Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

“Mama, Ini Mirip Di Game Di Laptop Papa”

Pameran Persenjataan TNI AD Di Monas

Senin, 08 Oktober 2012, 08:53 WIB
“Mama, Ini Mirip Di Game Di Laptop Papa”
ilustrasi/ist
rmol news logo Memperingati HUT TNI ke-67, TNI AD memamerkan persenjataan yang dimilikinya di lapangan Monumen Nasional (Monas). Mulai dari persenjataan berat seperti helikopter, tank dan panser hingga pistol. Hari ini merupakan hari terakhir pameran.

Pameran ini dibagi menjadi be­berapa stand. Setiap stand me­wakili kesatuan yang di TNI AD. Yakni Arteri Pertahanan Udara (Arhanud), stand Infanteri Bri­g­rif, stand Komando Pasukan Khu­sus (Kopassus), stand Pe­nerbangan Angkatan Darat (Pe­nerbad) sampai pada stand Ke­sehatan TNI AD.

Reza, 27 tahun, warga Cem­pa­ka Putih, Jakarta Pusat memasuki gerbang stand Arhanud TNI AD.  Matanya tidak berkedip melihat puluhan meriam dan rudal yang dipamerkan di stand ini.

Langkahnya berhenti dekat me­riam 20 mm Rheinmetal. Pe­gawai swasta ini berulang kali ber­decak kagum melihat senjata buatan Jerman tahun 1980 itu.

Dua laras berukuran besar yang ada di bagian depan senjata ini dielusnya dengan lembut. Sambil melirik ke arah kekasihnya, Reza dengan mantap menaiki senjata yang besarnya seperti kendaraan roda empat itu.

“Aku mau foto di sini, ambil yang bagus ya,” pinta Reza ke­pada ke­kasihnya sambil mem­berikan ka­mera digital dengan tangan kirinya.

Reza pun langsung berpose layaknya tentara yang sedang mengendalikan meriam tersebut. “Jujur saya tidak menyangka bisa melihat senjata yang sangat saya kagumi ini. Bahkan kini saya bisa duduk dan berfoto langsung. Padahal ini senjata sungguhan, bukan sekadar dummy (contoh),” jelasnya.

Marjoto, Sersan Kepala yang ber­tugas di Batalyon Arhanudri 2 Kostrad Malang tersenyum meli­hat tingkah Reza. Melihat Reza dan kekasihnya sudah ber­henti berfoto, pria yang memakai sera­gam loreng ini berjalan mendekat.

“Ini merupakan senjata cang­gih yang kami miliki. Saat ini ha­nya tinggal 9 saja senjata jenis ini. Adanya pun hanya di Malang dan dibawa ke Monas ,” kata Marjoto berusaha menjelaskan meriam ini.

Meskipun termasuk senjata lawas, meriam ini cukup efektif un­tuk menghancurkan pesawat mu­suh yang terbang rendah. “Peluru yang dikeluarkan senjata ini bisa di-setting. Dalam satu menit, bisa antara 880 sampai 1.000 peluru bisa langsung di­tembakkan,” jelas Marjoto yang direspons Reza dengan mengang­gukkan kepala.

Risya, warga Pasar Baru, Ja­kar­ta Pusat sengaja mengajak Kevin, anak laki-lakinya yang ber­usia lima tahun untuk melihat pameran ini.

“Saya diberitahu suami, kata­nya di Monas dari kemarin ramai  senjata-senjata milik TNI. Lalu saya tanya ama teman, ternyata benar. Warga boleh masuk dan melihat-lihat sambil foto-foto de­ngan senjata tempur milik TNI,” katanya sambil mengikuti anak­nya yang berlari ke arah Rudal Provet.

Tanpa diperintahkan ibunya, sang anak langsung naik ke sen­jata pelontar rudal. Empat ru­dal­nya diarahkan ke atas. “Mama, aku senang yang ini. Mirip di game yang ada di laptop Papa,” kata Kelvin sambil tertawa.

Agung Prabowo, Sersan Satu di Batalyon Arhanudse 10 Bin­taro mengatakan, ada 22 macam senjata mulai dari mesin berat sampai mesin kendali yang dipa­merkan di stand ini. Arhanud sendiri, kata dia, merupakan sa­tuan pertahanan TNI AD dari se­rangan udara.

Di stand Arhanud dipamerkan sen­jata yang sudah lawas alias lama sampai keluaran terbaru yang dimiliki kesatuan ini. Sen­jata paling lama yakni meriam 57 mm S60 buatan Rusia. Meriam ini belum dilengkapi dengan alat kendali tembak (AKT).

“Senjata ini bisa menembak sa­saran pesawat udara musuh yang terbang setinggi 12 km dari per­mu­kaan darat. Karena senjata lama, hanya mampu me­nge­luarkan peluru sekitar 70 butir per menit,” kata Agung sambil me­nunjukkan cara kerja meriam ini.

Walaupun sudah berusia pu­lu­han tahun, senjata ini masih ber­fungsi dengan baik. Menurut Agung, TNI AD rutin melakukan perawatan persenjataan yang di­milikinya, baik yang lama ma­u­pun baru. “Ratusan meriam jenis ini masih bisa berfungsi dengan baik hingga saat ini,” jelasnya.

Persenjataan terbaru yang di­miliki kesatuan ini adalah rudal Mistral buatan Perancis. “Ini baru saja dikirim ke kami dan lang­sung kami pamerkan disini,” kata Agung.

Keunggulan senjata adalah keakuratannya mengenai sasaran. Penembakan dikendalikan de­ngan remote. Meriam ini bisa lang­sung mendeteksi dan me­ngunci sasaran di udara dan me­nembaknya.

“Rudal yang ditembak, tidak perlu kami kendalikan lagi, ka­rena dia sudah otomatis akan te­rus mengikuti sasaran kemana pun perginya. Makanya, 99 per­sen rudal yang ditembakkan me­ngenai sasaran,” jelasnya.

Kapan Lagi Bisa Foto Di Helikopter Militer

TNI AD juga memamerkan empat helikopter yang mem­perkuat skuadnya. Mulai dari helikopter MI-17 dan MI-35 buatan Rusia hingga Bell 105 dan Bell 205 buatan Amerika.

Helikopter menjadi per­sen­jataan yang ramai diliat pe­ngunjung pameran. Pengunjung antre untuk sekadar mengambil gambar hingga menaikinya.

Desi, mahasiswi salah satu kampus swasta di Jakarta, ter­lihat berpose di dekat helikopter Bell 205. Ia meminta temannya untuk mengambil gambar di­rinya de­ngan latar belakang he­likopter ini.

“Biasanya kita melihat he­likopter itu hanya di televisi atau saat terbang di udara. Tapi sekarang, benar-benar ada di hadapan kami. Tentu kami tidak menyangka saja,” katanya usai mengambil gambar temannya.

Wanita berkerudung ini se­nang dengan TNI AD yang me­mamerkan persenjataan yang di­milikinya. Dengan begitu, ma­syarakat bisa mengetahui ke­hebatan alat tempur yang di­miliki TNI AD.

“Biasanya kan kalau ulang ta­hun (TNI), paling warga hanya me­lihat pertunjukan pesawat di udara saja. Tapi kali ini, kita bisa langsung mendekat dan ber­foto tanpa dipungut biaya lagi. Kapan lagi bisa begini,” katanya aji mumpung.

Tak hanya itu, Desi juga me­rasa senang bisa langsung ber­komunikasi dengan tentara se­cara langsung. “Ternyata pe­r­wira TNI itu baik dan ramah-ra­mah, tidak sesangar yang saya kira selama ini. Kalau kita ber­tanya, dengan senang hati m­e­re­ka langsung menjelaskan pada kita,” tuturnya sambil tertawa.

Jaya, pilot Helikopter Bell 205 terus memperhatikan para pengunjung yang datang. Dia berdiri tidak jauh dari helikopter yang biasa diterbangkannya. Bila ada pengunjung yang ingin bertanya, perwira asal Se­ma­rang ini dengan ramah men­jelaskannya.

“Bell 205 ini merupakan salah satu helikopter tertua yang dimiliki TNI AD. Dia dibuat ta­hun 1971 dan masih bisa be­r­fungsi serta tetap digunakan hing­ga saat ini,” kata Jaya, men­jelaskan helikoper ini.

Helikopter ini, lanjut dia, ter­libat dalam operasi yang di­la­ku­kan TNI AD. Yakni operasi di Timor Timur, Aceh dan Papua.

“Selain dilengkapi dengan persenjataan untuk bertempur, helikopter ini juga biasa dipakai mengangkat kebutuhan logistik saat perang. Jadi sudah banyak juga jasanya buat negara,” terangnya.  

Pria berhidung mancung ini menjelaskan , Bell 205 bisa me­nempuh jarak sampai 350 km selama 2 jam. Tapi ini te­r­gan­tung persedian bahan bakarnya. Helikopter ini menggunakan ba­han bakar avtur. [Harian Rakyay Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA