Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kereta Lalu Lalang, Selalu Waspada Dan Kerja Cepat

Yuk Ngintip Petugas Pemeriksa Rel

Minggu, 07 Oktober 2012, 08:43 WIB
Kereta Lalu Lalang, Selalu Waspada Dan Kerja Cepat
ilustrasi

rmol news logo Untuk menjaga keselamatan perjalanan kereta, pemeriksaan rel atau trek menjadi vital. Kerusakan sekecil apa pun bisa berakibat fatal. Peran petugas pemeriksa rel tak bisa diremehkan.

Ipul berjongkok persis di per­simpangan rel ganda atau wesel. Tangannya belepotan oli. Meng­gunakan kunci khusus, dia me­mutar baut besar pengait wesel dengan rel. Ia agak kesulitan me­ngencangkan baut karena geng­gamannya licin.

“Kami petugas lapangan PT KAI yang bertugas khusus untuk pengecekan dan perawatan wesel kereta. Daerah tugas kami antara Stasiun Depok Lama hingga Sta­siun Cilebut ini,” jelasnya sambil memutar kunci besi ke kanan.

Ipul tak bekerja sendiri. Ia ber­sama tiga petugas lainnya yang sudah menggunakan seragam bertuliskan PT KAI. Mereka se­dang memeriksa wesel di dekat Stasiun Cilebut, Bogor.

Kamis itu (4/10) Ipul dan ka­wan-kawan bisa melakukan pe­meriksaan pada siang hari karena tidak ada perjalanan kereta. Se­mua perjalanan kereta dihentikan setelah commuter line anjlok di Stasiun Cilebut.

Kereta naas itu berangkat dari Stasiun Bogor menuju Jakarta. Memasuki Stasiun Cilebut, beberapa gerbongnya keluar dari rel dan menghantam beberapa fasilitas stasiun. Gerbong pun rusak berat.

Fasilitas stasiun yang rusak di antara loket, peron dan tempat penumpang naik ke kereta. Selain itu, pada beberapa komponen rel kereta juga mengalami kerusakan akibat dihantam gerbong yang bergerak melintang.

Insiden gerbong yang keluar ja­lur itu diduga akibat ada rel yang gompal. Bersamaan dengan evakuasi gerbong yang anjlok, Ipul dan kawan-kawan dipe­rin­tahkan untuk memeriksa rel.

Mereka mulai bekerja 200 me­ter dari Stasiun Cilebut. Di sini ter­hadap wesel yang men­ghu­bungkan dua rel. Wesel ini ber­fungsi untuk mengarahkan kereta masuk ke peron stasiun.

Ipul menjelaskan, wesel ini memiliki banyak jenis. Ada wesel sederhana, wesel ganda, wesel tikungan, wesel persilangan, we­sel persilangan ganda. Proses pe­meriksaannya pun berbeda. “Ke­betulan yang ini disebut wesel ganda, karena hanya per­sim­paangan dua rel menjadi satu rel saja,” jelasnya.

“Kami ingin pastikan apakah insiden tersebut mengganggu dari fungsi wesel ini. Makanya seka­rang kami sedang lakukan peme­riksaan. Dan sejauh ini belum ada masalah yang serius,” ujarnya.

Menurut Ipul, pemeriksaan ini bukan hanya dilakukan lantaran ada insiden. Tapi dilakukan rutin dua minggu sekali.

“Wesel ini sangat vital, sama seperti kom­po­nen lainnya yang ada di rel. Karena di wesel ini ada sinyal jaringan yang harus ber­hubungan dengan petugas di sta­siun,” jelasnya.

Bila ada jaringan yang tidak ber­fungsi, persimpangan rel ini tidak bisa dibuka dan diken­da­likan secara otomatis dari stasiun. Kereta pun jadi tak bisa diarahkan masuk ke peron mana.

“Masinis itu selaku user atau pe­laksana saja. Kontrol dan pe­rintah untuk melintas jalur per­simpangan rel itu ditentukan pi­hak stasiun. Dan untuk membuka tutup persimpangan rel ini, wesel tentuya dalam keadaan baik atau tidak rusak,” tegasnya.

Selang setengah jam, Ipul ber­te­riak kepada seseorang pria yang duduk tak jauh dari tempatnya bekerja. “Sudah oke Pak. Tidak ada masalah dan siap untuk di­pakai,” ujarnya kepada pria yang mengenakan topi warna biru itu.

Pria yang mengenakan sera­gam biru telor asin PT KAI ini ber­anjak dari tempatnya duduk dan berjalan ke arah Ipul. “Apa­kah lidah dan rel lantas sudah diperiksa? Tolong dicek lagi untuk memastikan kondisinya,” pinta pria itu kepada Ipul.

Tanpa banyak bicara, Ipul dan tiga rekannya kembali memeriksa komponen yang dimaksud. Tak membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan pengecekan terhadap komponen.

Setalah yakin komponen ber­fungsi baik, Ipul dan ketiga teman membereskan peralatan berce­ce­ran di pinggir rel. Dengan lap kotor, dia berusaha meng­hi­lang­kan oli yang belepotan di tangannya.  

Pria bertopi atasan Ipul itu me­ngatakan, pengecekan dilakukan pada siang hari lebih mudah di­lakukan bila tak ada perjalanan kereta. Petugas pun bisa lebih le­luasa melakukan pemeriksaan.

“Kita pun bekerjanya dengan ekstra hati-hati untuk menjaga ke­selamatan diri. Belum lagi kita bekerja dikejar waktu, bila pe­ngecekan dilakukan saat jam ope­rasi,” kata pria yang enggan di­sebutkan namanya itu.

Menurut pria berkulit sawo matang itu, perawatan dan penge­cekan rel di bagi menjadi tiga ba­gian. Pertama, , pemeriksaan ter­hadap wesel seperti yang di­la­ku­kannya Ipul dan kawan-kawan.

“Selanjutnya ada pemeriksaan trek atau jalur kereta itu. Misal­nya kondisi rel, bantalan hingga alat penjepit yang biasa disebut patrol atau D- clift. Lantas ada lagi tim yang bertugas melakukan pemeriksaan terhadap LAA (listrik aliran atas)” jelasnya.

Ketiga jenis pemeriksaan itu di­lakukan secara rutin dan dila­kukan oleh tim yang berbeda se­suai keahlian masing-masing.

“Pengecekan biasa kami la­kukan siang atau malam hari dan itu rutin. Jadi salah besar kalau di­s­ebut rel kereta api itu kurang per­awatan,” tegasnya.

Rel Gompal, Rangkaian Ke-13 Hantam Stasiun

PT Kereta Api akan melakukan investigasi guna mencari pe­nyebab anjloknya satu rangkaian commuter line di Stasiun Cilebut, Bogor, Kamis lalu.

Kepala Humas PT KA Mateta Rizalulhaq mengatakan dugaan awal kereta anjlok karena ada bagian atas rel yang patah atau gompal. “Kami akan dalami apa­kah itu terjadi karena pengereman mendadak atau apa,” ujarnya.

Mateta memastikan pada pagi itu juru pemeriksa jalur sudah melaksanakan tugasnya. Penilik jalur melakukan pemeriksaan satu jam sebelum kereta pertama di­berangkatkan dari Bogor. Com­muter line 435 naas itu m­e­ru­pakan rangkaian ke-13 yang di­berangkatkan.

Rel yang gompal berada se­belum Stasiun Cilebut. Rel gom­pal sepanjang satu jengkal de­ngan ke dalaman lebih dari lima centimeter. Potongan di kedua di sisi yang gompal cukup rapih. Tak ada bekas karat di rel gompal. Bisa disimpulkan, kerusakan ini baru terjadi.

Badan rel yang gompal ber­warna kecoklatan karena karatan. Sementara bagian atas rel tampak aus akibat bergesekan dengan roda kereta. Rel yang gompal lang­sung diganti setelah kejadian.

PT KAI bersama Kementerian Perhubungan akan memeriksa kenapa rel ini bisa gompal. Bisa saja rel terlihat mulus padahal ada retak di dalamnya.

“Penyebabnya itu ada retakan yang tidak terdeteksi dari luar. (Retakan) itu dari dalam. Untuk memeriksanya butuh alat ultra­sonik,” kata Hermanto, Direktur Keselamatan Perkeretaapian Ke­menterian Perhubungan.

Sudah Karatan, Puluhan Penjepit Rel Diganti

Bukan hanya wesel, pen roll atau penjepit rel juga ikut di­perbaiki paska insiden anjlok­nya commuter line di Stasiun Cile­but, Bogor, Kamis (4/10). Se­per­ti apa kegiatannya, yuk kita intip.

Tasno dan keempat rekannya berjalan menyusuri rel kereta yang berjarak 1 km ke arah Sta­siun Cilebut, Bogor. Ia mem­bawa sebuah karung plastik yang sudah kotor. Sementara dua rekannya membawa palu besi besar yang gagang kayu sepanjang 1 meter.

Secara teliti, Tasno dan ke empat temannya yang memakai seragam warna oranye ini memeriksa satu demi satu pen roll—yang bentuknya miripnya seperti mata rantai dan ber­ukuran sebesar pergelangan ta­ngan—pada setiap rel yang dilewatinya.

Pen roll bisa dijumpai pada se­tiap bantalan rel. Baik ban­talan rel yang terbuat dari balok kayu, maupun bantalan yang terbuat dari beton.

“Pen roll ini fungsinya pengi­kat antara rel dan bantalan. Tan­pa ada ini, posisi dan bentuk rel bisa berubah. Akibatnya, kereta yang melintas bisa anjlok kare­na tidak ada pengikat pada rel yang dilintasinya,” jelas Tasno.

Berjalan beberapa langkah, Tasno langsung memanggil dua temannya yang membawa palu. Tasno mengajak memeriksa sebuah pen roll yang berada di sebelah kanan rel.

“Ini sudah tidak layak, harus diganti. Ayo segera copot pen roll-nya, biar kita ganti yang baru,” ujarnya pada dua orang te­mannya yang memegang palu.

Tanpa banyak bicara, kedua temannya itu mengarahkan mata palunya ke arah pen roll yang dimaksud. Diketuk berapa kali, pen roll itu pun dicopot dari tempatnya.

Tasno memperhatikan peker­ja­an kedua temannya itu. Ia lalu me­rogoh ke dalam karung plas­tik yang dibawanya. Di­ke­luar­kannya pen roll pengganti. Kondisi masih baru. Masih mu­lus, tidak ada karat. Dengan menggunakan palu besi pula, pen roll ini dipasang di sisi rel.

“Cara pemasangannya mu­dah, hanya tinggal mengetuk saja. Maka pen roll akan bisa dibuka atau dipasang kembali. Karena hanya dengan mengetuk saja, tak heran kalau pen roll ini rawan di curi,” tegas Tasno yang mengenakan topi biru untuk melindungi wajahnya dari panas sinar matahari.

Selama menjadi petugas pe­meriksa rel, Tasno kerap me­ne­mukan penjepit yang hilang dari tempatnya. Ia menduga penjepit itu hilang karena dicuri, bukan karena hilang. Penjepit yang terbuat dari besi ini laku dijual secara kiloan.

Tapi saat melakukan peme­rik­saan Kamis lalu, dia tak me­ne­mukan penjepit yang hilang. “Sepanjang pengecekan ini, kami hanya mengganti pen roll yang kondisinya sudah tidak baik dengan yang baru. Jum­lahnya sudah ada puluhan yang kita ganti,” tuturnya.

Jangan Meleng Agar Nggak  Tersambar Kereta

Menjadi petugas pemeriksa rel cukup berisiko. Bila tak hati-hati, nyawa bisa melayang aki­bat tersambar kereta. Mereka perlu sering tengok kanan-kiri untuk mengetahui kereta yang bakal lewat. Jangan meleng.

Juli lalu, Bambang Setiawan seorang petugas pemeriksa rel di daerah Purwakarta, Jawa Barat, ditemukan tewas tertabrak kereta yang lewat.

Bambang yang saat itu se­dang melakukan memeriksa rel tidak menyadari bila dari arah ber­la­wanan ada kereta Argo Pa­rah­yangan yang melintas. Tu­buh­nya pun hancur terhantam kereta yang meluncur dari arah Ban­dung menuju Cikampek.

“Ya seperti itulah, namanya be­kerja pasti ada risikonya. Saya pun sadar dengan peker­jaan saya ini, kalau sewaktu-wak­tu nyawa bisa melayang bila tidak berhati-hati,” kata Tas­no, petugas pe­meriksaan trek kereta antara Sta­siun De­pok Lama sampai Sta­siun Cile­but, Bogor, Jawa Barat.

Menurut Tasno, kecelakaan yang pernah menimpa beberapa teman seprofesinya terjadi saat bertugas di jam operasi kereta atau siang hari.

“Saat kita sedang memeriksa, tiba-tiba kereta lewat. Makanya kita harus tetap waspada dan konsentrasi,” ujarnya.

Pemeriksaan rel bisa dila­ku­kan saat jam operasi kereta atau siang hari. Juga setelah jam ope­rasi. Mulai tengah malam hingga pagi hari.

“Dari segi keselamatan, ber­tugas malam lebih aman ke­timbang siang hari. Tapi ini kan semua tergantung perintah dan kebutuhan. Kalau siang hari sangat diperlukan petugas lapa­ngan jarus datang ke lokasi tak bisa menolak,” katanya.  [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA