Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Posko Sudah Ditutup, Urung Cek Kesehatan

Arus Balik Masih Ramai Di Terminal Lebak Bulus

Selasa, 28 Agustus 2012, 10:09 WIB
Posko Sudah Ditutup, Urung Cek Kesehatan
posko pelayanan kesehatan di sejumlah terminal bus
rmol news logo Seiring berakhirnya masa libur Lebaran, posko pelayanan kesehatan di sejumlah terminal bus dihentikan. Padahal, arus balik pemudik dari sejumlah daerah ke Jakarta masih tinggi.

Hingga kemarin, arus balik masih terlihat di Terminal Bus Le­bak Bulus, Jakarta Selatan. Ra­tusan bus dari sejumlah jurusan berhenti di terminal ini untuk menurunkan ribuan penumpang.

Suwarto berdiri di lantai dua kantor pengelola Terminal Lebak Bulus. Melalui kaca jendela yang terbuka lebar, pria yang menjabat komandan regu ini mengamati situasi terminal.

Melihat adanya kemacetan di pintu keluar terminal, Warto me­me­rintahkan kepada seorang anak buahnya untuk menegur pe­ngemudi bus yang ngetem.

Lelaki berkumis yang duduk di seberang meja pengeras suara de­ngan sigap mengambil mikrofon yang tergeletak di meja. Ia me­ngimbau angkutan agar tak ber­henti di pintu keluar. Imbauan itu disampaikannya berulang-ulang.

“Sebenarnya puncak arus balik Lebaran sudah terjadi dua hari ke­marin. Tapi hari ini ternyata pe­mudik yang datang masih cukup tinggi,” kata Warto.

Warto dan anak buahnya pun sibuk memantau kedatangan bus yang mengangkut pemudik di ter­minal ini. Hingga tengah hari ter­catat 3.073 pemudik yang datang dengan menggunakan 205 bus.

Ia memperkirakan sejumlah pemudik masih terus mengalir. Se­bab, banyak armada bus yang be­lum tiba di Terminal Lebak Bulus.

Bila pemudik masih banyak, kenapa posko pelayanan sudah ditutup?

Menurut Warto, posko ditutup Senin dinihari karena sudah lewat masa operasionalnya.

“Posko itu kan dibentuk pada H-7 lebaran sampai H+7 lebaran. Ka­rena sekarang sudah me­ma­suki H+8. Tentunya posko sudah tidak beroperasi lagi. Lihat saja sudah tidak ada petugas yang ber­jaga di sana,” bebernya sambil me­nunjuk pada beberapa posko yang ada persis di depan kantornya.

Pantauan Rakyat Merdeka, ada beberapa posko yang dibangun per­sis di depan kantor pengelola Ter­minal Lebak Bulus. Ada Pos­ko Kesehatan, Posko Terpadu Ke­menhub, Posko Pengamanan Le­baran dan Posko Jasa Rahardja.

Dari semua posko yang ada, hanya posko kesehatan saja yang sudah dibongkar. Meja dan kursi yang sebelumnya ada di dalam tenda, sudah tak terlihat lagi.

Posko yang berada di bawah koor­dinasi Puskemas Cilandak ini, biasanya dijaga seorang dok­ter dan paramedic. Sebuah am­bulans ditempatkan di sini untuk mengangkut pemudik yang sakit parah ke rumah sakit terdekat.

Pemudik yang merasa ter­ganggu kesehatannya bisa datang ke posko ini. Pelayana kesehatan diberikan tanpa dikenakan biaya alias gratis.

Jika ada pemudik yang ternyata menderita sakit serius dan me­mer­lukan penanganan lebih lan­jut, petugas posko akan me­ru­juk­nya ke rumah sakit dengan mobil ambulans yang sudah di­­per­siap­kan.

Posko kesehatan ini terbagi ke dalam dua bagian, yakni bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar, sebelumnya terdiri dari tem­pat duduk para pemudik yang ingin berobat ke posko ini.

Ada beberapa kursi plastik yang diletakkan di bagian luar­nya. Untuk melindungi pasien dari sengatan matahari, dipasang tenda kain warna biru dengan ben­tuk mengerucut pada bagian atasnya. Luas ruangan yang ada di bawah tenda ini sekitar 2x3 meter saja.

Sementara di bagian dalam, posko kesehatan ini meman­faatkan ruangan kosong yang ada di kantor Terminal Lebak Bulus. Ukurannya tidak terlalu luas, ha­nya sektiar 3x4 meter saja, tanpa sekat pembatas.

Dua meja kayu berkapasitas dua orang, diletakkan di bagian de­pan dan sebelah kanan bela­kang ruangan. Meja di bagian de­pan berfungsi untuk mendata pe­ngunjung yang datang untuk berobat. Sementara meja yang sedikit ke belakang, untuk tempat pemeriksaan.

Di antara dua meja itu terdapat boks plastik berwarna putih. Le­bar boks tidak lebih dari 1x1 me­ter dengan tingginya sekitar 2,5 meter. Pada bagian atasnya, me­nempel kertas yang menuliskan Ruang Menyusui.

Kemarin siang, posko kese­ha­tan di bagian dalam tampak ter­kunci. Tidak ada satu pun petugas yang menungguinya. Padahal Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes, Tjandra Yoga Aditama sudah memerintahkan agar posko kesehatan di Terminal Lebak Bulus tetap buka walau­pun masa libur Lebaran sudah berakhir.

“Saya sudah meminta ke kepa­la terminal agar di luar mu­sim Le­baran maka nanti ruangan ibu me­nyusui ini tetap dibuka,” ujarnya.

Pemantauan Rakyat Merdeka, beberapa penumpang bus men­data­ngi posko ini untuk men­dapatkan pelayanan kesehatan. Namun karena melihat ruangan dikunci mereka pun balik kanan.

“Karena sudah habis jadwal kerjanya, tentu posko itu sudah tidak beroperasi lagi. Para petu­gas yang biasanya ada di dalam, sudah sejak pagi tidak ada yang da­tang lagi. Makanya posko senga­ja kami kunci,” beber Warto.

Tak hanya posko kesehatan, posko lainnya terlihat juga sudah tak ditunggui petugas. Misalnya di Posko Terpadu Angkutan Le­baran. Posko milik Kemenhub terlihat kosong melompong.

“Rencananya nanti malam, posko ini akan dibongkar. Sama s­e­perti posko lainnya, posko itu juga sudah habis masa kerjanya. Makanya tidak ada petugas yang berjaga disana,” beber Warto.

Pengguna Layanan Kesehatan Menurun

Masa mudik Lebaran ini, Ke­menterian Kesehatan me­n­di­rikan sejumlah posko pelayanan kesehatan di sejumlah terminal. Hanya sedikit penumpang yang memanfaatkan fasilitas ini.

Posko kesehatan yang di­ba­ngun Di Terminal Bus Kam­pung Rambutan, Jakarta Timur pa­ling banyak menangani 10 pe­numpang yang mengeluh sakit.

“Tahun ke tahun semakin me­nurun yang datang ke posko. Pe­nurunannya hampir 50 per­sen. Ka­rena mereka sudah mu­lai ba­nyak informasi tentang ke­se­hatan,” ujar Sulistianingsih, salah satu dokter jaga di Posko Ke­se­hatan Terminal Kampung Rambutan.

Selama 14 hari beroperasi, pa­sien yang datang rata-rata ha­nya 3 orang saja. Hal ini tentu berbeda dengan tahun lalu yang bisa mencapai dua kali lipatnya. Meski demikian, selama posko didirikan pihaknya tetap siaga jika sewaktu-waktu ada pemu­dik yang mengalami gangguan kesehatan.

Biasanya apa keluhan pemu­dik? “Rata-rata keluhannya da­rah tinggi, mual dan pusing-pu­sing. Kami sendiri akan lang­sung memberikan obat kepada mereka,” bebernya.

Sementara itu, Menteri Kese­hatan Nafsiah Mboi berjanji akan mengevaluasi pelaksanaan pos­ko kesehatan. Evaluasi dila­kukan mengingat banyaknya korban kecelakaan dalam mudik tahun ini yang mencapai 908 orang.

“Akan kami evaluasi untuk melihat bagaimana pelaksa­na­an­nya, apakah ada yang kurang bagus dan di mana keku­ra­ngan­nya,” kata Nafsiah.

Kementerian, kata dia, juga akan mengevaluasi penanganan terhadap korban kecelakaan saat mudik seperti apakah korban me­ninggal di lokasi kecelakaan, saat dibawa ke tempat pelaya­nan ke­se­hatan atau di posko kesehatan.

Menkes mengatakan posko-posko kesehatan itu akan di­evaluasi secara sistematis untuk perbaikan pada pelaksanaan ta­hun-tahun mendatang. “Yang akan dievaluasi adalah ke­ce­pa­tan penanganan, ketepatan penanganan dan obat-obatan yang tersedia di posko layanan kesehatan untuk pemudik,” katanya.

Terminal Perlu Sediakan Fasilitas Ibu Menyusui

Anggota DPR Inggrid Maria Palupi Kansil menya­yang­kan fasilitas kesehatan untuk pe­numpang di sejumlah terminal ha­nya bersifat tem­poral. Begitu juga fasilitas un­tuk ibu menyusui.

“Kesehatan merupakan hak bagi setiap masyarakat. Baik ke­sehatan untuk diri sendiri mau­pun hak perlindungan anak da­lam kesehatan dengan ter­pe­nuhi­nya kebutuhan nutri me­lalui ASI,” kata anggota Ko­misi VIII ini.

Bagi Inggrid, sejumlah fasi­litas publik yang setiap hari di­penuhi banyak orang, kerap me­ngabaikan pentingnya kese­ha­tan. Terutama anak-anak yang masih perlu menyusu.

Kendati demikian, DPR dan pemerintah tak bisa memaksa pengelola fasilitas publik untuk menyediakan fasilitas ruang menyusui. Pasalnya, hingga saat ini RUU Kesetaraan Gen­der masih dalam proses pe­n­g­go­dokan di Komisi VIII DPR.

“Dalam legislasi itu, hak me­nyusui untuk ibu dan anak yang sedang berada di ruang publik menjadi salah satu agenda pen­ting yang akan dibahas,” ujarnya.

Kendati legislasi masih da­lam proses penggodokan, Ing­grid ber­harap instansi yang se­lama ini menangani masalah publik bisa mencontoh kebi­ja­kan yang diterapkan di Ke­men­terian Ko­perasi dan UKM. Di kemen­te­rian tersebut, kata dia, telah di­sediakan ruang me­nyu­sui dan klinik kesehatan.

Suwarto menganggap ruang kesehatan di Terminal Lebak Bulus belum termasuk kebutu­han mendesak. Menurut dia, pada hari biasa nyaris tidak ada penumpang yang meman­faat­kan layanan ini.

“Misalnya penumpang yang tiba-tiba pingsan, bila di luar Le­ba­ran paling hanya satu atau dua orang saja. Jadi, posko ke­se­hatan masih belum diper­lukan,” katanya.

Meskipun tidak ada posko kesehatan, sehari-hari Terminal Lebak Bulus sudah ber­koor­di­nasi dengan puskesmas terde­kat. Jadi bila tiba-tiba ada pe­numpang sakit, bisa dibawa pus­kesmas terdekat.

Bagaimana dengan ruang menyusui? Menurut Warto, biasanya ruang menyusui itu satu paket dengan posko kes­e­hatan. “Tapi setidaknya ini jadi masukan bagi kami. Namun apakah kami akan sediakan pos­ko ini setiap hari, itu tergantung Suku Dinas Kesehatan Jakarta,” ujarnya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA