.00 WIB setiap hari serta hari libur nasional. Konsep bangunannya minimalis. Tembok kanan, kiri, tengah, dan bagian dalam ruangan dilapisi kayu. Kayu tersebut disusun sede­mikian rupa, sehingga seolah membentuk gelombang. Meski tampak tak bersekat, bagian dalam Griya dibagi menjadi enam ruangan. Setiap bagian menampilkan tema berbeda-beda mengenai narkoba.

Saat Rakyat Merdeka berkun­jung, pintu Griya tampak ter­buka. Namun ruangan di dalam tampak remang. "Kebetulan hari ini belum ada pengunjung sama sekali. Jadi lampu sebagian di­matikan. Cuma di bagian dalam yang menyala," kata Yadi.

Ruangan pertama dari pintu masuk memang sengaja dibuat gelap. Ruangan ini terletak di sebelah kiri pintu masuk. Ketika memasuki bagian ini di dinding pembatas dipajang poster besar berwarna kuning dan hitam-putih yang mencolok. "Semua Bisa Kena," tulisannya.

Pada bagian hitam-putih terda­pat poster gambar selebritis top yang meninggal karena narko­ba, mulai Jim Morrison, Jimmy Hendrix, Whitney Houston, Kurt Cobain hingga Amy Winehouse.

Sebelah kanan poster, tepatnya di sudut kiri ruangan terdapat sebuah manekin yang meng­gunakan baju tahanan berwarna oranye, dan diatur dalam posisi sedang menyuntikkan narkoba ke lengan kirinya. Di dekat pa­tung tersebut ada dekorasi pintu penjara buatan, dan manekin lain yang memperlihatkan bagian organ dalam tubuh yang terkena dampak dari narkoba.

Ruangan kedua, adalah ru­angan yang berisi jenis-jenis narkoba. Ada tujuh rak dari kaca yang disusun membentuk huruf "L". Di rak ini dipamerkan jenis-jenis narkoba. Di rak pertama dipamerkan jenis-jenis ganja, kokain, dan opiod. Kemudian di rak kedua, yang dipamerkan adalah zat adiktif berbahaya dan psikotropika, seperti Megadon, Shabu, dan Valium. Terakhir di rak ketiga, zat berbahaya yang mudah ditemukan dalam ke­hidupan sehari-hari. Zat itu bila dihisap atau dihirup aromanya bisa menimbulkan efek mem­abukkan seperti narkoba.

"Di ruang bagian jenis-jenis narkoba dan ruang gelap, para pengunjung tidak diperkenankan mengambil gambar alias berpotret ria. Soalnya kurang mendidik kalau hanya foto tanpa penjelasan tentang bahayanya. Nanti takut disalahgunakan," tuturnya.

Ruangan berikutnya me­nampilkan dampak penggunaan narkoba. Ruangannya berben­tuk "L" juga. Pada bagian ini, terdapat berbagai poster yang menggambarkan kondisi peng­guna narkoba. Ada tiga poster besar yang dipasang. Di setiap poster terpampang gambar efek penggunaan narkoba dalam hi­tungan minggu, bulan dan tahun. Diperlikan kondisi kulit, mulut, jantung, dan hati yang rusak oleh narkoba.

Bagian berikutnya adalah ruang sejarah dan pandangan agama tentang narkoba. Bagian ini terletak di tengah. Isinya poster-poster bergambar yang menjelaskan tentang sejarah masuknya narkoba ke Indonesia, dan kutipan-kutipan kitab suci agama besar (Islam, Kristen, Hindu, Budha, dang Konghucu) tentang larangan menggunakan narkoba. Di salah satu post­er disebutkan narkoba masuk ke Indonesia di era Kerajaan Majapahit abad XIV atau sekitar 700 tahun silam.

Berikutnya bagian kelima, adalah ruangan penyebaran narkoba di Indonesia. Bagian ini berada tepat di seberang ruangan sejarah dan pandangan agama tentang narkoba. Pada bagian ini terdapat poster-poster ber­gambar yang menjelaskan ba­gaimana cara peredaran narko­ba di Indonesia. Poster-poster tersebut ditempel pada dinding kayu yang berada pada bagian belakang ruangan.

Ruangan terakhir, adalah bagian tentang BNNdan informasi soal rehabilitasi kecanduan narkoba. Bagian ini terletak di tengah, hingga pojok kanan ruangan Griya Anti Narkoba. Pada bagian ini berisi poster-poster bergam­bar tentang sejarah dan lembaga BNN, serta tempat rehabilitasi narkoba yang dimiliki BNN.

Yudi mengatakan, Griya ini dibangun untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya penggunaan narkoba. Pengunjung tidak dikenakan biaya. Mereka bisa langsung datang ke sini, dan cukup meng­isi buku tamu tyang tersedia di bagian depan.

"Kalau dari sekolahan, bisa mengkonfirmasi tentang kedatan­gannya. Tujuannya, agar disiap­kan pemandu, untuk membantu memberikan penjelasan tentang bahaya narkoba," jelas dia.

Menurut Yudi, sudah banyak masyarakat yang berkunjung ke Griya ini untuk mendapatkan pemahaman tentang bahaya narkoba. Selain murid sekolah, kata dia, kalangan pemerintahan dan aktivis juga sudah menda­tangi tempat tersebut. "Seingat saya, sejauh ini ada 13 sekolah yang sudah mengadakan study tour ke tempat ini. Pegawai dari kelurahan Cipinang dan Kelapa Dua Wetan juga sudah ke sini," pungkasnya.

Tak Dipungut Biaya, Pengunjung Bisa Lihat Satwa Liar


Selain bisa memperoleh in­formasi tentang bahaya narkoba, para pengunjung juga dapat ber­santai di taman yang berada tepat di seberang Griya Anti Narkoba. dalam taman ini pengunjung tidak hanya bisa duduk-duduk, tetapi juga melihat hewan-hewan yang dibiarkan berkeliaran.

"Hewan seperti landak, merak, soang dan elang dibiarkan bebas di taman ini. Itu adalah kebijakan dari pihak pengelola," ujar petugas jaga Griya Anti Narkoba, Yadi.

Taman tersebut cukup luas, dan terlihat sangat terawat. Rerumputan hijau yang memeuhi seisi taman terlihat rapi. Selain disediakan beberapa bangku panjang bagi pengunjung, pihak pengelola juga menyediakan sebuah perosotan kecil yang berada di sisi kanan taman untuk sarana bermain anak.

Pintu masuk ke taman tersebut, terdapat di pojok kiri parkiran sepeda motor. "Taman sebetulnya dibuka setiap hari dari pukul 10.00 WIB sampai 17.00 WIB. Tapi hari ini sedang ditutup. Nanti akhir pekan dibuka lagi," kata dia.

Dia mengatakan, pihak pen­gelola tidak memungut biaya kepada para pengunjung yang ingin menikmati suasana terse­but. pengunjung hanya diminta untuk tidak mengganggu he­wan tersebut, seperti mencoba menangkapnya. Sebab hal itu dikhawatirkan, bisa membuat hewan menjadi stres.

"Selain itu pengunjung juga diminta untuk tidak memberi makan kepada hewan-hewan tersebut. Tujuannya agar kes­ehatan hewan-hewan tersebut terjaga. Pihak pengelola sudah memberi makanan secara teratur kok kepada mereka," jelas dia.

Areal parkir motor terdapat di sebelah kiri Taman Indraloka. Areal parkir yang tersedia cukup luas, bisa menampung puluhan sepeda motor. Untuk biaya parkir kendaraan, pengunjung dikena­kan biaya Rp 3.000 sekali parkir. Sedangkan bagi yang membawa mobil, dikenakan biaya Rp 5.000. Area parkir ini menyatu dengan Indraloka Family Park, yakni wahana hiburan air.

Yadi menambahkan, selain menikmati suasana taman, pen­gunjung bisa menikmati mu­seum binatang mini yang berada di sebelah kanan Griya Anti Narkoba. Di tempat tersebut, pengunjung bisa melihat berbagai macam binatang, yang diletak­kan dalam tabung kaca. untuk menikmati wahan tersebut, pengunjung juga tidak dikenakan biaya.

"Dalam museum tersebut, kami punya beberapa koleksi binatang yang diawetkan. Seperti harimau, cendrawasih, walubi, dan arwana," pungkasnya.

Hanya Orang Dewasa yang Boleh Nonton
Pemutaran Film Tentang Narkoba
Selain mendapatkan infor­masi melalui berbagai poster bergambar, para pengunujung juga akan disajikan film dokumenter berdurasi 15 menit, tentang bahaya narkoba. Pengunjung dapat menikmati pe­mutaran documenter tersebut di ruang pemutaran film.

"Kami punya ruang pemutaran film mengenai bahaya narkoba yang berdurasi 15 menit. Tapi, film ini hanya diperuntukkan bagi siswa SMAke atas," ujar Yadi, penjaga Griya Anti Narkoba, Taman Indraloka, Cipayung, Jakarta Timur.

Ruang pemutaran film be­rada di sudut kanan Griya. Untuk masuk ke ruangan terse­but pengunjung tinggal masuk ke sebuah pintu besi bercat biru tua, yang berada di sudut setelah diorama penyebaran narkoba di Indonesia.

Sebuah layar putih besar ter­pampang di bagian depan ruan­gan. Sementara di seberangnya terdapat kursi-kursi penonton berwarna biru tua yang disusun secara bertingkat. Kapasitas tempat duduk ruang film se­banyak 50 kursi.

Ruangan cukup nyaman dan berpendingin udara (air condi­tioner). "Film dokumenter itu adalah sumbangan dari Badan Narkotika Nasional (BNN). Untuk dapat menonton film, pengunjung juga tidak dipungut biaya sepeser pun," kata Yadi.

Menurut dia, saat ini pihak Griya Anti Narkoba hanya memiliki satu film dokument­er tentang bahaya narkoba. Rencananya, pihak Griya akan menambah film tentang bahaya narkoba lainnya. "Temanya tentang bahaya narkoba bagi generasi muda. Saat ini sedang proses pembuatan. Nanti ren­canannya juga akan melakukan shooting di sini. Tapi nggak tahu kapan," terangnya.

Dia mengatakan, untuk mengerjakan proyek tersebut, Asosiasi Purnawira Penegak Hukum Narkotika Indonesia (AP2HNI) selaku pengelola Griya Anti Narkoba melaku­kan kerjasama dengan Seto Mulyadi atau biasa disapa Kak Seto. Tokoh pemerhati anak itu sudah beberapa kali datang ke sini, untuk menggodok pengambilan gambar di Griya Anti Narkoba.

"Sebetulnya Selasa, 3 Februari kemarin, rencananya kami hanya akan bertemu dengan Kak Seto di sini untuk mem­bahas pengambilan gambar di tempat ini. Tapi kemudian ternyata ada Menteri Sosial (Mensos) juga yang datang. Jadi agak tertunda. Sepertinya dalam waktu dekat ini akan segera dilakukan kok," kat Yadi.

Griya Anti Narkoba berada di dalam areal Taman Indraloka yang terletak di Jalan Mandor Hasan No. 45, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur. Untuk menuju ke museum ini, bila pengunjung menggunakan kendaraan prib­adi bisa keluar di Gerbang Tol Taman Mini. Atau bagi pengun­jung yang menggunakan kend­araan bermotor setelah sampai di sekitar Gerbang Tol Taman Mini bisa langsung menuju ke arah Ceger. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA