Karangan bunga yang dikiÂrim KPU Jawa Barat dan KPU Jawa Tengah itu berisi ucapan seÂlamat atas dilantiknya tujuh koÂmiÂsioner baru KPU.
Kamis lalu (12/4), Presiden SuÂsilo Bambang Yudhoyono meÂngambil sumpah tujuh anggota KPU periode 2012-2017. Mereka yakni Sigit Pamungkas, Ida BuÂdiati, Arief Budiman, Husni KaÂmil Malik, Ferry Kurnia, Hadar NaÂfis Gumay dan Juri Ardiantoro.
Sebelumnya, ketujuh orang itu mendapatkan skor tertinggi di uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) Komisi II DPR. RaÂpat paripurna DPR pada 27 Maret memutuskan mereka sebagai anggota baru KPU menggantikan Abdul Hafidz Anshary Cs.
Sehari setelah dilantik, ketujuh anggota baru itu sudah ngantor. Pengamatan Rakyat Merdeka, sekitar pukul 9 pagi satu per satu komisioner baru tiba di kantor KPU di Jalan Diponegoro, MenÂteng, Jakarta Pusat.
Husni Kamil Malik, bekas angÂgota KPU Sumatera Barat nganÂtor mengenakan batik tangan panÂjang merah. Raut wajahnya certah.
Ketujuh komisioner berkumÂpul di lobby di lantai dasar. MeÂreka sempat bercakap-cakap seÂbentar sebelum bersama-sama menuju ruang rapat di sayap kiri gedung KPU.
“Kita mau mengadakan rapat pleno untuk memilih Ketua KPU dilanjutkan dengan pembahasan agenda KPU ke depan,†ujar koÂmisioner Hadar Nafis Gumay sebelum memasuki ruang rapat.
Rapat berlangsung tertutup. Namun suasana rapat bisa terlihat lantaran pintu rapat terbuat dari kaca. Rapat dipimpin Hadar yang menempati kursi yang berada di ujung meja. Sementara Husni KaÂmil dan lima komisioner duÂduk berhadap-hadapan di meja panÂjang berwarna coklat muda.
Sambil menunggu rapat, RakÂyat Merdeka naik ke lantai dua. Di lantai ini terdapat ruang perÂteÂmuan besar di bagian tengah. Di samping kiri dan kanan ruang aula ini terdapat koridor yang menuju ruang kerja komisioner dan sekjen KPU.
Sebelum memasuki koridor terÂdapat pintu dari kaca. MeÂnginÂtip ke dalam terlihat koriÂdor itu sepi dan gelap. Tak terlihat lampu mÂeÂÂnyaÂla untuk menerangi ruangan itu.
Suasana sama juga terlihat dari di dalam ruang kerja ketua KPU. Ruangannya terletak di sayap kiri gedung, tepat di atas ruang rapat. Pintunya dikunci. Dari kaca di pintu bisa melihat ke suasana di dalam. Sepi dan gelap.
Menurut seorang staf KPU, koÂmisioner lama telah mengoÂsongÂkan ruang kerja dari barang-baÂrang pribadi. Yang tersisa hanya barang-barang inventaris kantor. Ruang ketua KPU yang paling akhir dikosongkan.
“Sejak kemarin (Kamis—red), Pak Hafidz sudah tidak pernah lagi masuk ruangan. Barang-baÂrangnya sudah sejak lama dia bawa pulang,†ujar dia. Hafidz yang dimaksudnya adalah Abdul Hafidz Anshary, ketua KPU periode 2007-2012.
Masih menurut pria bertubuh tinggi ini, Hafidz telah meÂngemÂbalikan fasilitas-fasilitas ketua KPU seperti kendaraan dinas. Juga telah meninggalkan rumah dinas.
Lantaran Jumat adalah hari pertama ngantor, komisioner baru tak terlihat membawa barang-barang pribadi. Sebab, mereka meÂmang belum tahu bakal meÂnemÂpati ruang kerja yang mana.
“Biasanya ketika struktur keÂpengurusan sudah terbentuk, baru ditentukan pembagian ruangan kerja. Namun untuk pimpinan, ruangan kerjanya tetap yang berada di lantai dua ini,†ujarnya.
Kembali ke rapat pleno. SeteÂlah menghabiskan waktu sekitar tiga jam, rapat yang dipimpin Hadar Nafis Gumay memutuskan ketua baru KPU. “Husni Kamil Malik terÂpilih secara musyaÂwaÂrah setelah sempat diadakan voÂting, namun tiÂdak ada pemeÂnang,†jelas Hadar.
Pemilihan ketua diawali meÂngaÂjukan nama calon. Setiap koÂmisioÂner mengajukan dua nama. Nama Arief Budiman dan Husni Kamil MaÂlik yang paling banyak ajukan. MaÂsing-masing menÂdaÂpat tiga suara.
Komisioner lalu menggelar rapat musyawarah. Husni dan Arief tak dilibatkan karena keÂduanya menjadi calon. Hasilnya, lima komisioner sepakai memilih Husni sebagai ketua.
“Husni memenuhi kriteria dapat berperan menjadi ketua dan koordinator yang baik. Ia juga diterima publik dan dapat meÂwakili kami,†terang Hadar.
Husni Kamil Malik mengaku terÂkejut atas keputusan rekan-reÂkannya memilihnya jadi ketua KPU. “Saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan seluruh anggota komisioner KPU yang mempercayakan posisi ketua keÂpada saya,†kata Husni usai terpilih.
Menurut dia, pada dasarnya ketujuh komisioner merupakan pimpinan KPU. Sebab, KPU bersifat kolektif. Ia berjanji akan bekerja keras menyelenggarakan Pemilu 2014 yang demokratis berÂsama komisioner lainnya.
Ketinggalan Jas, Hafidz Makan Bareng Juniornya
Masa jabatan Abdul Hafidz Anshary berakhir dengan diÂlantik komisioner baru KPU pada Kamis lalu (12/4). Sehari kemudian dia masih nongol di kantor KPU.
Hafidz datang bersama keÂluarga menaiki Toyota Camry silver. Setiba di gedung KPU, dia tak ke ruang kerja yang telah ditempatinya selama lima tahun terakhir di lantai dua. Melainkan menuju bagian kiri gedung KPU.
Di salah satu ruangan di situ terÂlihat para komisioner baru dan staf KPU tengah makan. BeÂberapa staf mempersilakan HaÂfidz yang selalu mengeÂnaÂkan peci ini bergabung santap siang.
Bertemu dengan penggantiÂnya, Hafidz tak lupa menguÂcapÂkan selamat kepada Husni KaÂmil Malik yang baru saja terÂpilih jadi ketua KPU.
Usai makan, ketujuh komiÂsioner pamit untuk menggelar rapat pleno. Hafidz memilih teÂtap di ruangan sambil berbinÂcang dengan staf KPU.
Setengah jam kemudian, HaÂfidz beranjak diikuti staf KPU. Satu per satu berjabat tangan perpisahan dengan Hafidz.
“Ini hari terakhir saya ke KPU, karena mulai Senin sudah ada pengurus baru yang akan bertugas menggantikan saya. Kebetulan hari ini saya masih ada keperluan yang harus diseÂlesaikan,†katanya sambil meÂlangkah ke arah Toyota Camry yang tadi ditumpanginya.
Ada perlu apa? Hafidz meÂngatakan ingin mengambil suÂrat keputusan (SK) mengenai pemberhentian dirinya dari KPU. Kedatangannya juga ingin mengucapkan selamat keÂpada komisioner baru. KebeÂtuÂlan hari itu mereka menggelar rapat pleno.
“Yang terakhir saya ingin ambil dua jas milik saya yang keÂmarin lupa dibawa. Dan keÂbetulan tadi saat makan, jas saya sudah diambil dari ruaÂngan dan dimasukkan dalam mobil. Kalau barang-barang pribadi yang lain sudah saya bawa pulang lebih dahulu,†ujarnya.
Setelah tak lagi menjadi koÂmiÂsioner KPU, Hafidz meÂngaÂku akan ke Banjarmasin, KaÂliÂmanÂtan Selatan. Di kampung haÂlaÂmannya, ia kembali jadi dosen.
“Saya ini kan PNS yang berÂasal dari kalangan akademisi. Usai tak lagi di KPU, maka saya akan kembali menjadi dosen di kampus,†jelasnya.
Menurut Hafidz, dirinya suÂdah mendapat tawaran mengaÂjar di Fakultas Syariah IAIN Banjarmasin. “(Mata) kuliah yang saya ajarkan nanti ilmu politik, tafsir politik dan hadits politik. Pokoknya semua berÂkaiÂtan dengan politik dan Islam,†tuturnya sambil berÂlalu.
Hemat Anggaran Pemilu 10 Triliun
Sejumlah kalangan menilai Abdul Hafidz Anshary dan kawan-kawan mengecewakan. Sebab banyak permasalahan saat penyelenggaraan Pemilu 2009 lalu.
Namun Hafidz mengklaim banyak mendapat pujian karena Pemilu 2009 berÂlangsung deÂmokÂratis dan adil. Ia pun kerap diundang ke perÂteÂmuan interÂnaÂsional yang memÂbahas penÂyeÂlengÂgaraan pemilu.
“Kita salah satu negara yang berhasil menjalankan pesta demokrasi dengan baik. ApaÂlagi dibanding negara-negara Islam di dunia, pemilu kita jauh lebih baik dan lebih demokÂratis,†katanya.
Mengenai tudingan miring terhadap KPU di bawah kepeÂmimpinannya, Hafidz meÂngangÂÂgapnya sebagai dinamika poliÂtik. Bahkan dia menilai orang yang mengritiknya tak paham sistem kerja di KPU.
“Kalau ada yang mengkritik, lihat dulu siapa orangnya dan berÂasal darimana. Kalau tahu orang yang kritik itu dari mana, maka akan diketahui benar atau tidak kritikan darinya,†ujarnya.
Hafidz lalu menyebutkan salah satu keberhasilanya: bisa menghemat Rp 10,3 triliun dari anggaran Rp 20,1 triliun. MeÂnurut dia, ini bukti kepÂeÂmimÂpiÂnannya bagus dalam meÂngeÂlola anggaran.
“Kami juga terkenal kompak dalam mengambil keputusan. Meskipun di luar kami seolah-olah bertengkar, tapi di dalam kami selalu bersama. Semua keÂputusan tidak pernah diambil melalui voting tapi dengan muÂsyaÂwarah mufakat,†ungkapnya.
Melihat komposisi komisioÂner yang baru, Hafidz yakni KPU bisa bekerja lebih baik. Sebab, sebagian besar komiÂsioner memiliki pengalaman di bidang pemilu.
“Komposisi KPU sekarang itu berbeda dengan yang ada di zaman saya. Kalau dulu yang berlatar belakang KPU daerah hanya dua saja. Tapi yang seÂkarang ada lima orang yang berÂasal dari KPU daerah dan sisaÂnya aktifis LSM yang berÂpeÂngaÂlaman,†ujarnya.
Apalagi, lanjut Hafidz, keÂpengurusan KPU sekarang tiÂdak memiliki banyak pekerjaan rumah. Hafidz mengaku tak meÂninggalkan banyak perÂsoaÂlan kepada penggantinya.
“Hanya ada beberapa perÂmaÂsaÂlahan di daerah yang butuh seÂgera diselesaikan pengurus yang baru karena belum sempat diselesaikan pengurus sebeÂlumÂnya. Misalnya, beberapa pemiÂluÂkada yang belum digelar kaÂrena permasalahan birokrasi,†ujarnya. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.