Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sering Di Lapangan, Hanya Ada Di Kantor Pagi Dan Sore

Ngintip Kinerja Lurah Hasil Seleksi Jabatan

Jumat, 30 Agustus 2013, 09:38 WIB
Sering Di Lapangan, Hanya Ada Di Kantor Pagi Dan Sore
Susan Jasmine Zulkifli
rmol news logo Air conditioner (AC) yang dipasang di dinding menghembuskan udara sejuk ke ruangan berukuran sekitar 4x4 meter. AC ini satu-satunya fasilitas penunjang kerja di ruangan yang berada di lantai dua kantor Kelurahan Lenteng Agung ini. Tak ada telepon. Juga tak ada perangkat komputer.

Lurah Susan Jasmine Zulkifli, penghuni ruang kerja ini, tak memerlukan berbagai perangkat kerja itu. Sebab, dia lebih banyak menghabiskan waktunya di lapangan ketimbang di ruang kerja ini.

Ditunjuk menjadi lurah Lenteng Agung dua bulan lalu, awalnya Susan menolak menghuni ruang kerja yang di dalamnya terdapat meja kerja, sofa, lemari dan white board. Ia menganggap semua ruangan di kantor kelurahan berlantai tiga ini adalah tempat kerjanya.

Namun justru anak buahnya yang mendesak Susan memiliki ruang kerja untuk menerima masyarakat yang ingin bertemu dengan lurah. “Saya nggak mau prosedural banget,” ujar perempuan kelahiran Jakarta, 4 April 1970 itu.

Susan hanya beberapa jam ngantor di ruangan ini. Seperti terlihat kemarin. Pukul 7.30 dia sudah tiba di kantor kelurahan Lenteng Agung yang terletak di Jalan Agung Raya, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan ini.

Masuk ke ruang kerja, Susan langsung melihat agenda yang ditulis stafnya di white board. Tertulis: “Kamis, (29/8), jam 8 sampai selesai sosialisasi Pemilu Tahun 2014, tempat di Kantor Kecamatan Jagakarsa”. Di papan tulis putih itu juga tertera beberapa agenda yang harus dihadiri Lurah beberapa hari ke depan.

Susan lalu memanggil stafnya untuk mendampingi menghadiri acara itu. Wahyu, staf kelurahan mengambil kunci Mitsubishi Kuda. Ia lalu memanaskan kendaraan dinas kelurahan berwarna biru gelap bernomor B 2976 PD itu.

Lima menit kemudian, Susan dan dua staf menuju kantor Kecamatan Jagakarsa.  “Bertiga aja. Satu staf orang merangkap sopir,” ujarnya. Wahyu yang mengemudikan mobil ini.

Sosialisasi Pemilu 2013 menghabiskan waktu 3,5 jam. Dalam perjalanan kembali ke kelurahan, Susan meminta Wahyu menepikan mobil di depan Taman Lenteng Agung. Taman itu tepat di seberang kampus Institut Ilmu Sosial dan Politik (IISIP).

Mengenakan topi dinas lurah, batik cokelat dipadu celana panjang putih, Susan memantau para pekerja mempercantik taman ini. “Itu baru dicat,” tunjuk ke kursi taman dan arena bermain anak.

“Warnanya masih kurang bagus,” keluh Susan kepada pekerja. Perempuan yang  sebelumnya berdinas di Kantor Keluarga Berencana Jakarta Pusat itu meminta pengecatannya dilakukan lebih baik lagi.

Susan mengaku sering datang untuk memantau pekerja mempercantik taman. Taman ini, menurut dia, salah satu kawasan terbuka hijau di wilayah Kelurahan Lenteng Agung. Lantaran itu perlu dirawat. “Perbaiki taman agar bagus,” ujar wanita berkulit putih itu.

Selain mempercantik taman, Susan juga akan menyediakan tempat khusus untuk pedagang yang biasa mangkal di sini. “Kita mau sediakan pedagang di suatu tempat. Biar rapi,” ujar perempuan berkaca mata itu.

Dua jam mengawasi perbaikan taman, Susan meminta Wahyu mengemudikan mobil kembali ke kelurahan. Sampai di kantor kelurahan, Susan menuju ruangan kerjanya. Perempuan berambut seleher ini menyandarkan badannya sejenak di kursi di belakang meja kerja.

Di atas meja ada beberapa dokumen yang perlu ditandatanganinya. Tak langsung menekan dokumen, Susan justru menanggapi laporan masyarakat. “Ini ada komplain dari warga dan macem-macem,” ujar Susan setelah membaca pengaduan dari masyarakat yang dibuat secara tertulis.

Warga Gang Usman mengadukan proyek di wilayahnya yang menimbulkan suara bising. Proyek itu digarap PT Nindya Karya, salah satu badan usaha milik negara (BUMN). “Ini perusahaan yang dikomplain warga karena berisik malem-malem,” ungkap perempuan yang mengenakan cincin akik di jarinya.

Ia sudah memerintahkan staf kelurahan untuk menampung pengaduan warga Gang Usman. Ia juga memerintahkan perwakilan Nindya Karya dipanggil.

Waktu menunjukkan jam 3.30 sore, pintu kaca ruang kerja Susan diketuk tiga kali. Seorang pria yang mengenakan seragam Nindya Karya meminta izin untuk masuk.
Susan mempersilakan masuk. Pegawai Nindya Karya itu hendak menjelaskan mengenai pengerjaan proyek yang dikomplain warga itu.

Kepada utusan dari Nindya Karya itu, Susan mengatakan melihat proyek itu. “Kita juga mau cek ada izin lingkungannya atau tidak. Semua harus dilihat di lapangan nggak bisa diselesaikan di kantor,” tandasnya. “Kalau ada pengaduan masyarakat saya akan cek ke lapangan bener nggak permasalahannya seperti yang tertulis di kertas,” ujarnya.

Susan adalah lurah hasil seleksi jabatan. Setelah melalui berbagai tahap seleksi, dia dianggap memenuhi syarat untuk diangkat jadi lurah.

Dua bulan menduduki kursi orang nomor satu di kelurahan Lenteng Agung, sejumlah warga protes atas kepemimpinannya. Posisi Susan dipermasalahkan lantaran non muslim.

Minta Diantar Blusukan, Dikira Staf Kelurahan

Lurah Susan Jasmine Zulkifli kerap masuk keluar gang untuk melihat permasalahan yang dialami warga Lenteng Agung. Saat blusukan dia hanya didampingi segelintir staf kelurahan. “Kalau blusukan saya nggak mau dikintilin banyak staf,” ujarnya.

Biasanya, Susan didampingi Rejo, Syam atau Wahyu. Ketiganya adalah staf kelurahan. Mereka harus standby di kantor kelurahan sebab Susan bisa sewaktu-waktu diantarkan ke suatu tempat.

Wahyu terlihat memanaskan Mitsubishi Kuda, kendaraan dinas kelurahan. Ia sudah ditelepon Susan untuk menyiapkan kendaraan. “Ya mau-maunya Ibu Lurah aja, kita sih standby saja,” ujarnya.

Pria yang juga tinggal di Lenteng Agung ini mengaku tak kerepotan mengikuti lurah yang enerjik dan kerap blusukan. Menurut dia, dengan sering ke lapangan warga jadi tahu siapa lurahnya.
 
Susan, mengakui kerap menyambangi warga. Menurut dia, ini adalah amanat jabatan lurah yang dipercayakan kepadanya. Suatu saat itu pernah salah memerintah orang untuk menghantarkanya ke suatu tempat. Susan mengira orang itu salah satu staf kelurahan. “Nggak taunya ojek,” ujarnya.

Ia mengira tukang ojek itu staf kelurahan lantaran mangkal di depan kelurahan. “Pokoknya saya naik apa sajalah mendatangi warga. Seringnya sih naik motor,” ungkap lulusan Administrasi Niaga FISIP Universitas Indonesia itu. Dengan naik kendaraan roda dua, Susan bisa menjangkau warga yang ada di gang sampai bantaran kali.

Sejak menjadi lurah Juli lalu, Susan terus tergiang pesan Gubernur DKI Joko Widodo. Jokowi berpesan agar lurah siap bekerja 24 jam sehari melayani warga. “Jokowi aja sampai masuk-masuk got, saya mah belum ada apa-apanya,” katanya.

Ia berharap masyarakat mendukungnya untuk menata Lenteng Agung lebih baik.  “Kasih saya lampu hijau, saya terus melaju,” tegasnya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA