Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Di Tengah Macet, Pramudi Perempuan Kendalikan Stir

Menjajal Bus Tingkat Pariwisata Jakarta

Minggu, 09 Maret 2014, 10:18 WIB
Di Tengah Macet, Pramudi Perempuan Kendalikan Stir
Bus Tingkat Pariwisata Jakarta
rmol news logo Sudah seminggu lebih Jakarta memiliki bus pariwisata yang beroperasi melayani para penumpang untuk berkeliling Monumen Nasional (Monas) dan daerah sekitarnya. Lima unit bus buatan China itu memang disediakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai Bus Pariwisata yang bisa dimanfaatkan warga untuk berkeliling Jakarta sembari berwisata.

Penyediaan Bus yang diberi nama ‘City Tour’ itu menjadi salah satu upaya promosi pemerintah untuk memberikan akses menikmati kota Jakarta dengan biaya murah. Beberapa bulan ke depan, berwisata dengan berkeliling Jakarta pakai bus City Tour ini masih gratis.

Masih banyak warga ibu kota yang belum mengetahui bagaimana rasanya berkeliling kota dengan menaiki Bus Pariwisata ala DKI Jakarta ini. Kemarin, Rakyat Merdeka menjajal berkeliling Monas dengan menumpangi angkutan wisata tersebut.

Seorang perempuan tampak sedang duduk dan siaga dengan memegang stir bus. Perempuan yang bernama Evi itu adalah pramudi atau supir salah satu bus City Tour ini. Dia sedang bersiap untuk melajukan bus itu untuk membawa para penumpang berkeliling Ibu Kota.

City Tour Bus itu diparkir di lapangan Silang Monas, di area Taman Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Evi memutar kunci dan mulai menyalakan mesin bus. Tepat pukul setengah dua siang, bus yang dikemudikannya itu harus sudah mulai lagi menyusuri rute yang sudah ditentukan. Bersama Evi, sudah pula ada tiga orang kru bus yang turut bertugas selama bus beroperasi keliling Jakarta.

Seorang anggota polisi terlihat sedang menunggu kedatangan bus  yang dikemudikan Evi itu di pintu keluar lapangan Silang monas. Rupanya Polisi ini adalah petugas yang juga melakukan pengawalan perjalanan wisata. Memang, setiap satu bus, juga ditugaskan seorang anggota polisi yang turut melakukan pengawalan, demi menjaga keamanan dan kenyamanan para wisatawan yang sedang menikmati City Tour di Jakarta. Dia pun turut naik dan bersama-sama semua penumpang bus berkeliling Jakarta.

Halte Pertama untuk para penumpang City Tour berada di depan Kantor Balai Kota. Rupanya, bus ini hanya melayani penumpang yang naik dan turun di setiap halte yang memang dikhususkan bagi para wisatawan yang membutuhkan layanan transportasi wisata kota ini.

Bus yang start dari Monas, akan melaju mengikuti rute yang ditentukan yakni Balaikota-Sarinah-Bundaran Hotel Indonesia (memutar)-Sarinah—Museum Nasional—Halte Santa Maria—Pasar Baru—Gedung Kesenian Jakarta—Masjid Istiqlal—Istana Merdeka—Monas—Balaikota.

Petugas Bus City Tour memiliki tugas masing-masing selama perjalanan. Salah seorang dari antara petugas itu bertugas sebagai Pemandu Wisata atau Tour Guide. Setelah terlebih dahulu mengecek perangkat peralatan sound system dan mikrofon, si Pemandu Wisata juga memastikan kesiapan kru lainnya di dalam bus, terutama kepada petugas on board atau kernet bus, yang memastikan para penumpang sudah siap diberangkatkan.

“Cek, cek, cek, satu dua,” ucap seorang pria ketika memastikan kesiapan alat pengeras suara di kala bus itu sudah pula melaju perlahan. Pria yang bernama Zaenal itu adalah salah seorang pemandu wisata yang akan menerangkan setiap objek ataupun informasi kepada para penumpang atau wisatawan, selama rute perjalanan bus itu.

Dengan mempergunakan sound system, maka setiap penumpang yang berada di lantai 1 dan dua bus itu bisa dengan jelas mengetahui apa yang disampaikan Zaenal.

Bus yang menjemput penumpang di halte pertama di depan Balaikota. Tidak banyak penumpang yang naik dari halte ini. Bus terus melaju, menuju Bundaran Hotel Indonesia (HI). Memutar di bundaran, bus kemudian berhenti di halte Bunderan HI. Puluhan calon penumpang rupanya sudah menunggu kedatangan bus  di sini.

Para penumpang itu berhamburan menaiki bus. Mereka berebutan menuju tingkat kedua bus. Tampak penumpang lebih senang duduk di sana. Bagi penumpang yang tidak kebagian tempat duduk di atas, harus rela kembali turun dan duduk di kabin bawah, tidak boleh ada penumpang yang berdiri. Sebab, jika penumpang penuh, maka harus menunggu bus berikutnya yang masih kosong.

“Peraturannya di sini, dilarang makan dan minum, tidak membuang sampah dan merusak fasilitas,” dengan perlahan Zaenal menyampaikan informasi itu kepada para penumpang lewat pengeras suara.

Setelah semua penumpang duduk ditempat duduk masing-masing, Zainal pun Mengucapkan selamat datang kepada para pengunjung. Dari arah Bundaran HI ke Sarinah, jalanan belum terlihat macet. Namun, bus tetap harus melaju dengan kecepatan konstan, tidak boleh ngebut. Kecepatan maksimal adalah  20 km/Jam. Pemberhentian berikutnya adalah di depan Museum Nasional.

Di depan museum, Zaenal yang adalah lulusan Universitas Gunadharma jurusan Sastra Inggris mulai menjelaskan tentang objek wisata yaitu museum itu sendiri. Melalui pengeras suara, dia menceritakan sejarah Museum.

“Siapa yang belum pernah masuk Museum Gajah (Nasional),” tanya Zaenal kepada para penumpang yang menjadi wisatawan sore hari itu. “Saya...,”  teriak para wisatawan serempak, mirip paduan suara. Para penumpang yang adalah wisatawan domestik itu mengaku belum pernah masuk museum nasional. “Kapan-kapan main ya,” timpal Zaenal.

Sore hari melalui Jalan Medan Merdeka macet. Bus tersendat melalui rute Pasar Baru. Tepat di Jalan Majapahit (samping istana negara), bus terhenti karena macet panjang. Mengusir kejenuhan macet. Zaenal kembali angkat bicara. Dia menjelaskan mengenai sebuah Patung Hermes yang berada di perempatan Harmoni. Wisatawan, tidak banyak yang tahu.

“Itu patung Dewa Hermes, yang melambangkan kecepatan dan kesuburan. Dia ngga pakai baju, ditutupin kerang doang,” canda Zaenal disambut tawa wisatawan.

Bus City Tour ini masih baru. Mesin pendingin udara nya masih kencang, lantai bus juga masih bersih. Untuk mengantisipasi kondisi darurat, di dalam bus juga disediakan alat pemecah kaca, berikut tabung pemadam kebakaran yang berada di kolong jok. Selain itu, dua buah Closed Circuit Television (CCTV) juga tersedia di langit-langit bus.

Bus ini juga memiliki ruangan khusu bagi penumpang atau wisatawan penyandang disabilitas yang mempergunakan kursi orda. Ruangannya ada dua buah dengan ukuran lebar satu meter. Namun, bus ini tidak dilengkapi dengan toilet.

Seorang petugas berjaga di bagian belakang. Selain itu, selama perjalanan, pemandu menjelaskan sejumlah informasi terkait gedung-gedung, lokasi dan juga informasi rute yang dilalui bus.

Kondisi Jakarta yang sangat terkenal dengan kemacetan lalu lintasnya, juga mempengaruhi proses berwisata. Kemacetan ini membuat wisatwan menggerutu. Bahkan, terdengar celetukan dari penumpang bahwa wisata menggunakan bus tingkat tidak ubahnya ‘wisata macet ala Jakarta’.

“Ini mah wisata macet’”, celetuk salah seorang wisatawan di lantai 2 ketika bus terhenti cukup lama karena macet. Celtukan itu disambut dengan derai tawa penumpang lainnya.

Meski perjalanan macet, tidak sedikit warga yang mengaku senang dapat naik bus tingkat pariwisata. Salah satunya adalah Muzaenatun, warga Tomang, Jakarta Barat. Dia datang bersama suami dan seorang putra mereka khusus untuk menjajal bus pariwisata itu. Muzaenatun mengaku butuh hiburan murah.

“Kemarin bapaknya liat di TV, kebetulan lagi libur. Jadi bisa naik ini sambil main ke Monas. Gratis lagi,” ujar Muzaenatun.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Arie Budhiman menjelaskan, setidaknya terdapat lima bus tingkat wisata atau double decker melayani warga dan turis berkeliling Jakarta. Seluruh bus itu, dikemudikan oleh pramudi perempuan.

Untuk tiga bulan pertama, lanjutnya, penumpang tidak dikenakan tiket. Selanjutnya tiket akan disebar di hotel-hotel yang dilintasi bus tingkat wisata.

“Tidak semua yang gratis itu baik. Intinya, penumpang jangan memaksakan kalau bus sudah penuh karena peraturan di bus, tidak ada yang berdiri,” ujar Arie.

Wajib Naik Dan Turunkan Penumpang Di Halte

Sebuah bus tingkat parkir di area Taman Medan Merdeka Selatan, Silang Monas, Jakarta Pusat. Bertuliskan ‘City Tour, Wisata Keliling Ibukota’, bus pariwisata bercat hijau dan ungu itu sedang diperiksa dua orang teknisi berkostum merah dengan tulisan’‘enjoy Jakarta’ di punggungnya. Mulai dari mesin, pintu, hingga kebersihan dalam dicek.

Pengunjung Monas yang berada di sekitarnya mengira bus itu bisa langsung ditumpangi dari sana. Ternyata tidak boleh. Para petugas menjelaskan bahwa untuk menaiki bus, harus melalui halte.

“Paling dekat, naik dari halte Monas. Jalan sedikit keluar,” ujar Arif, seorang petugas lapangan bus pariwisata itu.

Keberadaan bus di Monas sifatnya hanya parkir dan bukan sebagai spot naik atau menurunkan penumpang. Nita, koordinator lapangan para pramudi bus pariwisata mengiyakan ucapan Arif.

Dia berharap, agar warga memaklumi jika tidak dapat naik dari Monas. Memang, lanjutnya, mereka yang datang ke monas pastinya untuk berwisata. Dan bus tersedia itu, bus pariwisata. “Memang seperti ini keadaannya,” terangnya.

Nita mengatakan, gampang-gampang susah melakukan koordinasi pergantian pramudi di bus pariwisata itu. Selain busnya hanya lima, bus pun terkesan non-stop berputar-putar. Saat di Monas, bus hanya melakukan pergantian pramudi.

Macet Mengurangi Nikmatnya Wisata City Tour Jakarta

Muzaenatun, warga Tomang, Jakarta Barat harus menunggu hingga dua jam untuk mendapat kesempatan naik bus tingkat pariwisata. Dia bersama penumpang lainnya sedang menunggu bus itu di halte.

Setelah bus tiba di halte, para penumpang yang turun dipersilakan dahulu untuk keluar. Perempuan berusia 26 tahun itu akhirnya naik. Dia mengaku senang akhirnya mendapat kesempatan naik bus pariwisata tingkat ini. Bersama anak dan suaminya dia duduk di atas. Begitu duduk, sebuah kamera ponsel langsung mengarah ke keluarga kecil ini. Kesempatan itu dimanfaatkan mereka untuk berpose dan berfoto-foto di Bus Pariwisata.

Berkeliling kota dengan bus pariwisata, kendala yang dirasakan wanita berkulit cokelat itu  adalah kemacetan yang bisa mengurangi kenikmatan perjalanan. “Nunggunya dua jam, macetnya dua jam,” ujar Muzaenatun.

Begitu juga Fauzan, Karyawan BUMN ini mengatakan, sudah menunggu tiga jam di halte Balaikota. Dia menunggu dari Pukul 12.00 WIB baru dapat tempat pada jam tiga sore. Bukan karena bus tak datang-datang. Melainkan kondisinya penuh semua.

“Menurut saya bukan masalah jumlah busnya yang cuma lima, tapi sistimnya, ketika bus sampai di sini, selalu penuh, dengan alasan dari HI sudah penuh, harusnya jangan dipenuhin di HI dong,” ujarnya kesal.

Pemerintah DKI Jakarta mengakui operasional bus tingkat  pariwisata perlu banyak perbaikan. Sejumlah warga mengeluhkan lamanya jarak kedatangan antar bus (headway) bus tersebut.

“Ini masih tiga bulan, memang masih uji coba. Yang jelas masih banyak koreksi, kekurangan dan perlu evaluasi, ini kan baru seminggu,” ujar Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (28/2).

Jokowi meminta warga Jakarta bersabar terkait bus tingkat pariwisata buatan Cina. Ia akan mengevaluasi mulai dari pelayanan, tour guide, jumlah armada dan lain sebagainya. Terkait penambahan armada, Jokowi menyerahkan sepenuhnya kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Karena instansi tersebut mengetahui detail perencanaan dan pengembangan ikon baru ibukota tersebut.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Arie Budhiman mengatakan, pihaknya sudah mengajukan penambahan bus tingkat. Dalam APBD 2014, bus tingkat diusulkan ditambah sebanyak 20 unit.

Menurut Arie, untuk pembelian satu unit bus tingkat pariwisata dibutuhkan dana Rp 3 miliar. Dirinya juga berharap, ada pihak swasta yang menyumbangkan bus melalui program tanggung jawab sosial perusahaan.

“Ya kita juga berharap ada perusahaan melalui CSR-nya menyumbangkan bus tingkat pariwisata tersebut,” ucapnya kepada awak media.

Armada Bus Ditambah Rutenya Diperpanjang

Bus tingkat wisata Jakarta sudah beroperasi sejak penghujung bulan Februari. Antusias warga cukup tinggi. Meski harus mengantre lantaran bus hanya ada lima unit dan kondisi Jakarta masih akrab dengan kemacetan, bus tingkat tetap dinanti warga.

Rutenya tidak jauh. Sekitar kawasan Monas-Hotel Indonesia (HI) saja sebenarnya. Rinciannya, shelter Bundaran Hotel Indonesia-Jalan MH Thamrin-Jalan Medan Merdeka Barat-Shleter Museum Nasional-Jalan Majapahit-Harmoni-Komplek Sekretariat Negara-Shelter ANZ Bank (Pecenongan).

Berlanjut ke Pasar Baru-Shelter Gedung Kesenian Jakarta-Lapangan Banteng-Shelter Masjid Istiqlal-Jalan Juanda-Jalan Veteran II-Jalan Medan Merdeka Utara-Shelter Istana Negara (Medan Merdeka Barat)-Indosat-Jalan Medan Merdeka Selatan-Shelter Balaikota-Jalan MH Thamrin-Shelter Sarinah-Shleter Bundaran Hotel Indonesia.

Beberapa objek wisata pun dilintasi dengan bus tingkat seperti Monas, Museum Nasional, Masjid Istiqlal, Gereja Kathedral hingga kawasan Pecenongan. Itu semua masih bagian dari Jakarta Pusat. Setidaknya, Jakarta masih punya wisata lain seperti kawasan Kota Tua di Jakbar atau pusat perbelanjaan dan kuliner di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.

Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta, Arie Budiman, tidak menampik kalau rute bus pariwisata kali ini terbilang pendek. Menurutnya, tidak menutup kemungkinan kalau penambahan rute akan dilakukan.

“Kita baru punya 5 armada bus tingkat. Kita berpikir untuk menjangkau objek-objek lain, tapi kita harus menunggu armada,” ujar Arie.

Arie menambahkan, tidak begitu saja dengan mudah menambah armada bus tingkat wisata atau bus tingkat wsiata yang sudah ada menuju rute-rute baru. Soal infrastruktur dan kondisi lainnya di jalanan jadi faktor penting.

“Persiapan infrastruktur harus dipersiapkan karena busnya jangkung. Bus ini punya tinggi 4,2 meter. Di Jakarta juga banyak kabel seliweran di tengah-tengah jalan yang menganggu,” kata Arie.

Ada satu rumus untuk menentukan berapa jumlah armada yang dibutuhkan untuk memberlakukan bus-bus tingkat wisata Jakarta ke rute lainnya. Menurut Arie, harus dihitung berapa jarak rute dengan berapa lama waktu yang ditempuh. Lalu, akan ketahuan berapa jumlah armada yang dibutuhkan.

“Kita memang ada target bus tingkat wisata ke Kota Tua dan ke Jakarta Selatan. Kalau ke Jakarta Selatan, nanti bisa melewati Sudirman, JCC, Senayan, Patung Pemuda Semangat Membangun dan balik lagi ke pusat,” tutup Arie. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA