Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Air Di Kebon Sayur Naik Saat Paku Bumi Dipasang

Banjir, Proyek Normalisasi Kali Ciliwung Distop

Senin, 20 Januari 2014, 09:27 WIB
Air Di Kebon Sayur Naik Saat Paku Bumi Dipasang
ilustrasi
rmol news logo Dua crane dipindahkan dari pinggir Kali Ciliwung yang melintasi kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Pekerja proyek yang mengenakan seragam merah bertuliskan PT Waskita memandu alat berat itu menuju Jalan Abdullah Syafei.

“Nanti mau dibawa ke Kalibata,” kata pekerja yang memandu alat berat itu menyusuri Jalan Inspeksi Kali Ciliwung. Hanya tersisa celah sedikit ketika crane melaju pelan di jalan selebar empat meter itu. Pengendara sepeda motor antre di belakangnya untuk melintas.

Sebuah alat keruk lebih dulu dipindahkan ke Jalan Abdullah Syafei. Diparkir di jembatan—persis di atas Kali Ciliwung, alat berat ini menjadi perhatian warga maupun pengendara yang melintas.

Alat berat proyek normalisasi Kali Ciliwung ini dipindahkan setelah mendapat kabar bahwa ketinggian air di Katulampa, Bogor sudah mencapai 180 cm. Tertinggi sejak 2012.

Banjir yang menggenang Jakarta bisa diprediksi dari ketinggian air di tempat ini. Sebab, air dari kawasan hulu di Puncak Bogor mengalir lewat Katulampa sebelum ke Ciliwung.

Dalam kurun 10 sampai 12 jam, air kiriman itu akan mencapai ibu kota. Sejumlah kawasan yang dilintasi Kali Ciliwung seperti Bidara Cina, Kampung Melayu dan Kampung Duri bakal kebanjiran. Termasuk lokasi proyek normalisasi Kali Cilwung di Kampung Melayu. 

Beberapa hari lalu, air Kali Ciliwung meluap ke Jalan Abdullah Syafei. Ketinggiannya air di jalan ini mencapai 1,5 meter. Akibatnya, jalur dari Kampung Melayu ke Tebet maupun sebaliknya terputus.

Evakuasi dua alat berat ini membuat panik warga di bantaran kali. Daud, warga yang tinggal di RT 09 RW 15 Kebon Sayur sudah membayangkan banjir yang merendam tempat tinggalnya.

“Hari Senin (13/1), rumah kebanjiran satu meter,” keluh pria yang tengah menjemur kasur yang basah karena kena banjir. Satu kasur terpaksa dibuang karena tak bisa lagi dipakai.

Rumahnya terletak 15 meter dari bibir Kali Ciliwung. Pria yang semua rambutnya sudah memutih itu menuturkan, air di rumahnya baru surut pada Kamis. Ia pun segera bersih-bersih lumpur yang terbawa air. Juga mengeringkan perabotan yang basah.

Daud mengungkapkan daerah ini langganan banjir. Meski begitu, dia enggan pindah. Kata dia, jika banjir datang dia tinggal di lantai dua rumahnya. Ia berharap proyek normalisasi Kali Ciliwung di daerahnya segera selesai.

Proyek normalisasi Ciliwung meliputi pengeruk dasar sungai, pembuatan turap dan tanggul menahan banjir. Pembuatan turap dan tanggul ini juga mencegah longsor. Di kawasan ini pemukiman warga dekat dengan bibir kali. Hanya dipisahkan jalan inspeksi selebar empat meter.

Area yang akan dipasang turap dan tanggul telah dibersihkan dari pemukiman. Paku bumi digeletakkan di area yang sudah diratakan itu. “Kalau Kebon Sayur, belum jadi. Baru sebagian ditanam paku bumi, air keburu mau naik,” katanya.

Pemantauan Rakyat Merdeka, pembangunan turap dan tanggul sepanjang 800 di daerah ini belum selesai. Terhenti di Jalan Kebon Sayur yang terletak 150 meter dari Jalan Abdullah Syafei.

Di daerah yang sudah terpasang turap terdapat enam pintu air permanen. Pintu selebar 1,5 meter ini dapat dibuka-tutup untuk mengalirkan air Kali Ciliwung. Sejumlah warga tampak memancing di pintu air.

Normalisasi Kali Ciliwung yang berada di Kampung Melayu Kecil juga belum selesai. Kawasan ini berada di seberang Kebon Sayur. Dipisahkan Jalan Abdullah Syafei.

Normalisasi di daerah itu sudah memasuki tahap pengecoran tanggul. Tampak besi-besi rangka menyembul. Sudah dirangkai, tinggal dicor.

Dedi, Humas PT Waskita mengatakan pihaknya sementara pengerjaan pemasangan turap di Kali Ciliwung. Alasannya banjir keburu datang. “Satu alat berat terendam. Kita takut alatnya rusak,” jelasnya.

Proyek normalisasi dihentikan sejak Jumat. “Alat berat kita evakuasi ke Kalibata,” katanya. Pengerjaan dimulai lagi ketika air Kali Ciliwung sudah surut.

Penundaan ini bisa berdampak penyelesaian proyek ini tertunda. Normalisasi Kali Ciliwung sepanjang 6,6 kilometer ditargetkan selesai pada 2016. “Maunya kita terus kebut. Total pekerja pemasangan turap itu saja ada 45 orang. Tiga puluh lima orang dari kita. Sisanya dari kontraktor yang punya alat berat,” kata Dedi.

Proyek normalisasi Kali Ciliwung dipecah menjadi empat paket. Paket pertama mulai jembatan Casablanca-Kampung Melayu. Paket dua Kampung Melayu-jembatan Kalibata. Paket tiga jembatan Kalibata-Eretan Condet. Sedangkan paket empat Eretan Condet-Jalan TB Simatupang.

Dengan normalisasi ini, debit air yang mengalir di Kali Ciliwung bisa meningkat jadi 570 meter kubik per detik. Saat ini debit aliran hanya 180 meter kubik per meter. Proyek ini menyedot dana Rp 1,18 triliun.

Pelebaran Sungai Ciliwung Ternyata Dimulai Akhir 2013
Terhambat Pembebasan Lahan

Kementerian Pekerjaan Umum memulai program normalisasi Kali Ciliwung pada Desember lalu. Kali akan dilebarkan agar dapat menampung air kiriman dari hulu lebih besar. Nantinya, kali yang membelah ibukota ini akan memiliki lebar 50 meter. Saat ini lebarnya hanya 10 sampai 20 meter. Di beberapa tempat kurang dari itu.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, Iskandar mengatakan, normalisasi itu bukan tanpa kendala. Pembebasan lahan selalu menjadi penghambat pembangunan infrastruktur penanggulangan banjir di Jakarta.

“Kendala pembebasan lahan ini juga dihadapi dalam normalisasi Kali Ciliwung,” kata Iskandar.

Ia mengungkapkan, normalisasi Kali Ciliwung akan sepanjang 19 kilometer. Hanya 5 kilometer yang tak butuh pembebasan lahan warga.

“Diantaranya ada sepanjang 2,5 kilometer yang berlokasi di Condet (Jakarta Timur) tepatnya daerah Rindam Jaya,” katanya.

Untuk tahap awal, normalisasi Kali Ciliwung mulai dari Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan hingga Kampung Melayu di Jakarta Timur. Lahan yang perlu dibebaskan diperkirakan mencapai 65 hektar.

Yakni Paket I Casablanca-Kampung Melayu 18 hektar. Paket II Kampung Melayu-jembatan Kalibata 16 hektar. Jumlah sama untuk Paket III Kalibata-Condet 16 hektar. Sedangkan Paket IV Condet-Jalan TB Simatupang 15 hektar.

Acara “ground breaking” (peletakan batu pertama) proyek normalisasi ini dilakukan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pada 23 Desember lalu. Bertempat di bekas kantor dinas teknis di Jalan Jatinegara Barat. Di lahan ini akan dibangun rusun bagi warga bantaran Kali Ciliwung.

Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menyatakan, sejak tahun 2007 telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi banjir di Jakarta. Diantaranya, optimalisasi Kanal Banjir Barat, normalisasi Kali Buaran, Kali Sunter, Kali Bekasi, Kali Mookevart dan Cengkareng Drain serta revitalisasi situ-situ dan kegiatan non struktural seperti Early Warning System.

Untuk saat ini, kegiatan yang sedang dilaksanakan adalah normalisasi Kali Pesanggrahan, Angke dan Sunter sepanjang 60 kilometer. Kemudian, penambahan pintu air Manggarai dan pintu air Karet, normalisasi Kali Ciliwung sepanjang 8,5 km, Cengkareng Floodway sepanjang 7,8 km dan Lower Sunter sepanjang 10 km.

Petugas Pompa Air Nginap Berhari-hari

Radio komunikasi di Rumah Jaga Bidara Cina di Jalan Inspeksi Kali Ciliwung, Jakarta Timur, berbunyi. Petugas Katulampa Bogor menginformasikan bahwa pada pukul 15.30 WIB, Jumat, ketinggian air telah mencapai 180 cm. Status di Katulampa pun naik jadi Siaga II.

Ari, petugas di rumah jaga yang berada di bawah Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta itu langsung mencatat informasi ini di white board. Informasi yang diperoleh rumah jaga lalu diteruskan kepada warga yang tempat tinggalnya terancam kebanjiran.

“Saya sudah satu minggu tinggal di sini. Kita standby informasikan kepada warga, sekaligus membantu menyedot air, jika air mulai merendam rumah warga,” ujar Ari yang terlihat menggunakan kaos oranye bertuliskan Suku Dinas Tata Air DKI Jakarta.

Menurut dia, ketinggian air di Kali Ciliwung akan berpengaruh terhadap Kali Grogol, Krukut, Cipinang dan Sunter. Warga yang tinggal di bantaran kali-kali itu perlu waspada jika debit air di Katulampa dan Ciliwung sangat tinggi.

Rumah Jaga Bidara Cina ini dilengkapi dengan enam pompa permanent. Pompa ini mengalirkan air agar banjir segera surut. Bidara Cina merupakan daerah pertama yang kebanjiran saat air kiriman dari Bogor tiba di ibukota.

Ari mengatakan petugas dan warga bahu membahu untuk mengoperasikan enam pompa. Begitu melihat aliran Ciliwung sangat deras, pintu air ditutup. Namun pintu akan dibuka jika ketinggian air terus naik. Bila tak dibuka, kata dia, bisa jebol.

“Pas pintu dibuka, pompa bekerja. Jadi, air dikembalikan lagi ke kali. Muter aja. Lumayan berkurang banjirnya,” kata pria asal Bogor ini.

Pemantauan Rakyat Merdeka, fasilitas kerja tersedia di Rumah Jaga, Bidara Cina, terbilang baik.

Empat closed circuit television (CCTV) dipasang untuk memantau ketinggian air Ciliwung. Gambar yang ditangkap kamera itu lalu ditampilkan di televisi layar datar yang dipasang di dinding. Petugas tak perlu ke luar dari rumah jaga untuk bisa mengetahui ketinggian air.

“Saya bangga jadi petugas (rumah jaga). Kalau kata Jokowi (Gubernur DKI), kita adalah ujung tombak pencegahan banjir di ibukota. Biar harus menginap berhari-hari di sini, jalani saja,” ujar Ari.

Bikin Posko, Warga Bergiliran Pantau Ketinggian Air


Mendengar kabar akan datang air kiriman dari Katulampa, sejumlah warga Kebon Sayur, Kampung Melayu bersiap-siap. Ada yang mengangkuti barang ke tempat yang tinggi di rumahnya. Lainnya memilih mengungsi ke tempat yang tak terkena banjir.

“Sudah ada yang mengungsi ke sekolahan dan masjid yang nggak kerendam,” ujar Daud, warga RT 09 RW 15 Kebon Sayur. Daud sendiri tak ikut mengungsi. Ia memilih bertahan di lantai dua rumahnya.

Ada lima rukun tetangga (RT) di RW 09 yang terancam kebanjiran jika Kali Ciliwung meluap. Kawasan ini berada persis di pinggir kali yang kerap dapat kiriman air dari Bogor.

Sukarnis, tetangga Daud juga terus menerus memantau ketinggian air Kali Ciliwung. Jumat sore arus air terlihat makin deras. Warga, kata dia, sudah membuat jadwal di posko yang dibangun di pinggir kali.

Posko dijaga bergiliran selama 24 jam. Kegiatan pemantauan air Kali Ciliwung secara rutin ini sudah dimulai sejak pekan lalu. Posko ini juga berkomunikasi berkomunikasi dengan petugas di Katulampa, Bogor.

Menurut Sukarnis, warga bahu membahu menghadapi air kiriman yang akan datang.

“Kita saling bantu. Warga yang rumahnya tidak ada tingkatnya, kita bantu evakuasi ke mushola. Semua barang-barang sudah diamankan,” katanya.

Ia berharap normalisasi Kali Ciliwung di Kebon Sayur segera selesai. Sehingga rumahnya tak lagi kebanjiran. “Warga bantaran kali kan sudah digusur. Sekarang sudah bersih, tinggal pemerintah kebut bikin turap,” ujarnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA