Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mau Habiskan Stok Baju, Banting Harga 50 Persen

Stafsus Menkes Buka ‘Butik’ Di Ruang Kerjanya

Rabu, 15 Agustus 2012, 08:48 WIB
Mau Habiskan Stok Baju, Banting Harga 50 Persen
Bambang Sulistomo

rmol news logo Dua setel baju diambil Bambang Sulistomo dari tiang gantungan di belakang meja kerjanya. Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Politik dan Kebijakan ini lalu memeriksa kondisi pakaian dari atas hingga bawah.

Setelah mengecek tidak ada cacat, kedua baju dikembalikan ke tiang gantungan.  “Nanti to­long dicatat mana saja baju yang sudah dibeli tapi belum diambil barangnya dan mana yang masih belum laku. Biar saya bisa beri­kan laporan ke ibu saya mengenai progres penjualannya,” kata Bambang kepada seorang wanita berkerudung yang berada di se­be­lah meja kerjanya.

Menjelang Lebaran, Bambang membuka ‘butik’ di ruang ker­ja­nya di lantai dua gedung utama Ke­menterian Kesehatan. Baju-baju yang dijual semuanya buatan ibunya. “Sebenarnya sih ini bu­kan dagangan saya, tapi milik ibu. Sebagai anak saya membantu un­tuk menjualnya,” ungkapnya.

Tidak malu pejabat jualan baju? “Dagang baju itu tidak di­larang agama dan undang-un­dang, jadi kenapa harus malu? Jus­tru saya malu kalau menjadi orang banyak uang, tapi dari hasil korupsi,” kata putra Bung Tomo, tokoh peristiwa 10 November 1945 ini. Peristiwa perlawanan rak­yat Surabaya terhadap Belan­da ini lalu ditetap­kan sebagai Hari Pahlawan.  

Berdagang bukan pengalaman baru bagi Bambang. Sejak kecil dia sudah biasa melakoninya. Ia menjualkan beberapa barang mi­lik ibunya untuk menyambung hi­dup keluarga.

Tahun lalu Bambang berjualan kue Lebaran. Baru pada tahun ini dia menjajakan pakaian. Ia tak me­nampik berdagang baju men­jelang Lebaran untuk meraup un­tung menjelang hari raya.

Apa uang pensiun veteran dari pemerintah tak membiayai hidup ibunya? “Setidaknya, ibu saya pu­nya kegiatan di usia senjanya. Apalagi, ibu saya itu memiliki keahlian dalam mendesain baju. Jadi sayang kalau tidak diper­gu­na­kan,” kata Bambang.

Sejauh ini Bambang hanya me­nawarkan baju buatan ibunya un­tuk internal Kementerian­ Ke­se­ha­tan. Namun bila ada orang luar yang tertarik membeli silakan me­lihat-lihat ke ruangan kerjanya.

Kata dia, dalam jual beli, tidak berlaku atasan dan bawahan. Setiap orang yang datang ingin membeli meskipun bawahannya tetap harusnya dihormati.  “N­a­ma­nya penjual, maka kita harus menghormatinya. Siapa pun dia, termasuk anak buah saya sendiri di lingkungan Kemenkes ini.”

Apa tidak mengganggu tugas­nya sebagai Staf Khusus Men­teri? Untuk mengurusi baju-baju jualannya, Bambang mem­per­cayakan kepada sekretaris pr­i­ba­dinya di Lembaga Kajian Sosial Politik dan Ketahanan Sosial yang didirikannya.

“Tapi saya tetap membantu dan mengawasi. Bahkan kalau sedang luang, bila ada pembeli yang datang saya yang melayaninya sendiri,” ucap Bambang.

Harga baju-baju yang dijualnya tak jauh dari harga kaki lima mau­pun grosir. “Harga paling murah Rp 60 ribu dan paling mahal Rp 160 ribu. Masih bisa terjang­kau pegawai golongan I dan II,” katanya sambil tertawa.

Baju-baju yang dijual Bam­bang bisa dibeli dengan cara dicicil. Pembayaran dicicil dua sam­pai tiga kali, tergantung ke­mam­puan pembeli. Ini untuk me­ringankan pegawai rendahan yang penghasilannya kecil.

Lantaran bisa dicicil, baju-baju yang dijual Bambang laris manis. Hingga minggu ketiga Ramadhan sebagian baju jualannya sudah laku. “Setidaknya untuk modal su­dah bisa kembali. Tinggal men­cari untung saja,” katanya sambil tertawa lepas.

Untuk menghabiskan stok da­gangannya, Bambang berencana banting harga. Baju-baju akan di­obral dengan potongan harga hingga 50 persen.

 â€œSekarang harga yang paling murah Rp 60 ribu. Masak kalau didiskon besar orang tidak ter­tarik untuk membelinya? Jadi, daripada sisa buat tahun depan lebih baik saya habiskan saja se­karang,” ujarnya.

Ruangan kerja Bambang di lantai dua gedung utama Kemen­kes yang disulap menjadi ‘butik’ hanya berukuran 5x5 meter. Ti­dak ada sekat ruang kerja pri­badinya de­ngan ruang untuk me­nerima tamu.

Ruangan yang tak terlalu luas itu selama tiga minggu terakhir di­sesaki lagi dua tiang besi untuk menggantung puluhan pakaian. Tiang gantungan itu ditempatkan di pojok ruangan. Persis di se­belah kanan meja kerjanya.

Semua baju yang dijual Bam­bang untuk perempuan. Saat ini jumlahnya sisa 30 potong. “Itu da­­gangan saya selama tiga ming­gu terakhir ini. Sebelumnya, jum­lahnya jauh lebih banyak dari se­karang. Karena setiap hari ada yang beli, hanya tinggal segitu se­ka­rang,” beber Bambang.

Buka Loper Koran Dan Majalah

Selain berdagang baju, ter­nya­ta Bambang Sulistomo ma­sih memiliki usaha kecil lain­nya. Staf Khusus Menteri Ke­se­hatan Bidang Politik dan K­e­bijakan Kesehatan ini mengaku punya agen koran dan majalah.

Menurut Bambang, usaha lo­per korannya itu sudah digeluti sejak tahun 2007 sebelum diri­nya ditunjuk sebagai Stafsus Menteri. Lokasi tempat jualan­nya ada di daerah Tanah Kusir, Ja­karta selatan dengan me­nye­wa kios yang tidak terlalu besar.

“Lumayan keuntungan dari jualan koran ini. Hasilnya bisa untuk membiayai operasional lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang saya punya,” ungkapnya.

Bahkan saat waktu senggang, Bambang tidak malu untuk ter­jun langsung melayani pembeli di agen loper korannya. Hanya untuk menjaga martabatnya terkadang Bambang harus se­dikit menyamar.

“Saya suka memakai kaca­mata hitam dan jaket kulit biar ter­lihat beda. Tapi ternyata, te­tap saja pernah ada yang me­ngenali saya saat berpakaian seperti itu. Karena pembeli itu ter­nyata teman baik saya,” ka­tanya sambil tertawa.

Sebagai orang yang memiliki kewenangan di Kementerian Kesehatan, Bambang tidak mem­bantah  dirinya bisa saja men­cari proyek untuk mem­biayai LSM miliknya. Bahkan dia membenarkan di setiap ke­menterian pasti ada saja proyek yang bisa dimainkan.

Bahkan dalam proyek kese­hatan saja, dia tidak membantah adanya pihak yang ber­ke­pen­tingan dalam penyusunan ang­ga­ran kesehatan di tingkat pusat. Akhirnya, karena ada kepen­ti­ngan itu, proyek tersebut ber­po­tensi diselewengkan.

“Banyak yang ngerecokin Ke­menterian Kesehatan, se­hing­ga skala prioritasnya ter­ancam  terabaikan,” tegasnya.

“Karena itu daripada main pro­yek berakhir di penjara, men­ding usaha kecil-kecilan tapi aman dan halal. Kalau saya iku­tan bisnis di sini, integritas saya yang dipertaruhkan,” tegasnya.

Apalagi sebagai anak pe­juang, Bambang mengaku pu­nya prinsip yang diwariskan sang Ayah. “Pesan Bung Tomo kepa­da anak-anaknya, jangan me­minta balasan satu sen pun ketika membela rakyat,” ka­tanya.

Pejabat Jangan Gengsi Buka Usaha Sampingan

Bambang Sulistomo ber­ha­rap kesibukannya berjua­lan di ruangan kerjanya menjelang le­baran bisa ditiru pejabat lain­nya. Kalau perlu, kata dia, lang­kahnya tersebut bisa dapat peng­hargaan dari Museum Re­kor Indonesia (MURI).

“Kalau dapat MURI, itu kan luar biasa. Sehingga nanti peja­bat lainnya bisa berlomba-lom­ba untuk mengikuti jejak saya,” kata Bambang sambil tertawa.

Menurut Bambang, tidak ada salahnya seorang pejabat nega­ra punya usaha kecil-kecilan. Se­lama usahanya tersebut, tidak berhubungan dengan bidang tugasnya, sehingga tidak akan menimbulkan conflict of interest.

“Yang penting tidak me­nim­bulkan konflik kepentingan de­ngan jabatannya. Kalau seperti itu, maka saya akan men­du­kung­nya 100 persen,” ujarnya.

Menurutnya, bila setiap peja­bat memiliki usaha kecil-keci­lan akan banyak manfaatnya bagi citra PNS sekarang ini. Kata dia, dengan memiliki kesi­bukan lain maka akan membuat PNS atau pejabat tidak ada wak­tu luang untuk main proyek.

“Korupsi di tingkat peme­ri­n­tah itu terjadi karena pejabatnya ikut bermain proyek. Coba ka­lau mereka sudah punya usaha dan sibuk dengan usaha tersebut, maka tidak ada waktu untuk cari proyek lain,” tegasnya.

Hanya sayangnya, banyak orang gengsi dengan jabatannya sehingga tidak berani mencoba hal-hal kecil yang sebenarnya itu baik. Alasannya tidak lain ka­rena gengsi dengan jaba­tan­nya dan malu dengan anak buahnya.

“Kalau bicara usaha, saya dari kecil sudah menjadi pedagang. Sudah banyak usaha yang saya geluti semenjak masih sekolah. Jadi tidak kagetlah,” tegansya.

“Adik saya juga ikut usaha menjelang lebaran ini. Bedanya sekarang dia jualan kue. Tapi tetap itu untuk membantu ke­luarga, khususnya ibu saya,” tam­bahnya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA