Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Komunitas Motor Ngeri Kumpul-kumpul Di Jalan

Setelah Kelompok ‘Pita Kuning’ Tebar Teror Di Jakarta

Rabu, 18 April 2012, 10:00 WIB
Komunitas Motor Ngeri Kumpul-kumpul Di Jalan
ilustrasi, geng motor

RMOL. Puluhan motor jenis Vespa konvoi dari arah Pejompongan menuju Senayan, Sabtu malam lalu (14/4). Sampai di depan patung orang memanah di gerbang gerbang Gelora Bung Karno, mereka berhenti.

Kendaraan roda dua asal Ita­lia itu lalu diparkir berjejer meng­hadap ke jalan. Di antara puluhan motor itu terdapat Vespa yang sudah diubah bentuknya menjadi lebih panjang dari ukuran awal. Joknya muat tiga orang.

“Kami dari Party/C merupakan perkumpulan para pecinta sepeda motor jenis Vespa. Setiap malam Minggu kami memang biasa kumpul di sini,” kata wakil ketua kelompok bermotor itu.

Kelompok ini sengaja memilih nama Party/C mengacu pada tem­pat mereka biasa nongkrong. Par­ty/C adalah kependekan dari Par­kir Timur Senayan Scooter Club.

Komunitas ini tak khawatir nong­krong setelah aksi sweeping sekelompok orang terhadap lo­kasi balap liar di Jakarta dan tem­pat nongkrong geng motor

Untuk diketahui, Jumat di­nihari (13/4) kelompok bermotor yang mengenakan pita kuning di tangannya menganiaya sejumlah orang yang tengah nongkrong di minimarket Seven Eleven, Sa­lemba, Jakarta Pusat. Beberapa orang menderita luka bacokan senjata tajam. Tiga motor dirusak.

Para pelakunya yang dikenali memiliki ciri berbadan tegap dan berambut cepak itu juga men­ge­royok sejumlah orang di Jalan Pra­muka, Jakarta Timur.

Salah satu korban penga­ni­a­ya­an itu me­ninggal di rumah sakit. Tiga motor dirusak dan dua lain­nya dibakar.

Di sini dua anggota kelompok itu tertembak peluru yang dile­pas­kan seorang pengemudi mo­bil. Belakangan diketahui kedua orang itu adalah tentara.

Sebelumnya, kelompok ini juga menebar teror di sejumlah ka­wasan di Jakarta Utara. Selain menganiaya orang, mereka juga merusak sebuah mobil dan me­lempari Pos Polisi Volker di Jalan RE Martadinata.

Aksi sweeping ini diduga ada kaitan dengan tewasnya Arifin, anggota TNI AL. Arifin mere­gang nyawa setelah dikeroyok geng motor di Kemayoran, Ja­karta Pusat, beberapa waktu lalu.

Tak lama setelah kejadian ini sekelompok orang bertubuh tegap melakukan penyerangan terhadap pemotor di SPBU Shell di Danau Sunter, Jakarta Utara. Seorang tewas.

Kelompok ini diduga mengin­car geng motor yang kerap nong­krong dan balap liar di sejumlah wilayah di ibu kota. Sejak itu, ruas jalan yang biasa dijadikan arena balap liar sepi dari ke­lom­pok bermotor.

Namun komunitas Party/C te­tap nongkrong seperti biasa. Me­nurut Eko, komunitasnya bu­kan­lah geng motor.

“Dengan adanya peristiwa ini kami justru ingin menegaskan klub maupun komunitas motor berbeda dengan geng motor yang suka balap liar dan keke­rasan. Makanya kami tetap ber­kumpul,” ujarnya.

Saat berkumpul mereka me­ngenakan seragam dan logo klub. Kendaraan roda dua yang mereka tunggangi juga hanya merek Vespa.

Eko mengklaim komunitasnya tak memiliki musuh. Saat berada di jalan mereka lebih mengu­tamakan kekompakan ketimbang kebut-kebutan.

“Setiap kami touring ke jalan, tidak ada dari kelompok kami yang saling membalap satu sama lain. Kami selalu tertib dan ber­iringan selama dalam perjalanan se­hingga sama sekali tidak me­ng­ganggu para pengguna jalan yang lain,” kata dia.

Sebab itu, Eko meminta ma­syarakat tak menyamakan ko­mu­nitas atau klub motor dengan geng motor.

“Saya berharap teman-teman dari komunitas motor lain tidak ber­henti kegiatannya. Mari kita buktikan kalau komunitas motor itu berbeda dengan geng motor dengan berperilaku yang baik dan tidak melanggar aturan lalu lintas,” tegasnya

Andre, Ketua Privateer Team, salah satu komunitas motor di Jakarta juga mengecam aksi geng motor yang kerap bertindak bru­tal dan kebut-kebutan.

“Tidak semua komunitas motor itu identik dengan hal-hal yang negatif seperti tawuran dan balap liar. Dan kami selama ini meru­pakan komunitas motor yang dikenal baik oleh masyarakat,” ujar Andre saat berbincang de­ngan Rakyat Merdeka.

Komunitas Privateer Team, jelas Andre, merupakan kum­pu­lan dari para pecinta sepeda mo­tor yang suka touring ke sejumlah daerah. Anggotanya mulai pe­la­jar, mahasiswa, pegawai hingga orang yang sudah berusia lanjut.

Semua penggemar motor dari berbagai jenis dan merek bisa bergabung dengan komunitas ini. “Saya mengendarai Kawa­saki Ninja. Tapi teman saya ba­nyak yang naik Honda Tiger, hing­ga motor bebek dan Vespa. Bagi kami bukan jenis motor­nya, tapi kecintaan dan hobi yang sama mengenai ken­da­ra­an,” kata Andre.

Kata Andre, salah satu tujuan pembentukan komunitas motor ini adalah mencari kesenangan dari touring ke daerah-daerah. Le­wat milis grup, anggota komu­nitas ini bisa berdiskusi, berbagi pengalaman maupun penge­tahuan mengenai kendaraan bermotor.

“Kami pun kerap melakukan kegiatan-kegiatan sosial seperi bakti sosial, galang dana dan sebagainya. Ini bukti kalau kami komunitas motor yang positifm” tegasnya.

Namun dengan adanya aksi brutal geng motor, kata Andre, nama baik komunitasnya ikut tercoreng. Kegiatan mereka pun terganggu.

“Malam Minggu biasanya kami kumpul bareng dalam acara informal untuk sekadar berbagi cerita. Tapi dengan kasus ini, kami menjadi takut untuk kumpul akhir-akhir ini,” ujarnya.

Biasa kumpul di mana? Andre menyebut ada beberapa titik yang biasa menjadi tempat kumpul Pri­vateer Team. “Ada yang suka nongkrong di TMII atau di Se­nayan. Bahkan di Salemba, ada re­kan kami yang juga biasa nong­krong disana. Perlu diperjelas, kami ini anti melakukan balap liar,” ujarnya.

Demi Gengsi, Uang Dan Perempuan

Balap Liar Di Jalanan Ibu Kota

Geng motor identik dengan balap liar. Aksi adu cepat di jalan raya itu kerap berakhir dengan tawuran, baik dengan kelompok lawan maupun warga yang kesal dengan ulah geng motor.

Kriminolog Universitas In­donesia Adrianus Meliala ber­pendapat kekerasan yang di­la­kukan geng motor tak terjadi be­gitu saja.

“Awalnya dari nong­krong-nongkrong. Berlanjut ke bala­pan liar, dan terakhir mulai kon­voi serta mencari musuh,” kata dia.

Andri, ketua Privateer Team, salah satu komunitas motor di Jakarta membenarkan aksi balap liar kerap memicu tindak ke­kerasan. Awalnya hanya se­kadar adu gengsi melesat de­ngan kecepatan tinggi. Namun karena suatu sebab bisa ber­ujung tawuran antar kelompok.

Balap liar, kata dia, tak hanya sekadar menyalurkan hobi. Tapi juga jadi ajang taruhan. Taru­han­nya bisa berbentuk uang maupun kendaraan lawan.

“Kurang menarik balapan kalau tidak ada taruhannya. Semakin besar taruhannya akan semakin ramai. Tapi peluang terjadi tawuran juga semakin besar,” ujarnya.

Kerap kali pengendara yang kalah tak bisa menerima ke­nyataan.  Kendati mengetahui soal itu, Andre membantah ko­mu­nitasnya terlibat dalam aksi balap liar di jalan raya. Ia ber­harap tak ada satupun anggota komunitas yang melakoni tin­dakan berbahaya itu.

“Kalau ada anggota klub kami ketahuan ikut aksi balap liar, kami langsung me­nge­luarkannya dari keanggotaan. Bagi kami, balapan itu boleh tapi yang resmi dan pada tem­patnya,” kata dia

Ia mencontohkan ada seorang anggota yang gemar belapan. Se­bagai ketua, Andre me­nya­ran­kan agar dia ikut balapan di Sirkuit Sentul, Bogor. “Ter­nya­ta anggota saya itu juara tahun kemarin,” ujarnya.

Hendra, joki balap liar di Jalan Pramuka dan Jalan Mat­ra­man menampik pertikaian antar kelompok bermotor ter­jadi karena balapan. Biasanya, tawuran karena rebutan pe­rempuan.

“Kalau pun tawuran biasanya dengan  warga yang tidak suka dengan aksi balap liar. Mereka menyerang anak-anak yang se­dang balapan. Tidak terima, me­reka yang balapan lantas membalas,” tutur pria yang tinggal di Kramat Sentiong, Jakarta Pusat ini.

Menurut Hendra, aksi balap liar menjadi ajang adu gengsi dan keunggulan dalam me­mo­difikasi kendaraan roda dua hingga melesat cepat.

“Ada yang korek mesin, ganti karburator, knalpot dan seb­a­gainya yang tujuannya agar mo­tor bisa lari lebih ken­cang. Nah, untuk tahu sejauh mana ke­cepatan motor itu de­ngan balap liar malam-ma­lam,” tuturnya.

Tempat Nongkrong Kelompok Motor Diawasi Polisi

Kepolisian akan mening­katkan patroli di ruas-ruas jalan di Jakarta yang kerap menjadi tempat balap liar geng motor. Ke­pala Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rik­wan­to mengatakan, aksi balap liar itu meresahkan dan mem­ba­ha­ya­kan pengendara lain.

“Kawasan itu seperti di Ke­mayoran, dan wilayah di Jakar­ta Timur dan Jakarta Selatan,” ujarnya. Menurut Rikwanto, mobil patroli akan ditempatkan di tem­pat-tempat itu. “Diuta­ma­kan saat hari libur dan hari Minggu saat mereka berkumpul mulai pagi, sore bahkan tengah malam,” ujarnya.

Kalaupun tak ada balap liar, polisi tetap akan mengawasi kelompok pengendara sepeda motor yang nongkrong di tem­pat-tempat itu.

“Mobil patroli berhenti se­hingga mereka tidak me­la­ku­kan hal aneh-aneh,” ujar dia.

Kepala Biro Operasi Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Agung Budi Maryoto menaruh perhatian di sejumlah titik ra­wan balap liar. Lokasi yang ke­rap dijadikan ajang trek-trekan itu tersebar di lima wilayah Jakarta.

Yakni di Jalan Benyamin Sueb, Kemayoran, Jakarta Pu­sat. Jalan Benyamin Sueb Ke­mayoran, Jalan Danau Sunter Jakarta Utara. Ruas jalan di Ja­karta Timur yang biasa menjadi tempat balap liar di Jalan Pe­muda dan di depan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Jalan Asia-Afrika Senayan dan Jalan TB Simatupang di Ja­karta Selatan. Sementara di Ja­karta Barat di Jalan Panjang. “Di lokasi-lokasi itu selalu ada patroli, tapi jumlahnya berapa diserahkan lagi ke setiap Polres. Kami di Polda sifatnya hanya back up,” tandas Agung. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA