Hingga kemarin, arus balik masih terlihat di Terminal Bus LeÂbak Bulus, Jakarta Selatan. RaÂtusan bus dari sejumlah jurusan berhenti di terminal ini untuk menurunkan ribuan penumpang.
Suwarto berdiri di lantai dua kantor pengelola Terminal Lebak Bulus. Melalui kaca jendela yang terbuka lebar, pria yang menjabat komandan regu ini mengamati situasi terminal.
Melihat adanya kemacetan di pintu keluar terminal, Warto meÂmeÂrintahkan kepada seorang anak buahnya untuk menegur peÂngemudi bus yang ngetem.
Lelaki berkumis yang duduk di seberang meja pengeras suara deÂngan sigap mengambil mikrofon yang tergeletak di meja. Ia meÂngimbau angkutan agar tak berÂhenti di pintu keluar. Imbauan itu disampaikannya berulang-ulang.
“Sebenarnya puncak arus balik Lebaran sudah terjadi dua hari keÂmarin. Tapi hari ini ternyata peÂmudik yang datang masih cukup tinggi,†kata Warto.
Warto dan anak buahnya pun sibuk memantau kedatangan bus yang mengangkut pemudik di terÂminal ini. Hingga tengah hari terÂcatat 3.073 pemudik yang datang dengan menggunakan 205 bus.
Ia memperkirakan sejumlah pemudik masih terus mengalir. SeÂbab, banyak armada bus yang beÂlum tiba di Terminal Lebak Bulus.
Bila pemudik masih banyak, kenapa posko pelayanan sudah ditutup?
Menurut Warto, posko ditutup Senin dinihari karena sudah lewat masa operasionalnya.
“Posko itu kan dibentuk pada H-7 lebaran sampai H+7 lebaran. KaÂrena sekarang sudah meÂmaÂsuki H+8. Tentunya posko sudah tidak beroperasi lagi. Lihat saja sudah tidak ada petugas yang berÂjaga di sana,†bebernya sambil meÂnunjuk pada beberapa posko yang ada persis di depan kantornya.
Pantauan Rakyat Merdeka, ada beberapa posko yang dibangun perÂsis di depan kantor pengelola TerÂminal Lebak Bulus. Ada PosÂko Kesehatan, Posko Terpadu KeÂmenhub, Posko Pengamanan LeÂbaran dan Posko Jasa Rahardja.
Dari semua posko yang ada, hanya posko kesehatan saja yang sudah dibongkar. Meja dan kursi yang sebelumnya ada di dalam tenda, sudah tak terlihat lagi.
Posko yang berada di bawah koorÂdinasi Puskemas Cilandak ini, biasanya dijaga seorang dokÂter dan paramedic. Sebuah amÂbulans ditempatkan di sini untuk mengangkut pemudik yang sakit parah ke rumah sakit terdekat.
Pemudik yang merasa terÂganggu kesehatannya bisa datang ke posko ini. Pelayana kesehatan diberikan tanpa dikenakan biaya alias gratis.
Jika ada pemudik yang ternyata menderita sakit serius dan meÂmerÂlukan penanganan lebih lanÂjut, petugas posko akan meÂruÂjukÂnya ke rumah sakit dengan mobil ambulans yang sudah diÂÂperÂsiapÂkan.
Posko kesehatan ini terbagi ke dalam dua bagian, yakni bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar, sebelumnya terdiri dari temÂpat duduk para pemudik yang ingin berobat ke posko ini.
Ada beberapa kursi plastik yang diletakkan di bagian luarÂnya. Untuk melindungi pasien dari sengatan matahari, dipasang tenda kain warna biru dengan benÂtuk mengerucut pada bagian atasnya. Luas ruangan yang ada di bawah tenda ini sekitar 2x3 meter saja.
Sementara di bagian dalam, posko kesehatan ini memanÂfaatkan ruangan kosong yang ada di kantor Terminal Lebak Bulus. Ukurannya tidak terlalu luas, haÂnya sektiar 3x4 meter saja, tanpa sekat pembatas.
Dua meja kayu berkapasitas dua orang, diletakkan di bagian deÂpan dan sebelah kanan belaÂkang ruangan. Meja di bagian deÂpan berfungsi untuk mendata peÂngunjung yang datang untuk berobat. Sementara meja yang sedikit ke belakang, untuk tempat pemeriksaan.
Di antara dua meja itu terdapat boks plastik berwarna putih. LeÂbar boks tidak lebih dari 1x1 meÂter dengan tingginya sekitar 2,5 meter. Pada bagian atasnya, meÂnempel kertas yang menuliskan Ruang Menyusui.
Kemarin siang, posko keseÂhaÂtan di bagian dalam tampak terÂkunci. Tidak ada satu pun petugas yang menungguinya. Padahal Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes, Tjandra Yoga Aditama sudah memerintahkan agar posko kesehatan di Terminal Lebak Bulus tetap buka walauÂpun masa libur Lebaran sudah berakhir.
“Saya sudah meminta ke kepaÂla terminal agar di luar muÂsim LeÂbaran maka nanti ruangan ibu meÂnyusui ini tetap dibuka,†ujarnya.
Pemantauan Rakyat Merdeka, beberapa penumpang bus menÂdataÂngi posko ini untuk menÂdapatkan pelayanan kesehatan. Namun karena melihat ruangan dikunci mereka pun balik kanan.
“Karena sudah habis jadwal kerjanya, tentu posko itu sudah tidak beroperasi lagi. Para petuÂgas yang biasanya ada di dalam, sudah sejak pagi tidak ada yang daÂtang lagi. Makanya posko sengaÂja kami kunci,†beber Warto.
Tak hanya posko kesehatan, posko lainnya terlihat juga sudah tak ditunggui petugas. Misalnya di Posko Terpadu Angkutan LeÂbaran. Posko milik Kemenhub terlihat kosong melompong.
“Rencananya nanti malam, posko ini akan dibongkar. Sama sÂeÂperti posko lainnya, posko itu juga sudah habis masa kerjanya. Makanya tidak ada petugas yang berjaga disana,†beber Warto.
Pengguna Layanan Kesehatan Menurun
Masa mudik Lebaran ini, KeÂmenterian Kesehatan meÂnÂdiÂrikan sejumlah posko pelayanan kesehatan di sejumlah terminal. Hanya sedikit penumpang yang memanfaatkan fasilitas ini.
Posko kesehatan yang diÂbaÂngun Di Terminal Bus KamÂpung Rambutan, Jakarta Timur paÂling banyak menangani 10 peÂnumpang yang mengeluh sakit.
“Tahun ke tahun semakin meÂnurun yang datang ke posko. PeÂnurunannya hampir 50 perÂsen. KaÂrena mereka sudah muÂlai baÂnyak informasi tentang keÂseÂhatan,†ujar Sulistianingsih, salah satu dokter jaga di Posko KeÂseÂhatan Terminal Kampung Rambutan.
Selama 14 hari beroperasi, paÂsien yang datang rata-rata haÂnya 3 orang saja. Hal ini tentu berbeda dengan tahun lalu yang bisa mencapai dua kali lipatnya. Meski demikian, selama posko didirikan pihaknya tetap siaga jika sewaktu-waktu ada pemuÂdik yang mengalami gangguan kesehatan.
Biasanya apa keluhan pemuÂdik? “Rata-rata keluhannya daÂrah tinggi, mual dan pusing-puÂsing. Kami sendiri akan langÂsung memberikan obat kepada mereka,†bebernya.
Sementara itu, Menteri KeseÂhatan Nafsiah Mboi berjanji akan mengevaluasi pelaksanaan posÂko kesehatan. Evaluasi dilaÂkukan mengingat banyaknya korban kecelakaan dalam mudik tahun ini yang mencapai 908 orang.
“Akan kami evaluasi untuk melihat bagaimana pelaksaÂnaÂanÂnya, apakah ada yang kurang bagus dan di mana kekuÂraÂnganÂnya,†kata Nafsiah.
Kementerian, kata dia, juga akan mengevaluasi penanganan terhadap korban kecelakaan saat mudik seperti apakah korban meÂninggal di lokasi kecelakaan, saat dibawa ke tempat pelayaÂnan keÂseÂhatan atau di posko kesehatan.
Menkes mengatakan posko-posko kesehatan itu akan diÂevaluasi secara sistematis untuk perbaikan pada pelaksanaan taÂhun-tahun mendatang. “Yang akan dievaluasi adalah keÂceÂpaÂtan penanganan, ketepatan penanganan dan obat-obatan yang tersedia di posko layanan kesehatan untuk pemudik,†katanya.
Terminal Perlu Sediakan Fasilitas Ibu Menyusui
Anggota DPR Inggrid Maria Palupi Kansil menyaÂyangÂkan fasilitas kesehatan untuk peÂnumpang di sejumlah terminal haÂnya bersifat temÂporal. Begitu juga fasilitas unÂtuk ibu menyusui.
“Kesehatan merupakan hak bagi setiap masyarakat. Baik keÂsehatan untuk diri sendiri mauÂpun hak perlindungan anak daÂlam kesehatan dengan terÂpeÂnuhiÂnya kebutuhan nutri meÂlalui ASI,†kata anggota KoÂmisi VIII ini.
Bagi Inggrid, sejumlah fasiÂlitas publik yang setiap hari diÂpenuhi banyak orang, kerap meÂngabaikan pentingnya keseÂhaÂtan. Terutama anak-anak yang masih perlu menyusu.
Kendati demikian, DPR dan pemerintah tak bisa memaksa pengelola fasilitas publik untuk menyediakan fasilitas ruang menyusui. Pasalnya, hingga saat ini RUU Kesetaraan GenÂder masih dalam proses peÂnÂgÂgoÂdokan di Komisi VIII DPR.
“Dalam legislasi itu, hak meÂnyusui untuk ibu dan anak yang sedang berada di ruang publik menjadi salah satu agenda penÂting yang akan dibahas,†ujarnya.
Kendati legislasi masih daÂlam proses penggodokan, IngÂgrid berÂharap instansi yang seÂlama ini menangani masalah publik bisa mencontoh kebiÂjaÂkan yang diterapkan di KeÂmenÂterian KoÂperasi dan UKM. Di kemenÂteÂrian tersebut, kata dia, telah diÂsediakan ruang meÂnyuÂsui dan klinik kesehatan.
Suwarto menganggap ruang kesehatan di Terminal Lebak Bulus belum termasuk kebutuÂhan mendesak. Menurut dia, pada hari biasa nyaris tidak ada penumpang yang memanÂfaatÂkan layanan ini.
“Misalnya penumpang yang tiba-tiba pingsan, bila di luar LeÂbaÂran paling hanya satu atau dua orang saja. Jadi, posko keÂseÂhatan masih belum diperÂlukan,†katanya.
Meskipun tidak ada posko kesehatan, sehari-hari Terminal Lebak Bulus sudah berÂkoorÂdiÂnasi dengan puskesmas terdeÂkat. Jadi bila tiba-tiba ada peÂnumpang sakit, bisa dibawa pusÂkesmas terdekat.
Bagaimana dengan ruang menyusui? Menurut Warto, biasanya ruang menyusui itu satu paket dengan posko kesÂeÂhatan. “Tapi setidaknya ini jadi masukan bagi kami. Namun apakah kami akan sediakan posÂko ini setiap hari, itu tergantung Suku Dinas Kesehatan Jakarta,†ujarnya. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.