Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tiang Tol Priok Dikerok, Besinya Dipotong-potong

Tangan-tangan Jahil Incar Fasilitas Publik

Minggu, 24 Juni 2012, 09:09 WIB
Tiang Tol Priok Dikerok, Besinya Dipotong-potong
ilustrasi, Tiang Tol Priok Dikerok
RMOL. Sejumlah fasilitas publik di Jakarta menjadi incaran tangan-tangan jahil. Beberapa bagiannya ada yang dicopot dan diambil. Tindakan tak bertanggung jawab itu membahayakan pengguna fasilitas publik itu.

Jalan tol Wiyoto Wiyono dikabarkan juga menjadi korban tangan-tangan jahil. Sejumlah tiangnya dikikis sehingga terlihat tulang besinya. Lokasi tiang-tiang itu berada di RW 12, Kelu­rahan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Tiba di sini langsung tercium bau busuk yang menyengat. Tum­pukan sampah terlihat ber­serakan di bawah kolong jalan tol. Lalat berkerumun di atas tum­pukan sampah.

Tak jauh dari sini terdapat ba­risan tiang-tiang penyangga jalan tol. Ada tiang yang berbeda. Tiang yang terletak di pinggir kiri ter­ke­lupas lapisan semennya. Besi tu­lang tiang itu menyembul keluar.

Memperhatikan secara sek­sa­ma, banyak tiang yang kond­i­si­nya hampir sama. Jelaga hitam bekas pembakaran sampah tam­pak menempel di tiang-tiang itu. Ada beberapa tiang yang terlihat retak.

“Itu sudah lama rusaknya. Mungkin udah 3-4 tahun yang lalu. Sepertinya rusaknya me­mang disengaja. Entah siapa yang melakukannya,” jelas Herman, warga di situ sambil menunjuk tiang yang mengelupas.

Pria paruh baya yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung ini mengatakan banyak tiang di ko­long jalan tol ini yang rusak. “Itu di daerah sana, tiang-tiangnya ru­sak dan besinya diambilin oleh orang-orang iseng. Di sini al­ham­dulillah belum terlalu parah, ka­re­na kami juga waspada,” kata­nya sambil menunjuk daerah Papanggo.

Lokasi yang ditunjukkan Her­man hanya beberapa puluh meter dari tempatnya berdiri. Tiang-tiang penyangga jalan tol itu ber­diri di RT 07 dan RW 08, Ke­lurahan Papanggo.

Kolong jalan tol ini juga men­jadi tempat pembuangan sampah. Kantong-kantong plastik berisi sampah berserakan. Suasana di sini lebih ramai. Beberapa anak kecil berlarian di antara tiang-tiang tol setinggi empat meter itu.

Beberapa orang dewasa terlihat dudukdi bangku kayu yang ditempatkan menempel di tiang tol. Terlihat ada lima tiang yang mengelupas. Ada yang sepanjang satu meter. Umumnya tiang-tiang itu mengelupas di bagian yang dekat dengan tanah.

Besi tulang tiang terlihat jelas dari bagian yang mengelupas itu. Ada yang tulang besinya sudah tak utuh. “Itu nggak dirontokin sama orang. Itu rontok sendiri. Bahannya kurang. Itu juga ada tiang yang keropos kena api ba­kar sampah,” kata Jaya, pria di­te­mui sedang duduk di dekat tiang tol yang mengelupas.

Pria yang sedang berbincang dengan dua rekannya itu menilai, lapisan semen tiang-tiang ter­se­but mengelupas karena aduk­an­nya tidak bagus. Ia mencoba mem­buktikannya. Ia mengerok lapisan semen yang menutupi tiang. Dengan mudah lapisan itu mengelupas. “Memang gampang copot karena memang pasir sama batunya jelek,” ujarnya.

Apakah sudah melaporkan kerusakan tiang jalan tol ini ke aparat? Jaya, rekan Hasan me­nga­ku sudah melaporkan ke pi­hak kelurahan. Tak lama ada pe­tugas yang datang melihat-lihat tiang-tiang itu.  

“Tapi saya tidak tahu itu dari kelurahan atau dari pihak lain. Yang kami tahu, se­kitar tiga orang. Mengecek dari dekat, mem­foto lalu pulang. Habis itu kami tidak tahu lagi,” tuturnya.

Pria yang tidak mengenakan baju ini mengatakan, warga yang tinggal di kolong jalan tol resah karena banyak tiang yang me­nge­lupas.  “Kami takut kalau se­wak­tu-waktu jalan tol ini roboh kare­na tiang-tiangnya banyak yang ru­sak. Tapi kami heran, ke­ru­sa­kan ini sudah lama terjadi tapi belum ada pembetulan,” ujarnya.

Lurah Papanggo Sutardjo su­dah diberitahu mengenai ada­nya tiang jalan tol yang me­nge­lupas. Ia mengaku sudah me­ne­rus­kan informasi ini ke C­a­mat Tanjung Priok.

Selanjutnya pihak kecamatan yang memberitahukan ke PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP), pengelola jalan tol ini. “Semoga ditanggapi dan segera diperbaiki,” kata Sutardjo.

Bagus Medisuarso, Manajer Pemeliharaan Jalan Tol PT CMNP menuding, kerusakan yang terjadi di sejumlah tiang karena ulah tangan-tangan jahil alias disengaja. Bukan lantaran kualitas bangunan yang buruk.

Menurut dia, perusakan itu sengaja dilakukan untuk me­ngam­bil besi yang ada di dalam riang. Aksi pencurian besi itu sudah terjadi sejak 1998 lalu.

Bagus menduga pelakunya warga ilegal yang tinggal di ko­long jembatan. Biasanya, mereka beraksi lewat tengah malam sekitar pukul satu dinihari. “Kuat dugaan, aski dilakukan karena alasan untuk bertahan hidup, me­reka kemudian berfikir ekono­mis, dan mencuri besi untuk bisa dijual lagi,” tuturnya.

Tak hanya  tiang tol, beberapa ba­gian jalan tol juga dicuri. “Se­perti rambu-rambu tol, tempat pe­nampungan saluran air, pipa-pipa drainase, bahkan tiang bendera,” ungkapnya. “Kurang lebih ada 55 ribu meter persegi luas tol dan sepan­jang 12 kilometer yang me­rupa­kan titik rawan pen­grusa­kan,” ujar Bagus.

Lift Mati, Bau Pesing, Lantai Bolong

Jembatan penyeberangan orang (JPO) maupun jembatan untuk menuju halte busway ke­rap jadi sasaran pencurian. Besi-besi jembatan dicopot un­tuk dijual.  Sejumlah JPO mau­pun jembatan ke halte busway juga tak terawat. Seperti terlihat di jembatan penyeberangan di halte Dukuh Atas, Jakarta Pusat.

Letaknya di jalan protokol dan pusat ekonomi. Jembatan ini ramai dilalui orang yang hen­dak naik bus Transjakarta. Atap jembatan penyeberangan ini jebol. Bagian yang bolong itu terletak di dekat Universitas Atmajaya. Atap yang terbuat dari polycarbonate itu mengang­­ga besar. Beberapa bagian atap menjuntai ke bawah.

“Jelas membahayakan. Kalau itu tiba-tiba jatuh terkena orang yang lewat gimana? Atau bisa juga jatuh ke arah jalan raya. Ka­lau itu terjadi, tentu kece­la­ka­an bisa terjadi akibat robekan atap menimpa pengendara ber­mo­tor,” kata Rina, pejalan kaki yang melintas di jembatan tersebut.

Di Jalan Sudirman ada be­be­rapa jembatan penyeberangan yang dilengkapi lift. Penelu­su­ran Rakyat Merdeka, dua lift tidak berfungsi. Bau pesing me­nyengat di dekat lift ini. Se­per­tinya ada orang yang kencing di sini.

Kondisi jembatan halte bus­waydi samping flyover Karet dan depan Ratu Plaza, Jalan Jen­deral Sudirman juga mem­prihatinkan. Sejumlah baut lan­tai jembatan lepas. Lantai jem­batan pun mengangga. Ini mem­buat pejalan kaki perlu melangkah hati-hati agar tak tersandung.

Fasilitas publik yang juga kerap dicuri adalah kabel di se­panjang rel. Kabel itu meru­pa­kan salah alat untuk menunjang perjalanan kereta.

“(Stasiun) Manggarai itu pa­ling sering terjadi pencurian. Kami sudah turunkan petugas un­­tuk berjaga, tapi stasiun itu pan­jang, warga bebas berke­liaran. Jadi ya seperti itu yang ak­hirnya terjadi,” terang Kepala PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daops I Jabodetabek Purnomo Radiq.

PT KAI mencatat, selama periode Januari hingga Novem­ber 2011 ini, terjadi 68 kasus pencurian kabel dan komponen sinyal lainnya oleh masyarakat. Hanya sedikit dari kejadian itu yang diproses secara hukum.

Salah satu akibat pencurian kabel mengakibatkan terhenti­nya lalu lintas kereta terjadi pada 6 Desember 2011. KRL eko­nomi tujuan Jakarta-Bogor ter­henti di Stasiun Tanjung Ba­rat dan sempat mengeluarkan api lantaran ada kabel putus. Karena kejadian ini, penum­pang berhamburan keluar dan terpaksa mencari alternatif transportasi lain atau terpaksa menunggu hingga perbaikan selesai.

Bisa Bangun, Tapi Malas Menjaganya

Pengamat masalah perkota­an dari Universitas Trisaksi Yayat Supriatna menduga peng­rusakan dan pencurian bagian-bagian fasilitas publik lantaran kurangnya pengawasan.

“Pengawasan itu berbeda de­ngan pembangunan. Penga­wa­san itu proyeknya kecil dan da­na­nya rutin. Bahkan terkadang tidak ada (dananya). Makanya Pemda jarang mau meliriknya,” ujar Yayat.

Lantaran malas mengawasi, akibat sejumlah orang menco­poti bagian-bagian fasilitas umum karena faktor ekonomi maupun iseng.

“Kejahatan bukan hanya kri­minalitas pada orang per orang. Kejahatan aset publik juga me­ningkat. Banyak orang putus asa dan membela diri untuk ber­tahan hidup dengan cara yang tidak baik,” katanya.

Menurut Yayat, pemerintah perlu memberikan penyadaran bah­wa fasilitas umum itu diba­ngun untuk masyarakat. Sebab itu perlu dijaga dan dirawat bersama.

“Berdayakan dong LSM atau organisasi kemasyarakatan un­tuk hal positif. Misalnya me­manfaatkan kolong jalan tol un­tuk kepentingan positif yang ti­dak merusak,” imbuhnya.  [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA