Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bombardir E-mail PT KAI Dengan Ribuan Surat Protes

Penumpang Kereta Ramai-ramai Tolak Kenaikan Tarif

Jumat, 28 September 2012, 09:00 WIB
Bombardir E-mail PT KAI Dengan Ribuan Surat Protes
ilustrasi, kereta
rmol news logo Beban masyarakat pengguna kereta rangkaian listrik (KRL) bakal bertambah berat. Tanggal 1 Oktober, tarif KRL akan dinaikkan Rp 2.000. Para pengguna angkutan massal ini pun melancarkan aksi penolakan.

KRL Mania, komunitas peng­guna KRL Jabodetabek meng­galang aksi tanda tangan dari para penumpang untuk menolak ke­naikan tarif itu. Seperti apa aksi­nya?  Rini berdiri di depan pintu ma­suk menuju Stasiun Sudirman. Pandangannya tertuju kepada orang-orang yang akan masuk ke da­­lam stasiun yang terletak di ja­lan protokol ini. Sebuah pulpen warna biru diselipkannya di atas tum­pukan kertas yang selalu di­pegang dengan tangan kanannya.

Selain Rini, masih ada belasan orang lagi yang melakukan kegia­tan serupa. Semuanya tergabung dalam komunitas KRL Mania.  Sama seperti Rini, belasan orang tersebut juga membawa berkas di tangannya.

Namun berkas yang mereka pe­gang tidak semuanya sama. Ber­kas pertama berupa pernya­ta­an sikap dan imbauan dari KRL Mania terkait rencana kenaikan tarif kereta. Kedua, berupa kolom tandatangan yang rencananya akan diberikan kepada setiap orang yang lewat untuk diisi.

Dengan sigap, Rini meng­ham­piri dua pria yang hendak masuk ke dalam stasiun. Sambil ter­se­nyum, wanita berkacamata ini me­ngajukan berkas yang di­bawanya kepada dua pria yang dihentikannya.

“Mohon dukungannya. Kami sedang menggalang tanda tangan se­bagai bentuk penolakan ter­ha­dap rencana kenaikan tarif com­mu­ter line pada 1 Oktober nanti. Bila berkenan, silakan tanda­ta­ngan di sini sebagai bentuk pe­no­la­kan,” kata dengan suara mantap.

Melihat pria yang diham­piri­nya tampak bingung, Rini segera me­manggil rekannya yang berada ti­dak jauh darinya. Seorang w­a­nita berkulit putih langsung me­ngerti maksud Rini mem­ang­gil­nya. Tan­pa banyak bicara, dia langsung me­ngambil selembar kertas dari tum­pukan berkas yang dibawanya.

“Kami dari KRL Mania. Ini statement yang kami buat ber­sama tentang rencana kenaikan tarif kereta. Kalau Mas setuju, silakan tandatangan di sini. Kami tidak memaksa kok, ini suka rela saja,” jelas Rini.

Setelah membaca sejenak se­lebaran yang diterimanya, pria yang memakai kemeja panjang berwarna biru langsung me­nganggukan kepalanya tak setuju aks ini. Diambilnya pulpen yang di­sodorkan Rini dan langsung me­ngisi kolom kosong pada ker­tas yang disediakan.

“Kalau ini sih, kami pasti se­tuju. Masak pelayanan masih bu­ruk sudah mau naik lagi. Kalau perlu dukungan tandatangan, saya akan kasih tahu teman-te­man kantor yang biasa naik kere­ta untuk ke sini,” kata pria ter­se­but usai membubuhkan tand­a­ta­ngannya. Rini pun mengapresiasi tawaran yang disampaikan pria itu.

Juru Bicara KRL Mania Aryo Nugroho yang juga hadir dalam aksi ini mengatakan aksi meng­galang dukungan untuk menolak rencana kenaikan tarif KRL ini dilakukan setiap pukul 5 sore di Stasiun Sudirman.

Kenapa sore hari? “Mayoritas yang tergabung dalam KRL Ma­nia ini adalah para karyawan yang bekerja dari berbagai kantor yang berbeda. Pagi sampai sore tentunya kami masih bekerja. Ma­kanya kami lakukan aksi ini sore hari bertepatan dengan wak­tu pulang kerja,” kata Aryo sam­bil menyerahkan berkas pada tiga orang wanita yang lewat.

Sebenarnya, sambung Aryo, pihaknya ingin melakukan aksi te­rsebut di dalam stasiun. Tapi ka­rena tidak diizinkan oleh pe­nge­lola stasiun, akhirnya aksi me­ngum­pulkan dukungan ini dila­kukan di luar stasiun..

Dalam menggalang dukungan ini, pihaknya tidak menggunakan menggunakan atribut atau ide­n­titas tertentu seperti spanduk. Ia mengakui aksi dengan menggelar spanduk bakal mudah menarik perhatian. Tapi komunitas ini ingin berkomunikasi langsung dengan para penumpang.

“Kami bukan ormas bukan pula LSM. Ini hanya kumpulan dari orang-orang yang di­per­te­mu­kan setiap hari saat menggunakan kereta. Jadi tidak ada atribut yang kami pakai dan kami juga bukan sedang demonstrasi,” tegasnya.

Menurut Aryo, aksi yang dila­ku­kannya tersebut merupakan tindak lanjut dari petisi yang su­dah di-publish di dunia maya. Kata dia, melalui petisi yang ber­judul penolakan terhadap ke­naikan tarif kereta pada 1 Oktober nanti ternyata mendapat respons yang besar.

“Sampai Rabu siang saja, su­dah ada 20.020 orang yang men­dukung aksi kami ini. Mayoritas me­reka yang mendukung me­nya­takan keberatannya terhadap ren­cana PT KAI terkait rencana ke­naikan tarif,” ungkapnya.

Biar lebih meyakinkan lagi, lanjut Aryo, komunitasnya lantas melakukan aksi penggalangan tanda tangan dukungan di depan Stasiun Sudirman ini. Kata dia, biar PT KAI dan pemerintah me­li­hat kalau penolakan yang me­reka lakukan tidak lah main-main dan didukung para pengguna ke­reta lainnya.

Kenapa di Stasiun Sudirman? Me­­nurut Aryo, dibanding tempat lainnya, Stasiun Sudirman ini cu­kup efektif untuk mensukseskan ke­giatan yang dilakukannya. Ka­rena selain letaknya yang stra­tegis, calon penumpang yang da­tang ke stasiun mayoritas adalah pekerja.

“Kalau stasiun besar misalnya Stasiun Manggarai, suasanya ter­lalu crowded. Apalagi, banyak pe­numpang di sana adalah pe­numpang yang transit dan ce­n­derung terburu-buru. Sedangkan aksi kami ini, bisanya dilakukan di luar stasiun,” jelasnya.

Lantas mau diapain nanti tanda tangan ini? Kata Aryo, sebelum tanggal 1 Oktober nanti, pih­ak­nya akan menyampaikan ku­m­pu­lan tandatangan yang dip­re­dik­si ribuan pengguna KRL ini ke­pada PT KAI dan instansi pe­merintah terkait. Misalnya Ke­menterian Perhubungan dan Ke­menterian BUMN.

“Harapan kami, dengan di­kirim­nya kumpulan tandata­ngan dari para penumpang kereta, pe­merintah dan PT KAI berpikir ulang untuk menaikan tarif ke­reta,” ujarnya.

Bagaimana dengan petisi? Kata Aryo, petisi yang dibuatnya sudah di-setting terhubung lang­sung ke website atau email milik kementerian dan PT KAI. “Jadi, bila ada yang meng-klik website tersebut, otomotis langsung ter­kirim ke pemerintah dan PT KAI,” jelasnya.

Kalau tak digubris bagaimana? “Intinya kami sudah m­e­nyam­pai­kan aspirasi mewakili mayoritas penumpang kereta. Kalau ditolak, itu hak pemerintah. Nantinya biar rakyat saja yang menilai,” te­gasnya.

Duh, Hasil Riset UI Jadi Tameng Buat Naikin Tarif

PT KAI ngotot akan menaikkan harga tarif commuter line se­besar Rp 2000 pada 1 Oktober men­da­­tang. Alasannya, kebijakan ter­­se­but diambil setelah PT KCJ me­­la­kukan kajian ilmiah dengan meng­gandeng Universitas Indonesia.

“Kami tidak sembarangan be­gitu saja menaikkan harga, ten­tu­nya dengan melakukan kajian yang cukup dalam. Sejak beb­e­ra­pa bulan lalu kami bekerja sama de­ngan lembaga riset UI,” ujar Di­rek­tur Keuangan KCJ Tri Handoyo.

Tri mengatakan salah satu pertimbangan untuk menaikkan harga sebesar Rp 2.000 itu adalah dengan melihat hasil riset lem­baga penelitian UI mengenai ke­se­diaan konsumen membayar ber­dasarkan persepsi kualitas dan pelayanan yang diterima.

Menurutnya, dari hasil riset ter­sebut, rata-rata konsumen untuk Bogor-Jakarta menyatakan rela membayar sebesar Rp8.724. Se­hingga cukup mendekati dari tarif yang akan dipatok Rp 9.000. Ke­mudian untuk rute Depok-Jakarta survei tersebut mencatat masya­rakat mampu membeli tiket se­har­ga Rp 8.929. Padahal tarif akan jadi Rp 8.000.

“Untuk Depok-Jakarta bahkan mampu membayar lebih Rp 8 ribu, ini mungkin karena tingkat pendapatan warga antar wilayah tersebut lebih tinggi,” katanya.

Sedangkan untuk rute Bekasi-Jakarta, menurut survei tersebut, war­g­a sanggup membayar Rp 8.132 dari usulan tarif Rp 8.500. Se­dang­kan untuk Parungpanjang-Ja­karta Rp 7.841 dibandingkan usu­lan tarif baru menjadi Rp 8.000. Dan Tangerang-Jakarta Rp 7.120 di bawah usulan tarif Rp 7.500.

Dalam survei tersebut, pihak UI menyarankan setiap rute dila­ku­kan penyesuaian dengan me­nai­kkan tarif sebesar 20 persen. “UI menyarankan untuk naik 20 persen. Jadi itu persepsinya, dan kami mengambil langkah di ba­wah itu, dengan meratakan semua kenaikan sebesar Rp 2.000 di setiap rute,” ujar Tri.

Selain itu, survei juga dilaku­kan dengan melakukan jajak pendapat para penumpang KRL Commuter Line dilihat dari segi keselamatan penumpang kereta. Dari skor 1-10, Commuter Line di­beri skor 4. Sedangkan untuk ruang tunggu hanya diberi nilai 3,76 dari skor maksimal 10.

“Jadi kalau sampai skor 6 saja itu sudah cukup bagus. Kami per­caya pelayanan belum jauh dari sempurna, tapi ini faktanya,” tam­bahnya.

Beli Mesin E-Ticketing Tapi Nggak Dipakai Dan Nggak Berfungsi...

Perbaiki Dulu Pelayanan

Standar pelayanan mini­mum (SPM) yang masih belum layak membuat komunitas pe­numpang kereta Jabodetabek yang tergabung dalam KRL Ma­nia menolak rencana ke­naikan tarif commuter line pada 1 Ok­to­ber mendatang.

Jubir KRL Mania Aryo Nug­ro­ho mengatakan, selama ini PT KAI tidak pernah mendengar ke­luhan yang disampaikan para penumpang. Padahal, keluhan penumpang itu terkait SPM yang merupakan hak pengguna kereta.

“Kami sudah sering sampai­kan, tolong PT KAI perhatikan la­yanan terhadap penumpang. Mi­salnya, nomor urut kereta, pe­l­ayanan loket, lampu pene­rangan, toilet, fasilitas ke­se­ha­tan, fasilitas kemudahan bagi pe­nyandang cacat, wanita ha­mil, balita, orang sakit dan orang lanjut usia,” ujarnya.

Keluhan-keluhan tersebut, lan­jut Aryo, bukanlah tanpa da­sarnya disampaikan pihaknya kepada PT KAI. Sebab, poin-poin tersebut tertuang dalam Permen Nomor 9  Tahun. 2011 tentang SPM telah disahkan 1,5 tahun lalu.

“Keluhan itu pun lebih bersifat manusiawi serta mudah dilaksanakan tanpa biaya yang mahal. Tapi pihak operator selalu menghindar terhadap keluhan yang kami sampaikan itu,” katanya.

Menurut Aryo, PT KAI/KCJ (Kereta Commuter line Jabo­de­tabek) hanya melihat pada sisi aset saja. Misalnya, penam­ba­han 160 KRL, memperpanjang peron ataupun pemasangan LCD dan sebagainya. Padahal di balik aset itu ada manusianya yang penting, bagaimana petu­gas dan manajemen KAI itu le­bih berorientasi melayani.

Tak hanya itu, lanjut Aryo, pihak PT KAI/KCJ juga sudah berjanji bahwa tarif KRL tidak pernah naik selama tiga tahun ter­akhir. Faktanya, pada tahun 2011, ketika commuter line mu­lai dioperasikan sudah ada ke­naikan tarif. “Bahkan baru se­kitar setahun pun, akan ada lagi kenaikan tarif sebesar Rp 2000 pada 1 Oktober nanti,” tegasnya.

Masih menurut Aryo, bila PT KCJ mengklaim ada kerugian, sebenarnya itu akibat ulah me­reka sendiri. Misalnya, ke­bo­co­ran pemasukan dari karcis. Ma­sih sering terjadi oknum-oknum tertentu yang tidak diperiksa kar­cisnya. “Seharusnya ini di­se­lesaikan dulu daripada men­cari solusi instan yang me­ngor­bankan penumpang.”

Selain itu, PT KCJ juga sudah me­lakukan pemborosan ang­ga­ran saat pengadaan sistem com­met. Mesin-mesin e-ticketing yang sudah dibeli terbengkalai dan tidak belum berfungsi, bah­kan ada yang sudah rusak. “Lan­tas, apakah inefisiensi dan pem­borosan ini harus ditang­gung oleh penumpang KRL?” kata dia.

Aryo khawatir bila PT KAI masih ngotot menaikkan tarif akan bila menimbulkan ketidak­percayaan terhadap angkutan massal. Selama KRL dianggap angkutan yang terjangkau tarif­nya, dan bebas macet. Kalau tarif dinaikkan, bisa saja pe­num­pang balik menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat.

“Selisih antara harga yang diharapkan operator (KAI/KCJ) dengan tarif karcis saat ini se­mestinya bisa ditutup dari ang­garan pemerintah/DPR,” ujarnya.

Semua Jurusan Naik Rp 2000

Berikut besaran kenaikan tarif Rp  2.000 di enam rute commuter line yang mulai diberlakukan pada 1 Oktober 2012:

1. Bogor-Jakarta Kota/Jatinegara dari Rp 7.000 jadi Rp 9.000

2. Bogor-Depok dari Rp 6.000 naik menjadi Rp 8.000

3. Depok-Jakarta Kota/Jatinegara dari Rp 6.000 jadi Rp 8.000

4. Bekasi-Jakarta Kota dari Rp 6.500 jadi Rp 8.500

5. Tangerang-Duri dari Rp 5.500 jadi Rp 7.500

6. Parung Panjang/Serpong-Tanah Abang dari Rp 6.000 jadi Rp 8.000. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA